Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Muntahan Paus Harganya Mencapai Miliaran Rupiah, Apa Manfaatnya?

Kompas.com - 18/02/2023, 19:30 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.comMuntahan paus atau ambergris harga jualnya bisa mencapai miliaran rupiah. Ambergris atau muntahan paus adalah benda seperti batu kapur yang memiliki sifat seperti lilin.

Ambergris berasal dari usus atau sistem pencernaan paus sperma yang dikeluarkan melalui mulutnya. Benda ini memiliki harga yang sangat mahal di pasaran khususnya di negara-negara teluk.

Muntahan paus berharga mahal karena dijadikan pengikat aroma pada parfum serta wewangian langka seperti musk. Bau khas yang muncul dari Ambergris, banyak dicari oleh pakar parfum dunia untuk membuat wangi parfum dapat bertahan lebih lama.

Dilansir dari Kompas.com, seorang anak pada 2012 menemukan ambergris atau muntahan paus seberat 600 gram dan harganya mencapai Rp 900 juta.

Sementara pada tahun 2021, nelayan di Thailand menemukan 30 kg ambergris yang nilainya mencapai Rp 19 miliar.

Baca juga: Apa Itu Ambergris, Muntahan Paus yang Harganya Miliaran Rupiah?

Apa itu ambergris?

Siriporn Niamrin, seorang wanita asal Thailand ketika menunjukkan benda padat yang dia temukan saat berjalan-jalan di pantai. Benda itu diyakini adalah muntahan paus, dan bisa membuat Siriporn kaya raya jika terkonfirmasi benar.VIRALPRESS via DAILY MAIL Siriporn Niamrin, seorang wanita asal Thailand ketika menunjukkan benda padat yang dia temukan saat berjalan-jalan di pantai. Benda itu diyakini adalah muntahan paus, dan bisa membuat Siriporn kaya raya jika terkonfirmasi benar.

Ambergris atau muntahan paus terbentuk dari bagian hewan yang keras, seperti paruh cumi-cumi dan zat cairan empedu yang mengikatnya.

Lama kelaman campuran itu terus terbentuk di dalam perncernaan paus selama bertahun-tahun sebelum dikeluarkan.

Ada ilmuwan yang berpendapat bahwa ambergris di perut paus bisa membuat usus besar paus terus membesar lima kali lipat dan menyebabkan kematian.

Bila ambergris keluar dari perut paus, benda tersebut akan mengapung di lautan.

Saat mengapung di lautan dan terkena sinar matahari, ambergris yang mirip kotoran paus itu berubah mengeras menjadi seperti batu.

Walaupun berbau amis saat pertama kali diproduksi, ambergris akan mengalami perubahan aroma seiring berjalannya waktu menjadi berbau manis dan khas seperti tanah.

Baca juga: Mengenal Ambergris, Muntahan Paus yang Harganya hingga Miliaran Rupiah

 

Bahan pembuat parfum

Aroma khas dari ambergris menjadi bahan pembuat parfum yang langka, seperti musk.

Aroma ini berasal dari proses oksidasi dan penggabungan dari berbagai elemen, mulai dari matahari, pasir, udara, garam, laut, mineral laut, dan air.

Pemanfaatan ambergris pada produk parum didukung oleh sifat ambergris yang juga dapat laur dalam beberapa jenis cairan dan minyak tertentu dengan kecepatan penguapan yang lambat.

Dikutip dari Kompas.com, zat komponen kimia ambrein yang ada di ambergris ini terdapat di parfum-parfum terkenal seperti Chanel No 5.

Zat ini juga memperkaya aroma penciuman lain dari parfum. Efeknya seperti garam yang meningkatkan rasa tambahan rempah-rempah di masakan.

Aroma lain yang dikeluarkan dari ambergris ini mengeluarkan aroma seperti tembakau, pinus, atau mulsa.

Menurut seorang ahli ambergris, Bernard Perrin mengatakan ambergris sama seperti anggur yang semakin lama umurnya akan semakin baik.

Sementara itu mengutip Whale Facts, ambergris juga dimanfaatkan sebagai aroma dupa dan bahan pewangi dalam cerutu.

Selain itu muntahan paus juga dimanfaatkan untuk pengobatan pilek, sakit kepala, melindungi individu dari wabah, dan kegunaan lain, baik bersifat fisik, mental, maupun psikologis.

Baca juga: Viral, Potongan Bagian Tubuh Hewan Laut Diduga Penis Paus, Benarkah?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com