Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Sinterklas Berpakaian Merah dari Iklan Coca-Cola, Benarkah?

Kompas.com - 25/12/2022, 08:05 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bukan Sinterklas namanya apabila kehadiran karakter ini tidak ditunggu-tunggu menjelang dan ketika hari Natal tiba.

Pasalnya, Sinterklas disebutkan dinantikan anak-anak lantaran hobinya membagi-bagikan hadiah, mulai dari permen, pakaian, termasuk mainan.

Sinterklas juga digambarkan sebagai sosok pria tua dengan perawakan gendut, berjanggut putih, dan memiliki suara yang dalam ketika tertawa.

Tetapi, setiap kali Sinterklas ditampilkan, mengapa ia selalu didandani dengan topi, mantel, dan celana panjang serba merah?

Ada yang mengatakan bahwa tampilan serba merah dari Sinterklas berawal dari iklan Coca-Cola pada 1930-an.

Baca juga: Ini Perbedaan Sinterklas dan Santa Claus, Jangan Salah Sebut!

Baca juga: Sejarah Pohon Natal Tiap 25 Desember, dari Mana Awal Mulanya?

Lantas, benarkah hal tersebut? Simak penjelasannya berikut ini.

Sinterklas di iklan Coca-Cola

Sinterklas sebenarnya adalah penggambaran dari kehidupan Santo Nikolas atau Saint Nicholas, biarawan asal Myra sekitar abad ke-3 masehi.

Namun, ada yang mengatakan bahwa visualisasi dari Sinterklas diciptakan oleh merek minuman bersoda asal AS, Coca-Cola.

Keterkaitan antara Sinterklas dan Coca-Cola hingga munculnya kabar seperti itu sebenarnya bermula pada 1920-an.

Baca juga: Suka Minum Coca-Cola? Ini Kisah Penemunya, John Pemberton

Dikutip dari Huffington Post, Coca-Cola sudah memasukkan Sinterklas ke dalam iklannya pada 1920.

Pada saat itu, gambaran karakter Natal ini mempunyai penampilan yang ketat karena terinspirasi dari visualisasi kartunis, Thomas Nast.

Penggambaran Sinterklas dalam iklan Coca-Cola kemudian dilanjutkan oleh seniman Fred Mizen.

Ia menggambar karakter tersebut sedang meminum Coca-Cola di tengah kerumunan orang.

Baca juga: Benarkah Coca-Cola Bisa Digunakan untuk Membersihkan Toilet?

Perubahan Sinterklas

Sinterklas dan Santa Claus menjadi karakter yang tidak bisa dilepaskan dari hari Natal.__ drz __ Sinterklas dan Santa Claus menjadi karakter yang tidak bisa dilepaskan dari hari Natal.

Bermula dari situ, Archie Lee selaku eksekutif di agen perikalanan D'Arcy yang bekerja sama dengan Coca-Cola ingin sesuatu yang berbeda.

Ia mempunyai keinginan Sinterklas yang ditampilkan dalam iklan Coca-Cola terlihat lebih ramah dan ceria.

Coca-Cola lantas menunjuk Haddon Sundblom, seorang ilustrator asal Michigan, AS untuk menggambar bagi merek ini.

Sundblom kemudian mendapatkan inspirasi untuk memvisualisasikan Sinterklas melalui puisi Clement Clark Moore, "A Visit From St. Nicholas".

Baca juga: 7 Promo Makanan Saat Natal 2022, Ada Dominos Pizza hingga Richeese Factory

Puisi tersebut juga dikenal sebagai "Twas the Night Before Christmas" pada saat ini.

Lewat puisi Moore, Sundblom mengambil beberapa kesimpulan dari penggambaran Sinterklas dalam puisi "A Visit From St. Nicholas".

Ia membayangkan Sinterklas yang pipinya kemerahan, matanya berbinar, suka menebar senyum, dan tak ketinggalan perut buncit.

