Pasalnya, tidak ada yang boleh merasa superior di kala berbicara mengenai religiositas. Tidak boleh juga ada seseorang yang membuat klaim dirinya paling dekat dengan Tuhan, bahkan menggunakan nama-Nya demi memiliki kekuasaan.
Bila demikian, berarti ada yang salah dalam cara beragamanya.
Dalam Sampar, Albert Camus mengalegorikan tentara-tentara Nazi sebagai tikus yang menyerbu orang-orang di Kota Oran. Berawal dari tikus-tikus yang mati di jalanan kota, masyarakatnya pun terkena sampar. Akan tetapi, benarkah tikus dan sampar hanya sebatas tentara Nazi?
Mungkin ada yang lain, seperti masyarakat Kota Oran yang runtuh dan luluh-lantak, tetapi pemerintah menyembunyikan kenyataan di belakang kalimat-kalimat birokratis, koran-koran selalu memberikan penghiburan, sementara tikus-tikus berserakan.
Akhirnya, dr. Rieux (tokoh dalam novel) yang tersisa dan menyadari bahwa sampar tidak akan pernah hilang. Dia tahu itu karena berusaha sebaik-baiknya mengobati para pasien sakit, sementara nyawanya pun selalu berada di ujung tanduk.
Apa yang menyebabkan dia bertindak mau menolong, selain kemanusiaan tanpa mengutarakan dirinya adalah kepanjangan tangan Tuhan?
Jelas, banyak yang mencemooh dr. Rieux juga Albert Camus sebagai penciptanya. Tidak sedikit juga yang menyebut Camus sebagai “Santo Camus” karena menolak dunia politik dan lebih memilih tempat teduh dalam kemanusiaan.
Baca juga: Pentingnya Empati untuk Diri Sendiri dan Orang Lain
Akan tetapi, kesusastraan, seperti Serat Wedhatama atau Sampar memang kadang seperti orang suci yang dapat memberi wejangan kehidupan, kadang juga tertuduh munafik.
Oleh karena itu, karya Agan ini dapat juga dilihat sebagai kritik atas masyarakat yang dapat dengan mudah percaya berita bohong tanpa mau melakukan validasi kesahihannya.
Masih banyak informasi perihal spiritualitas dari Reza Watimena. Simak obrolan lengkapnya dalam siniar BEGINU bertajuk “Kebutuhan Spiritual untuk Menghadapi Tantangan Dunia” di Spotify.
Ikuti juga siniarnya agar kalian tak tertinggal tiap episode terbaru yang tayang pada Senin, Rabu, dan Jumat!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.