Pemodelan oleh Laboratorium Bloom Pusat Kanker Fred Hutchinson di Seattle, Washington, juga memperingatkan subvarian baru kemungkinan lebih baik dalam menghindari kekebalan sebelumnya (melalui vaksinasi atau infeksi alami).
Baca juga: UPDATE Lokasi Vaksin Dosis 1, 2, dan Booster di Wilayah Jakarta
Meski begitu, para ilmuwan mengatakan bahwa belum ada bukti dan indikasi yang menyebutkan BN.1 menyebabkan gejala berat atau kematian.
Geoghegan menyampaikan, subvarian BN.1 muncul dari evolusi konvergen, di mana spesies yang berbeda dari suatu organisme secara mandiri mengembangkan sifat yang sama, dalam menanggapi tekanan yang sama.
"Kami melihat subvarian ini secara mandiri mengembangkan jenis mutasi yang sama di tempat yang sama, yang berarti mereka jelas memberikan beberapa keuntungan," kata dia.
Baca juga: Jurus Jitu Menghadapi Varian Omicron XBB, Apa Saja?
Dilansir dari Daily Mail, Selasa (15/11/2022), sudah ada 225 kasus BN.1 yang terdeteksi di AS hingga saat ini.
Sebagian wilayah yang melaporkan kasusnya yakni di California, New York, dan Florida.
Di Inggris, kasus Omicron BN.1 juga telah dikonfirmasi sebanyak 55 kasus.
Dalam pertemuan Infectious Diseases Society of America akhir pekan lalu, seorang ahli mikrobiologi di CDC, Dr Natalie Thornburg mengatakan bahwa kasus virus tersebut sekarang mungkin berlipat ganda setiap dua minggu.
"Ketidakpastian dalam waktu penggandaan itu sedikit lebih tinggi karena jumlah urutan absolutnya rendah, karena proporsinya rendah," katanya.
Baca juga: Muncul Subvarian Baru Omicron BN.1, Virus Corona Apa Itu?