"MR DIY dimulai seperti toko perangkat keras tradisional," ujar Manajer Pemasaran MR DIY Andy Chin.
Perusahaan kemudian mengalami pertumbuhan pesat mulai 2010 dan terus berkembang usai membuka toko di mal.
“Tapi kami selalu memperhatikan untuk mengembangkan bisnis. Karena itu, kami berinvestasi dalam sistem point-of-sale (POS) sejak awal. Ini adalah kunci untuk ekspansi yang efisien dan mudah,” ujarnya.
Chin mengungkapkan bahwa target MR DIY yang utama adalah ibu rumah tangga, tetapi mereka juga tetap menyukai melayani semua orang dari usia 8 hingga 80 tahun.
Dirinya juga mengungkap, pada umumnya gerai suatu bisnis ketika melakukan perluasan, dibuka dengan mengikuti aturan tetap seperti terkait ukuran tertentu dan melayani area dengan radius tertentu. Namun, MR DIY tidak demikian.
MR DIY membuka gerai berdasarkan permintaan pasar aktual yang perusahaan tentukan melalui campur tangan analis internal dan dari data yang dikumpulkan sendiri.
Dari sebuah toko mandiri, mulai 2010, MR DIY berkembang menjadi perusahaan yang menjalin kemitraan dengan pengecer besar seperti Tesco, Giant dan Aeon.
Baca juga: Ramai di Media Sosial, Ini Serba-serbi soal Mixue
Dikutip dari Financial Times MR DIY saat ini telah mengoperasikan 894 toko di Malaysia dan enam toko di Brunei.
Kini, perusahaan tersebut telah memiliki lebih dari 2.000 toko di seluruh Asia, seperti Singapura, Thailand, Brunei, Indonesia, Filipina, dan Kamboja.
Toko MR DIY biasanya memiliki ukuran toko sekitar 1.000 meter persegi untuk memberikan kenyamanan pengunjung dan menjual sekitar 18.000 jenis produk.
Di Indonesia, sebagaimana dikutip Kontan, sampai 2021 lalu, sudah ada sekitar 300 toko MR DIY di seluruh Indonesia.