"Mereka itu memiliki sumber sendiri-sendiri, punya akumulasi sendiri-sendiri, punya waktu matang sendiri-sendiri, punya waktu rilis sendiri-sendiri. Jadi itulah fenomena teknonik seperti itu," katanya lagi.
Baca juga: 5 Hal yang Perlu Diketahui soal Sesar Cimandiri, Sebaran Sesar hingga Potensi Bahayanya
Sebelumnya, Daryono menjelaskan, Indonesia kerap diguncang gempa bumi karena dampak dari banyaknya sumber gempa.
Indonesia, imbuhnya, memiliki enam zona subduksi lempeng dan 13 segmen megathrust.
"Itu generator atau pembangkit gempa dahsyat," ujarnya, dikutip dari Kompas.com (15/11/2019).
Segmen megathrust itu, menurut dia, ada di barat Sumatera, selatan Jawa, utara Sulawesi, laut Malku, utara Papua, dan masih banyak lagi.
Oleh karena itu, potensi tsunami juga sangatlah tinggi.
Baca juga: Erupsi Gunung Semeru, Peringatan Tsunami Jepang, dan Penjelasan BMKG
Selain sumber-sumber di atas, Indonesia juga mempunyai zona sesar aktif yang merupakan lempengan yang patah dan bergeser.
Setidaknya ada 295 titik dan siap terjadi secara bergantian.
Apabila terdapat kejadian gempa yang berdekatan lokasi dan waktunya, hal itu bukan karena saling picu atau saling menjalar.
"Itu hanya kebetulan, jadi sampai saat ini pun secara empiris untuk membuktikan sebuah gempa dapat memicu gempa lain, itu masih sulit untuk dibuktikan," pungkasnya.
Baca juga: Viral, Video Helikopter Porak-porandakan Tenda Pengungsi Korban Gempa Cianjur, Ini Kata Basarnas
Antisipasi
(Sumber: Kompas.com/Nur Rohmi Aida, Dandy Bayu Pramasta | Editor: Sari Hardiyanto)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.