Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mario Dandy Satrio Sering Pamer Harley dan Rubicon, Ini Alasan Orang Flexing Barang Mewah di Medsos

Kompas.com - 27/02/2023, 11:15 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Nama Mario Dandy Satrio ramai dibicarakan publik salah satunya karena konten kendaraan mewah yang ia unggah di akun TikTok miliknya.

Dandy awalnya dikenal publik sebagai tersangka penganiayaan terhadap D (17), putra salah satu pengurus GP Ansor.

Setelah warganet telusuri lebih lanjut, anak Rafael Alun Trisambodo mantan pejabat pajak Eselon III Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan ini ternyata hobi mengendarai motor gede merek Harley dan mobil Jeep Rubicon.

Deretan kendaraan mewah yang ia pakai itu dijadikan konten melalui akun TikToknya. Saat ini, konten tersebut sudah ia hapus dari akun tersebut.

Meski begitu, pemilik akun Twitter ini telah menyimpan unggahan berisikan kendaraan mewah dari akun TikTok Dandy.

Dalam unggahan tersebut, Dandy terlihat banyak membagikan video saat ia mengendarai motor dan mobil mewah tersebut.

Hingga saat ini, unggahan Twitter mengenai isi akun TikTok Dandy tersebut telah tayang sebanyak 1,6 juta kali dan disukai 3.857 pengguna.

Berkaca dari konten yang Dandy bagikan tersebut, mengapa ada warganet yang hobi memamerkan barang mewah kepunyaannya?

Baca juga: Harga dan Spesifikasi Jeep Rubicon seperti Milik Mario Dandy Satrio


Flexing

Sosiolog Universitas Indonesia Devie Rachmawati menyebut perilaku Dandy yang sering membagikan konten tentang kendaraan mewahnya sebagai tindakan flexing.

Flexing adalah satu aktivitas di mana seseorang berupaya menampilkan citra tentang dirinya melalui hal-hal yang berkaitan dengan kepemilikan barang-barang yang dinilai mewah.

Menurutnya, di era modern yang serba digital seperti sekarang, upaya untuk meraih status sosial tersebut mendapatkan panggung lewat kehadiran media sosial. Setiap orang kemudian berkeinginan untuk menunjukkan jati dirinya yang berbeda dari orang lain melalui media sosial.

"Orang itu tergerak menghabiskan uangnya untuk memiliki barang-barang bagus dan layanan terbaik demi menunjukkan status sosial tertentu maupun kekuasaannya," jelas Devie kepada Kompas.com, Sabtu (26/2/2023).

Ia menyatakan, orang-orang seperti Dandy terobsesi menunjukkan kalau dia memiliki kekuatan atau status tertentu. Obsesi ini juga didorong oleh rasa kepercayaan diri yang rendah dari orang tersebut.

Baca juga: Pasal dan Ancaman Pidana Mario Dandy Satrio, Tersangka Penganiayaan Anak Kader GP Ansor

"Jadi, mereka ingin memastikan agar tetap dihargai dan dihormati dengan menunjukkan kelebihan-kelebihan tadi," lanjutnya.

Selain itu, orang seperti ini merasa mampu menampilkan bahwa dia orang yang berbeda karena memiliki barang-barang yang tidak biasa. Ketidakbiasaan inilah yang akan lebih cepat membuat dia menarik perhatian.

Keinginan untuk menunjukkan status sosial dan menarik perhatian semakin besar jika ditambah dengan karakter sosial masyarakat Indonesia.

Devie menjelaskan, orang-orang Indonesia suka memiliki kekuasaan, kekayaan, ketenaran, maupun kewibawaan. Kesukaan itu membuat keempat hal tersebut menjadi sangat penting untuk ditunjukkan kepada orang lain.

Baca juga: Kasus Mario Dandy dan Bentuk dari Simbolik Eksternalitas Power...

Tampang Mario Dandy Satriyo (20) yang menganiaya D, anak dari pengurus GP Ansor.Kolase TribunJateng Tampang Mario Dandy Satriyo (20) yang menganiaya D, anak dari pengurus GP Ansor.

Berbagai risikonya

Meskipun dilakukan demi memenuhi keinginan diri sendiri, tindakan memamerkan barang mewah ini juga memiliki risiko buruk yang bisa terjadi.

"Kita lupa di era media sosial di mana informasi yang kita sampaikan secara online tidak hanya disaksikan oleh 1 atau 2 orang tetapi oleh banyak manusia di seluruh jagat digital," jelas Devie.

Menurutnya, ketika seseorang terlalu sering membagikan hal pribadi atau over sharing, maka ia berpotensi menjadi korban praktik kejahatan.

Dalam kasus Dandy, orang itu bisa balik menjadi korban saat warganet menemukan dan membagikan fakta-fakta tidak menyenangkan dari pelaku.

Hal ini tetap ada meskipun bisa jadi fakta yang ditemukan tidak berhubungan dengan kasus tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com