Gambaran dari Sundblom tersebut lantas dipublikasikan oleh Coca-Cola pada 1931 dengan judul "My Hat’s Off to The Pause That Refreshes".

Baca juga: 8 Makanan dari Berbagai Negara untuk Sinterklas dan Rusanya

Salah satu sketsa Sinterklas untuk iklan Coca-Cola yang digambar oleh pada Haddon Sundblom tahun 1964.coca-colacompany.com Salah satu sketsa Sinterklas untuk iklan Coca-Cola yang digambar oleh pada Haddon Sundblom tahun 1964.

Sundblom pakai model hidup

Dalam proses penciptaan Sinterklas yang diinginkan Coca-Cola, Sundblom ternyata mengajak temannya yang juga mantan salesman, Lou Prentiss.

Dilansir dari situs Coca-Cola, Prentiss diajak oleh Sundblom menjadi model hidup untuk gambaran terbaru Sinterklas.

Prentiss kemudian meninggal dunia dan Sundblom menjadikan dirinya sendiri sebagai model dengan cara berkaca di depan cermin.

Tapi, gambaran Sinterklas sempat mengundang perhatian lantaran sabuk dari karakter Natal ini terbalik.

Kekeliruan tersebut kemungkinan disebabkan oleh Sundblom yang melukis Sinterklas dengan cara berkaca di depan cermin.

Baca juga: Syarat Terbaru Vaksinasi untuk Naik Kereta pada Libur Natal dan Tahun Baru

Dapat sambutan hangat

Pemain asing PSS Sleman Aaron Evans merayakan natal bersama sinterklas.Dokumentasi Pribadi Pemain asing PSS Sleman Aaron Evans merayakan natal bersama sinterklas.

Berangkat dari gambaran Sinterklas yang diperbarui oleh Sundblom, karakter yang ditampilkan dalam iklan Coca-Cola semakin populer di AS.

Masyarakat setempat melayangkan pujian kepada merek yang berasal dari Atlanta, AS tersebut.

Perlu diketahui juga bahwa penggambaran dari Sundblom membuat Sinterklas makin populer ketika Natal di AS.

Pasalnya, masyarakat AS dulunya belum mengenal siapa itu Sinterklas walau kisahnya sudah berkembang di daratan Eropa.

Sundblom terus melanjutkan gambaran Sinterklas yang pertama kali ia bikin pada tahun 1931 hingga tahun 1964.

Baca juga: Misa Natal di Gereja Katedral Jakarta: Jadwal, Cara Daftar, dan Kapasitas Umat

Klarifikasi Coca-Cola

Saking fenomenalnya iklan Coca-Cola yang menampilkan karya Sundblom, publik mengira Sinterklas yang berperawakan gendut dan berpakaian serba merah diciptakan oleh merek ini.

Untuk mencegah kesalahpahaman, Coca-Cola mengeluarkan klarifikasi yang berisi penegasan bahwa mereka tidak menciptakan karakter Natal ini.

Coca-Cola hanya menyebutkan bahwa pihaknya mempunyai peran yang besar dalam mempopulerkan Sinterklas.

Baca juga: Coca-Cola dan Unilever Boikot Iklan di Facebook

Diberitakan Kompas.com sebelumnya, warna merah termasuk putih yang menjadi ciri khas karakter berperut buncit ini sebenarnya sudah ada sejak lama.

Kedua warna tersebut diambil dari warna khas Santo Nikolas, yang kisahnya menjadi penggambaran Sinterklas dan Santa Claus ketika diadaptasi di Amerika.

Jubah merah-putih yang dikenakan para uskup kemudian mengalami perubahan dengan jas berpotongan rapi seiring berjalannya waktu.

Jubah para uskup sebenarnya memiliki beberapa warna, namun jubah merah kadung identik dengan Sinterklas pada abad ke-19.

Baca juga: Ramai soal Keluhan Mahalnya Harga Tiket Kereta untuk Libur Natal dan Tahun Baru, Ini Kata KAI

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Sejarah Pohon Natal

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com