Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Negara Ini Catatkan Kematian akibat Amoeba Pemakan Otak, Bagaimana Indonesia?

Kompas.com - 29/12/2022, 20:05 WIB
Diva Lufiana Putri,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

Amerika Serikat (AS) telah melaporkan 154 infeksi amoeba pemakan otak selama kurun waktu 1962 hingga 2021.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), hanya empat orang yang selamat, dengan tingkat kematian lebih dari 97 persen.

Pada tahun ini, seperti dilaporkan Insider (23/11/2022), setidaknya tiga orang meninggal akibat infeksi amoeba pemakan otak di negara ini.

Tercatat, Naegleria fowleri ditemukan di danau dan sungai di Lowa, Nebraska, dan Arizona.

Peningkatan kasus infeksi ini disebabkan suhu lingkungan yang cenderung lebih hangat daripada sebelumnya.

Baca juga: Manfaat Sirsak: Mencegah Bisul dan Membunuh Sel Kanker

3. Pakistan

Pakistan juga mengonfirmasi kematian akibat meningoensefalitis amoeba primer yang disebabkan oleh Naegleria fowleri, pada Mei 2022.

Diberitakan Out Breaks Today (2/5/2022), kematian pertama di Provinsi Sindh pada tahun ini terjadi pada seorang pria berusia 59 tahun asal Kiamari.

Adapun menurut otoritas kesehatan setempat, sekitar 90 orang telah meninggal akibat meningoensefalitis amoeba primer di Karachi, ibu kota Sindh.

Baca juga: Bagaimana Cara Amoeba Pemakan Otak Bisa Masuk ke Otak?

Bagaimana dengan Indonesia?

Saat dikonfirmasi, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menyampaikan bahwa belum ada temuan infeksi amoeba pemakan otak di Indonesia

"Sampai saat ini belum ada laporan dari fasilitas kesehatan maupun organisasi profesi yang melaporkan adanya kasus ini," ujar Nadia kepada Kompas.com, Kamis (29/12/2022).

Sementara itu, meningoensefalitis amoeba primer (PAM) atau infeksi Naegleria fowleri setidaknya memiliki gejala yang dirasakan mulai 1-14 hari setelah terinfeksi.

Baca juga: Hewan yang Bisa Mengendus Sel Kanker pada Manusia, Apa Saja?

Gejala termasuk kebingungan, kurang perhatian terhadap orang-orang dan sekitarnya, kehilangan keseimbangan, kejang, dan halusinasi.

Setelah awal gejala, penyakit berkembang dengan cepat dan biasanya menyebabkan kematian dalam waktu 3 sampai 7 hari.

Lantaran infeksi cenderung berkembang cepat, sebagian besar penderita sudah terlebih dahulu meninggal sebelum sempat diagnosis.

Baca juga: Waspada Virus Nipah, Ini Gejala, Diagnosis, dan Cara Penularannya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com