Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Belajar dari Kepemimpinan Militer

Namun, jika bicara kepemimpinan, kita perlu melihat dari kacamata yang lebih luas, di luar dari suasana organisasi militer. Karena itu, kita perlu punya definisi yang kontekstual tentang kepemimpinan militer.

Kepemimpinan militer adalah kemampuan seorang individu memimpin dan mengatur tindakan sekelompok orang dalam konteks tugas-tugas militer. Pemimpin militer harus mampu memimpin, mengambil keputusan cepat, dan mempertahankan integritas dalam situasi yang sangat berbahaya.

Contoh kepemimpinan militer dalam kehidupan sehari-hari bisa ditemukan di dalam organisasi atau tim, di mana seseorang memegang peran sebagai pemimpin dan bertanggung jawab atas kinerja anggota timnya. Sebagai contoh, dalam sebuah proyek di tempat kerja, seorang manajer proyek harus memimpin dan mengatur timnya mencapai tujuan proyek secara efektif.

Dalam situasi itu, seorang pemimpin yang baik harus memahami kekuatan dan kelemahan anggota timnya, memberikan arahan jelas, dan memastikan semua anggota tim bekerja secara efektif bersama-sama.

Brigadir Jenderal (Brigjen) Lincoln C Andrews dalam buku Military Leadership: In Pursuit of Excellence (Sixth Edition) menuansakan kepemimpinan militer dengan gambaran yang altruistik. Lincoln mengatakan, pemimpin yang baik adalah yang mengerti perasaan orang lain, ingin melalui kesulitan bersama-sama, dan menjaga kesejahteraan (fisik dan mental) anggotanya, baik secara individu maupun kelompok.

Sarjito (2017) menjelaskan sikap kepemimpinan militer dalam kacamata Industri 4.0. Sarjito masih mengaitkannya dengan organisasi militer, tetapi penjelasannya memiliki makna yang luas.

Dia mengatakan, sikap pemimpin militer adalah dia yang mengevaluasi dan mengontrol segala proses kerja organisasi. Selain itu, dia dapat bekerja lintas tim dan lintas hierarki, mampu memanfaatkan sumber daya sesuai potensi dan kompetensi, serta mengintegrasikan feedback untuk hasil yang maksimal.

Taylor (2015) mengemukakan, pemimpin militer tidak sungkan mengakui kesalahan dan bertanggung jawab atas tindakannya. Taylor juga menggambarkan, pemimpin bersedia memberi apresiasi pada anggota yang mendapatkan pencapaian, loyal, rendah hati, kuat, berwibawa, dan mengutamakan kepentingan banyak orang.

Robert T Kiyosaki melengkapi karakter penting dalam kepemimpinan militer. Dalam buku 8 Lessons in Military Leadership for Entrepreneurs, Kiyosaki mengatakan, salah satu aspek yang patut kita tiru adalah kedisiplinannya.

Kiyosaki menilai tinggi kedisiplinan organisasi militer. Dia sendiri  pernah masuk akademi militer. Kiyosaki mengungkapkan, disiplin menjadi syarat mutlak agar seseorang berkembang.

Sifat disiplin memengaruhi aspek mental, emosional, fisik, dan spiritual. Dia mengibaratkannya seperti mengubah batu bara menjadi permata. Agar mampu membuat permata, butuh tekanan, kompresi, dan tegangan di keempat aspek tersebut.

Seseorang akan berkembang menjadi pemimpin sejati apabila diberi tekanan dan keluar dari zona nyaman. Seseorang yang terbiasa dalam tekanan dan tidak pada zona nyaman akan menjadi pemimpin yang versatile atau serba bisa.

Riset Kaiser (2020) menunjukkan, pemimpin yang serba bisa mampu membantu anggota serta organisasinya untuk regroup, kembali fokus, dan melanjutkan kerja-kerja baik. Pemimpin yang serba bisa masih jarang dimiliki organisasi. Berdasarkan riset yang dimuat dalam Harvard Business Review tahun 2023, hanya ada 9 persen pemimpin yang versatile.

BukuKepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman karya Menteri Pertahanan Prabowo Subianto menguak satu lagi sifat yang menjadi ciri khas kepemimpinan militer, yaitu rasa cinta tanah air. Rasa cinta tanah air yang dimaksud adalah tidak menuntut balas budi untuk dicintai maupun dihormati. Semua dilakukan untuk kepentingan yang lebih besar.

Kecintaan terhadap negara itu yang membuat pemimpin militer selalu mengutamakan kepentingan nasional dibandingkan kepentingan kelompok.

Pandemi Covid-19 menjadi satu bukti yang menunjukkan bagaimana semua orang bersatu membantu banyak orang, untuk berjuang sesuai kapasitas dan kompetensinya agar Indonesia bisa melalui pandemi. Singkatnya, kita semua bertransformasi menjadi pemimpin militer dalam skala tertentu.

Karena itu, saya melihat kepemimpinan militer sebagai sebuah tipe kepemimpinan yang mission-driven, disiplin, mengutamakan kepentingan negara, rendah hati, tahan banting, dan versatile. Karakter dan sikap tersebut penting dalam mengarungi bahtera organisasi, terlebih di dunia yang semakin kompleks. Ketika berbicara keberhasilan organisasi, karakter dan sikap yang akan berkontribusi besar dalam kesuksesan.

Implementasi dalam kehidupan

Sikap, karakter, dan sifat kepemimpinan militer sebenarnya telah kita praktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika kita ingin hidup lebih sehat, kita harus mulai mengurangi makanan berlemak, lebih banyak berolahraga, dan mengatur pola tidur dan makan. Hal itu membutuhkan kedisiplinan tinggi.

Riset Zepetnek, et al (2021) membuktikannya. Orang yang lebih disiplin -mereka menggunakan istilah grit- dapat membantu seseorang untuk menjalani gaya hidup yang lebih sehat. Itu baru satu contoh praktik secara individual.

Ketika memikirkan bagaimana implementasi kepemimpinan militer yang lebih luas, saya ingat kejadian pandemi. Pada masa pandemi, masyarakat Indonesia kompak menaati protokol kesehatan. Masyarakat Indonesia juga ingin divaksinasi. Kita punya satu tujuan saat melakukan itu: agar Indonesia bebas dari pandemi.

Kemauan kita untuk melakukan dua hal tersebut adalah wujud cinta tanah air terhadap negara kita. Secara tidak langsung, kita menjadi bagian dari misi penting agar Indonesia tidak lagi menderita pandemi.

Korporasi, start-up, dan perusahaan pun banyak yang bergerak membantu masyarakat yang terdampak. Ada yang memberikan vaksinasi gratis, menyalurkan beasiswa, mendistribusikan bahan-bahan pokok.

Karena semua rakyat memiliki satu misi yang sama, Indonesia bisa berada di tahap ini, di mana sudah lebih banyak keleluasaan dalam beraktivitas, ekonomi hidup kembali, dan Indonesia perlahan menjadi lebih stabil.

Rasa pengabdian yang ditunjukkan pada masa pandemi juga tertular di berbagai sektor. Dalam sektor pariwisata, banyak pihak bergotong royong melakukan apa yang dia bisa. Ada yang fokus membangun desa wisata, ada yang pelayanan yang terjangkau agar masyarakat kembali berwisata, dan masih banyak lagi.

Kegiatan tersebut sebenarnya merupakan manifestasi dari kepemimpinan militer. Kepemimpinan militer selalu fokus pada misi yang lebih besar, yaitu mengabdi kepada negara. Apa yang telah kita lakukan adalah penerapan dari kepemimpinan militer.

Tanpa itu, Indonesia mungkin tidak akan mencapai tahap saat ini. Ketika pandemi mulai mereda, kita juga tidak berhenti untuk membantu orang lain. Hal ini yang membuat Indonesia mendapatkan predikat sebagai negara paling dermawan di dunia tahun 2022.

Indonesia meraih skor 84 persen di indikator donasi uang dan 63 persen di ukuran kerelawanan. Lebih lanjut, menurut survei digital Telkomsel tahun 2022, 69 persen  masyarakat Indonesia mendonasikan lebih dari 2,5 persen gajinya.

