Perlu diketahui juga bahwa penggambaran dari Sundblom membuat Sinterklas makin populer ketika Natal di AS.
Pasalnya, masyarakat AS dulunya belum mengenal siapa itu Sinterklas walau kisahnya sudah berkembang di daratan Eropa.
Sundblom terus melanjutkan gambaran Sinterklas yang pertama kali ia bikin pada tahun 1931 hingga tahun 1964.
Baca juga: Misa Natal di Gereja Katedral Jakarta: Jadwal, Cara Daftar, dan Kapasitas Umat
Saking fenomenalnya iklan Coca-Cola yang menampilkan karya Sundblom, publik mengira Sinterklas yang berperawakan gendut dan berpakaian serba merah diciptakan oleh merek ini.
Untuk mencegah kesalahpahaman, Coca-Cola mengeluarkan klarifikasi yang berisi penegasan bahwa mereka tidak menciptakan karakter Natal ini.
Coca-Cola hanya menyebutkan bahwa pihaknya mempunyai peran yang besar dalam mempopulerkan Sinterklas.
Baca juga: Coca-Cola dan Unilever Boikot Iklan di Facebook
Diberitakan Kompas.com sebelumnya, warna merah termasuk putih yang menjadi ciri khas karakter berperut buncit ini sebenarnya sudah ada sejak lama.
Kedua warna tersebut diambil dari warna khas Santo Nikolas, yang kisahnya menjadi penggambaran Sinterklas dan Santa Claus ketika diadaptasi di Amerika.
Jubah merah-putih yang dikenakan para uskup kemudian mengalami perubahan dengan jas berpotongan rapi seiring berjalannya waktu.
Jubah para uskup sebenarnya memiliki beberapa warna, namun jubah merah kadung identik dengan Sinterklas pada abad ke-19.
Baca juga: Ramai soal Keluhan Mahalnya Harga Tiket Kereta untuk Libur Natal dan Tahun Baru, Ini Kata KAI