Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Tradisi Unik Menjelang Ramadhan di Berbagai Negara, Apa Saja?

Kompas.com - 20/03/2023, 08:10 WIB
Alicia Diahwahyuningtyas,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

Mulai saat itu, banyak warga sipil yang berasumsi bahwa ini adalah cara baru untuk menandakan akhir puasa. Banyak yang berterima kasih atas inovasinya, dan putrinya, Haja Fatma, mendesaknya untuk menjadikan ini sebagai tradisi.

Praktik ini kemudian menyebar ke banyak negara di Timur Tengah termasuk Lebanon. Di mana meriam digunakan oleh Ottoman untuk menandai buka puasa di seluruh negeri.

Tradisi tersebut sempat dikhawatirkan akan hilang pada 1983 setelah invasi yang menyebabkan penyitaan beberapa meriam yang kemudian dianggap sebagai senjata.

Namun, tradisi tersebut kemudian dihidupkan kembali oleh Tentara Lebanon setelah perang dan berlanjut hingga hari ini untuk memperingati Ramadhan.

Baca juga: Sejarah Peristiwa Isra Miraj dan Tradisi Unik Perayaannya di Indonesia

3. Anak-anak bernyanyi meminta permen di Uni Emirat Arab

Uni Emirat Arab (UEA) juga memiliki tradisi untuk menyambut Ramadhan, yakni tradisi haq al laila yang terjadi pada setiap tanggal 15 Syakban, satu bulan sebelum Ramadhan.

Pada 15 Syakban, anak-anak di UEA akan berkeliling di lingkungan rumah mereka mengenakan pakaian cerah, mengumpulkan permen dan kacang dalam tas jinjing yang dikenal sebagai kharyta. Selain itu, anak-anak juga akan menyanyikan lagu-lagu tradisional lokal.

Beberapa nyanyian yang sering dinyanyikan oleh anak-anak di UEA adalah Aatona Allah Yutikom, Bait Makkah Yudikum, yang jika diterjemahkan dari bahasa Arab menjadi "Berikan kepada kami dan Allah akan membalas dan membantu Anda mengunjungi Rumah Allah di Mekkah".

Anak-anak ini akan bernyanyi di jalan-jalan dengan penuh semangat sambil mengumpulkan hadiah mereka.

Baca juga: Puasa Ramadhan, Syarat, dan Ketentuannya

4. Penabuh drum sahur di Turkiye

Sejak zaman Kesultanan Utsmaniyah, orang-orang yang berpuasa pada Ramadhan biasa terbangun oleh suara genderang atau drum yang ditabuh di pagi hari untuk sahur.

Terlepas dari berlalunya waktu (dan terlepas dari penemuan jam alarm), lebih dari 2.000 penabuh genderang masih berkeliaran di jalanan Turkiye, menyatukan komunitas lokal selama bulan suci.

Penabuh genderang akan mengenakan kostum tradisional Ottoman, termasuk fez (semacam peci khas Turki) dan rompi yang dihiasi dengan motif tradisional.

Saat mereka berkeliling dengan davul (gendang Turkiye berkepala dua), para penabuh Ramadhan mengandalkan kemurahan hati warga untuk memberi mereka tip atau bahkan mengundang mereka untuk berbagi makanan sahur.

Baca juga: Puasa Ramadhan 2023 Tanggal Berapa? Ini Menurut Muhammadiyah dan Pemerintah, serta Prediksi BRIN

5. Menyalakan lentera warna-warni selama Ramadhan di Mesir

Setiap tahun, orang-orang Mesir akan menyambut Ramadhan dengan fanous atau lentera rumit yang berwarna-warni. Lentera ini melambangkan persatuan dan kegembiraan di sepanjang bulan suci Ramadhan.

Meskipun tradisi ini lebih bersifat budaya daripada agama, tradisi ini sangat terkait dengan bulan suci Ramadhan, dengan makna spiritual.

Ada kisah yang menyebutkan tentang kapan pertama kali fanous muncul di Mesir, yakni pada suatu malam selama Dinasti Fatimiyah. Saat itu, orang Mesir menyapa Kekhalifahan Al-Mu'izz li-Din Allah saat dia tiba di Kairo pada hari pertama Ramadhan.

Untuk menyediakan pintu masuk yang terang bagi imam, pejabat militer memerintahkan penduduk setempat untuk memegang lilin di jalan-jalan yang gelap dan melindunginya dalam bingkai kayu agar tidak meledak.

Seiring waktu, struktur kayu ini muncul menjadi lentera berpola, dan sekarang ditampilkan di seluruh negeri, menyebarkan cahaya selama bulan suci.

Saat ini, fanous sering diintegrasikan ke dalam tradisi lokal lainnya. Misalnya, saat bulan suci, anak-anak berjalan-jalan dengan lentera mereka, bernyanyi riang sambil meminta hadiah dan permen.

Baca juga: Mengapa Lentera Identik dengan Ramadhan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com