Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seperti Apa Sosok Slamet Tohari, Dukun Pengganda Uang Banjarnegara Tersangka Kasus Dugaan Pembunuhan?

Kompas.com - 04/04/2023, 15:15 WIB
Diva Lufiana Putri,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Slamet Tohari alias Mbah Slamet, dukun pengganda uang asal Banjarnegara, Jawa Tengah, tengah menjadi sorotan lantaran kasus dugaan pembunuhan berantai.

Slamet Tohari telah ditetapkan menjadi tersangka kasus dugaan pembunuhan terhadap 11 orang.

Diberitakan Kompas.com, pembunuhan ini terungkap berkat laporan korban hilang berinisial PO pada Senin (27/3/2023).

Sebelum dinyatakan hilang, PO sempat mengirim pesan WhatsApp kepada pihak keluarga agar datang ke rumah Slamet bersama aparat jika dirinya tidak ada kabar selama beberapa hari.

Pihak keluarga yang tak kunjung mendapat kabar pun melapor ke Polres Banjarnegara pada Senin (27/3/2023).

Namun, saat mendatangi kediaman Slamet, polisi menemukan bahwa PO telah dikubur di sebuah perkebunan.

"Korban (PO) telah dikubur di jalan setapak menuju ke hutan di Wanayasa," kata Kapolres Banjarnegara AKBP Hendri Yulianto.

Bermula dari sana, polisi kemudian menemukan sepuluh jenazah lain tak jauh dari penguburan PO.

Lantas, seperti apa sosok Slamet Tohari, sang dukun pengganda uang yang diduga menjadi pelaku pembunuhan?

Baca juga: Dukun Pengganda Uang Banjarnegara: Kronologi, Motif, dan Jumlah Korban


Sosok Slamet Tohari

Dikutip dari Kompas.com (4/4/2023), Slamet Tohari, pria berusia 45 tahun merupakan pribadi yang dikenal tertutup.

Mbah Slamet yang menggunakan modus dukun pengganda uang pun dikenal tak pernah sosialisasi.

Bahkan, istrinya yang bernama Sanem mengaku tidak mengetahui aksi keji sang suami. Sanem mengatakan, dirinya telah ditelantarkan Mbah Slamet selama satu tahun terakhir.

"Apa aktivitasnya saya tidak tahu, saya saja ditelantarkan selama satu tahun ini," kata Sanem.

Di rumahnya yang terletak di Desa Balun, Wanayasa, Banjarnegara, menurut Sanem, Mbah Slamet sering kedatangan tamu.

Kendati demikian, dia mengaku tidak mengetahui secara persis tujuan dari tamu yang mengunjungi suaminya.

"Saya cuma disuruh buatkan teh," kata wanita yang sehari-harinya berjualan sayur kubis itu.

Baca juga: Pemakaman Massal Disiapkan untuk Korban Pembunuhan Mbah Dukun Slamet

Tetangga tak tahu persis profesinya

Meski tinggal di Desa Balun, banyak warga sekitar yang tak mengenal dekat sosok Slamet Tohari.

Bahkan, terkait kabar Mbah Slamet merupakan dukun pengganda uang, warga sekitar pun hanya mengetahuinya dari warga desa lain.

"Terkait profesinya banyak warga yang tidak tahu persis dan mengetahui akan hal itu. Tapi istrinya sempat dagang kubis," tutur Kepala Desa Balun Mahbudiono.

Kediaman Slamet juga terletak di pinggiran desa dan bersebelahan dengan sungai, sehingga jauh dari warga lain.

"Karena jauh dari warga yang lain artinya orang-orang juga cuek," imbuhnya.

Oleh karena itu, Mahbudiono merasa terkejut dengan penemuan 11 jenazah di desanya. Menurut dia, lebih dari sepuluh jenazah korban itu dikubur di kebun milik orangtua tersangka.

"Saya tahu ada satu mayat saja merinding apalagi ini banyak sekali. Masyarakat juga resah dengan adanya kejadian seperti ini," katanya.

Baca juga: Ada 11 Mayat Diduga Korban Dukun Pengganda Uang, Kades Balun Mengaku Pernah Terima Laporan Orang Hilang

Mengaku bisa menggandakan uang

AKBP Hendri Yulianto menyampaikan, Slamet diduga melakukan penipuan selama lima tahun terakhir.

Dia mengaku mempunyai kemampuan melipatgandakan uang kepada "pasien", sebutan bagi orang yang datang untuk menggunakan jasanya.

Salah satu pasien yang datang kepada Slamet adalah PO. Korban sudah beberapa kali menyetorkan uang kepada Slamet dengan tujuan untuk menggandakan uang.

Namun, harapan PO sama sekali tidak berbuah lantaran uang yang disetorkan kepada Slamet tidak kunjung menghasilkan.

Korban pun menagih uang kepada Slamet yang membuat pelaku kesal dan akhirnya tega melakukan pembunuhan dengan cara diracun.

"Korban terus menagih mana hasil penggandaan uangnya. Akhirnya tersangka kesal dan memberikan minuman berisi potas kepada korban," jelas Hendri.

(Sumber: Kompas.com/Yefta Christopherus Asia Sanjaya | Editor: Michael Hangga Wismabrata, Rizal Setyo Nugroho)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com