Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Semana Santa, Tradisi Paskah di Larantuka yang Lestari dari Abad ke Abad

Kompas.com - 07/04/2023, 18:45 WIB
Diva Lufiana Putri,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Masyarakat Larantuka di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, memiliki sebuah tradisi Paskah bernama Semana Santa.

Semana Santa merupakan perayaan keagamaan terbesar masyarakat Flores yang terdiri dari serangkaian tradisi selama sepekan, mulai dari Misa Minggu Palma hingga Misa Paskah.

Tradisi sejak berabad-abad lalu ini kembali diselenggarakan pada 2023 setelah tiga tahun sempat vakum lantaran pandemi.

"Iya yang pertama setelah pandemi," ujar Pj Bupati Flores Timur Doris Alexander Rihi, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (7/4/2023).

Lantas, bagaimana rangkaian dan sejarah Semana Santa?

Baca juga: Makna dan Sejarah Peringatan Jumat Agung


Semana Santa, tradisi luhur yang masih dipelihara

Plt Kepala Dinas Pariwisata Flores Timur Rin Riberu mengungkapkan, Semana Santa adalah tradisi warisan leluhur yang masih dipelihara dengan baik hingga hari ini.

"Kegiatannya lebih pada devosi dan liturgi," kata dia kepada Kompas.com, Jumat.

Devosi adalah kegiatan di luar liturgi gereja, praktik-praktik rohani yang merupakan ekspresi konkret keinginan melayani dan menyembah Tuhan melalui obyek-obyek tertentu.

Sementara liturgi, secara harfiah berarti kerja bersama, merupakan bentuk peribadatan kepada Tuhan.

Rin menjelaskan, khusus devosi, kegiatan dibuka dengan Rabu Abu. Mulai saat itu, umat akan melaksanakan puasa selama 40 hari.

Bukan hanya itu, umat Kristiani juga melaksanakan devosi di Kapela Tuan Ma, Larantuka, dengan mengaji Semana oleh masing-masing suku.

"Mengaji Semana ini diakhiri pada hari Rabu (5/4/2023) kemarin yang namanya Rabu Terewa oleh suku Fernandez Aikoli (Kapitan Jentera)," jelas Rin.

Adapun sebelumnya pada Selasa (4/4/2023) pagi, dilakukan tradisi Tikam Turo atau pemancangan pagar di Kapela dan sepanjang jalur prosesi.

Salah satu prosesi Semana Santa, mengantarkan Tuan Menino (bayi Yesus) melalui laut ke persinggahannya.

Dokumen pribadi penduduk Larantuka Salah satu prosesi Semana Santa, mengantarkan Tuan Menino (bayi Yesus) melalui laut ke persinggahannya.

Rin mengatakan, umat selanjutnya merayakan Ekaristi atau perayaan misa dalam gereja Katolik.

Kemudian, perayaan dilanjutkan dengan Adorasi Sakramen Maha Kudus atau tindakan penyembahan kepada Tuhan yang hadir dalam rupa Hosti yang telah dikonsekrasikan.

"Pada Kamis (6/4/2023) pagi, (dilakukan) devosi Muda Tuan di mana persiapan Arca Bunda dikeluarkan dan ditahtakan di Kapela," terangnya.

Dia mengimbuhkan, tradisi Semana Santa dilanjutkan pada hari ini, Jumat (7/4/2023), berupa Cium Tuan, yaitu salib Tuan Ana (Tuhan Yesus) dan Tuan Ma (Bunda Maria) oleh para peziarah.

Prosesi kemudian berlanjut dengan mengantarkan Tuan Menino (bayi Yesus) melalui laut ke persinggahannya.

"Dan prosesi Tuan Ma dan Tuan Ana menuju gereja yang dilanjutkan dengan perayaan peringatan wafat Tuhan," kata dia.

Adapun pada sore hari, diadakan lamentasi atau perenungan terhadap penderitaan, kematian, dan penguburan Yesus, dan dilanjutkan dengan prosesi keliling yang dinamakan prosesi Jumat Agung.

"Puncaknya kita merayakan Paskah Tuhan (pada Minggu) di mana Tuhan sudah bangkit alleluya," ungkap Rin.

Baca juga: Link Twibbon Paskah 2022 dan Waktu yang Tepat Ucapkan Selamat Paskah

Sejarah Semana Santa di Larantuka

Dikutip dari Kompas.com (6/4/2023), sejarah tradisi Semana Santa bermula sekitar 500 tahun lalu ketika seorang pemuda dari Suku Resiona sedang bermain di pinggir laut.

Keturunan Raja Larantuka, Don Andre Martinus Diaz Viera de Godinho, menyebut bahwa pemuda Resiona itu melihat sesosok dewi yang berjalan di atas air.

Pemuda Resiona tersebut kemudian bertanya kepada sosok dewi itu, tetapi malah dijawab dengan bahasa yang asing.

Sang pemuda lalu melaporkan hal yang dialaminya kepada para tetua suku. Namun, saat mereka kembali ke tempat tersebut, hanya ada sebuah patung perempuan berparas syahdu.

Patung perempuan tersebut lalu mereka bawa ke korke (rumah adat). Seiring waktu, masyarakat Larantuka termasuk rajanya mulai menyembah figur perempuan tersebut lantaran dianggap selalu mendatangkan keberuntungan.

Bersama dengan datangnya bangsa Portugis di Flores, datang pula misionaris yang menyebarkan agama Katolik.

Raja Larantuka lalu mengajak misionaris tersebut melihat figur suci yang kini telah dikenal sebagai Tuan Ma.

Setelah menyadari bahwa tulisan di dekat figur tersebut berbunyi "Santa Maria Reinha Rosari", sang misionaris langsung berlutut saat menyadari bahwa figur itu ternyata adalah Bunda Maria.

Singkat cerita, pada 1650, Raja Larantuka Ola Adobala kemudian dibaptis dan menyerahkan kekuasaannya kepada Tuan Ma.

Pada 1665, putra dari Ola Adobala, Don Gaspar I pun mulai mengarak patung Tuan Ma keliling Larantuka, yang melahirkan tradisi Semana Santa yang masih tetap bertahan hingga saat ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Tren
Asal-usul Gelar 'Haji' di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Asal-usul Gelar "Haji" di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Tren
Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar 'Money Politics' Saat Pemilu Dilegalkan

Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar "Money Politics" Saat Pemilu Dilegalkan

Tren
Ilmuwan Temukan Eksoplanet 'Cotton Candy', Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Ilmuwan Temukan Eksoplanet "Cotton Candy", Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Tren
8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

Tren
Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Tren
Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Tren
El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

Tren
Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Tren
Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Tren
Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Tren
7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

Tren
Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Tren
Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Tren
Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com