Sementara itu, terkait kerelawanan, dalam studi yang dilakukan Institute of Volunteering Studies tahun 2022, sebanyak 34 persen ingin kembali menjadi relawan setelah mencicipi kerelawanan. Mendonasikan uang dan terlibat aktif sebagai relawan merupakan contoh kecil praktik kepemimpinan militer. Aktivitas tersebut menunjukkan bahwa kita memikirkan kepentingan orang lain dan masyarakat.

Kita berusaha untuk berkontribusi kepada negara kita sekecil apapun. Secara tidak sadar, itu menjadi misi kita dalam hidup. Pada akhirnya, kita ingin berjuang atas nama orang lain, yang pada akhirnya menjadi misi kita kelak.

Misi mengabdi

Setiap kita sebenarnya memiliki misi dalam hidup. Misi itu bisa apa saja, apakah berkontribusi terhadap perekonomian keluarga, menulis untuk menginspirasi banyak orang, menjadi seorang campaigner mewakili suara orang banyak, atau membuat komunitas yang memberdayakan anak muda.

Ketika kita mampu mendefinisikan misi kita, nantinya misi tersebut akan menjadi our natural voices. Robert T Kiyosaki mengatakan, “People who speak words that come from their souls inspire their spirit and become great warriors, entrepreneurs, and leaders in all walks of life.”

Banyak sosok yang berhasil di bidangnya karena mereka punya misi yang diemban. Bagi banyak orang, tujuan atau misi menjadi alasan untuk berkontribusi bagi banyak orang.

Gallup mengonfirmasi hal itu, di mana salah satu aspek terpenting dalam bekerja adalah purpose. Di sinilah kepemimpinan militer sangat penting untuk dipraktikkan. Kepemimpinan militer mengajak kita untuk menjadi seseorang yang berpikir tidak hanya tentang diri sendiri dan melihat realitas di lapangan.

Kepemimpinan militer mengajak kita untuk ikut berkontribusi membangun negeri. Pola pikir seperti ini yang harus menjadi pendorong bagi kita untuk berkarya, baik itu sebagai karyawan, akademisi, politisi, maupun pengusaha.

Kabar baiknya, aktor-aktor yang memiliki pola pikir seperti itu sudah mulai bermunculan. Mereka menggerakkan banyak orang, membuat sesuatu yang berdampak dan dapat menyelesaikan solusi.

Kita ambil contoh platform Kitabisa. Kitabisa adalah manifestasi misi dari orang-orang yang membangun platform ini. Kitabisa memiliki misi kemanusiaan, yaitu menjadikannya sebagai platform di mana banyak orang mudah melakukan donasi.

Salah satu start-up unicorn di Indonesia, yaitu OVO, juga memiliki misi dalam membangun usahanya. Mereka ingin masyarakat semakin mudah bertransaksi segala kebutuhan. Pada survei Daily Social 2021, OVO menjadi dompet digital yang paling digunakan masyarakat, yaitu sekitar 58,9 persen.

Pada lini usaha sociopreneur, ada Waste4Change. Kewirausahaan sosial ini hadir untuk memberikan solusi dari hulu ke hilir tentang pengelolaan sampah. Sampah menjadi masalah yang masih belum terselesaikan, sehingga membutuhkan aktor-aktor lainnya untuk mengakselerasi penyelesaian masalah.

Kesamaan dari ketiga start-up ini adalah mereka fokus pada misi dan solusi. Mereka ingin menjadi bagian dari ekosistem, bagian dari solusi di sektor yang digelutinya masing-masing. Hal itu yang menjadi tujuan utamanya.

Ketiga perusahaan itu  juga memiliki target yang jelas. Jack Cranfield, CEO sebuah perusahaan penerbitan bernama Chicken Soup for the Soul, mengatakan, “If you can tune into your purpose and really align with it, setting goals so that your vision is an expression of that purpose, then life flows much more easily.”

Sederhananya, dengan menjadi pemimpin yang mission-oriented, kita menjadi lebih memahami ke arah mana kita akan berpijak. Ini akan membuat kita lebih mudah menentukan langkah ke depan agar selangkah lebih dekat meraih apa yang kita inginkan.

https://www.kompas.com/tren/read/2023/04/18/081422765/belajar-dari-kepemimpinan-militer

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke