KOMPAS.com - Kasus penyiraman air keras terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan hingga detik ini tak kunjung menemui titik terang.
Peristiwa itu terjadi pada 11 April 2017 saat Novel sedang berjalan ke rumahnya usai shalat Subuh di Masjid Jami Al-Ihsan, Kelurahan Pegangsaan Dua, Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Akibatnya, kornea di mata kanan Novel mengalami kerusakan.
Banyak pihak yang menuding bahwa penyiraman tersebut berkaitan dengan kasus besar yang sedang ditangani Novel kala itu.
Karena pengungkapan kasus yang tak kunjung tuntas, sejumlah dalih pun bermunculan.
Baca juga: Kasusnya Dituding Rekayasa karena Bisa Melirik, Ini Penjelasan Novel Baswedan
Wakil Presiden Ma'ruf Amin turut mengomentari kasus Novel yang tak kunjung menemui titik terang.
Menurutnya, pelaku penyiraman Novel sangat lihai sehingga menyulitkan polisi untuk mengungkap pelaku penyiraman itu.
"Ada perkara kan yang tingkatnya tak begitu rumit. Sehingga mudah dipecahkan. Rupanya Novel itu agak tinggi," kata Ma'ruf, seperti dikutip dari pemberitaan Kompas.com (1/11/2019).
"Sehingga upaya membentuk tim pencari fakta, sehingga belum ketemu secara cepat, sehingga perlu terus digali. Jadi ternyata pelakunya sangat pintar sekali," lanjutnya.
Meski demikian, ia memastikan bahwa Polri tetap berkomitmen untuk mengungkap pelaku penyiraman air keras terhadap Novel.
Baca juga: Maruf Amin: Pelaku Penyiraman Air Keras ke Novel Baswedan Sangat Pintar
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menegaskan bahwa pengungkapan kasus Novel bukanlah perkara mudah.
Hal itulah yang membuat kepolisian belum berhasil mengungkap pelaku penyerangan hingga saat ini.
"Kasus Novel seolah-olah mudah tapi padahal nggak mudah juga," kata Moeldoko, dikutip dari pewartaan Kompas.com (5/11/2019).
Bahkan, lambatnya penanganan kasus Novel membuat Presiden kerap bertanya-tanya.
"Presiden sering (tanya), di mana persoalan sebenarnya? Pencarian barang bukti itu yang benar-benar menyulitkan," paparnya.