Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Prof. Dr. Ahmad M Ramli
Guru Besar Cyber Law & Regulasi Digital UNPAD

Guru Besar Cyber Law, Digital Policy-Regulation & Kekayaan Intelektual Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran

Waspada, Ini Sanksi Pidana bagi Pembocor dan Penyalah Guna Data Pribadi

Kompas.com - 02/11/2022, 10:59 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KASUS terkait data pribadi beragam jenisnya. Kebocoran dan penyalahgunaan data pribadi adalah dua di antaranya. Sebelumnya, tidak ada ketentuan hukum komprehensif yang mengatur hal ini.

Baru setelah Undang-Undang (UU) Nomor 27 Tahun 2022 tentang Pelindungan Data Pribadi (PDP) disahkan dan diundangkan, pengaturan tentang hal tersebut menjadi terang-benderang.

Modus pelanggaran

Solusi dan penegakan hukum terhadap kebocoran dan penyalahgunaan data pribadi tentu tidak selalu sama, tergantung kasusnya. Jika terkait sengketa dengan pelanggan, atau sengketa antar korporasi, penyelesaian melalui jalur perdata dan administrasi menjadi prioritas. Karena terkait hubungan bisnis korporasi dengan individu (business to individual/B2i) atau antarsesama korporasi (business to business/B2B).

Baca juga: Hal yang Dilarang dalam UU Pelindungan Data Pribadi

Tetapi, jika terkait pelanggaran dalam bentuk penyalahgunaan, pengungkapan, pembocoran, atau penyalahgunaan data pribadi secara melawan hukum, yang mengancam kepentingan atau keselamatan umum, maka tindakan melalui jalur pidana bisa diprioritaskan.

Apalagi jika menyangkut transanksi illegal keuangan, kesehatan, kependudukan, dan lain-lain. Pemaknaan tindakan hukum pidana ini dimaksudkan untuk mencegah kerugian lebih besar, atau mengatasi gangguan ketertiban umum sebagai ultimum remidium.

Dalam praktik, penyalahgunaan data pribadi juga dapat berlatar belakang aneka modus. Karena itu, tidak heran jika saat ini orang untuk berbagi nomor telepon seluler pun menjadi sangat selektif karena dapat disalahgunakan.

Contoh yang sering terjadi, hanya karena tersebarnya nomor telepon seluler, penerimaan pesan tak diinginkan terjadi secara bombastis, bisa terjadi pada korban maupun keluarganya, tawaran-tawaran bermodus penipuan pun membanjir.

Selain itu, tindakan teror, menguntit, dan mengikuti ke mana korban pergi (cyber stalking), dan tindakan online illegal lainnya sering kali juga berawal dari diketahuinya nomor telepon seluler.

Perlu dipahami, kejahatan keuangan secara online, dengan penggunaan data pribadi, tentu saja modus dan instrumennya tidak tunggal. Taruhlah bahwa peretas sudah mengetahui data pribadi korban, tetapi yang bersangkutan juga tidak akan dapat membobol rekeningnya jika tidak mengetahui nomor rekening, PIN, dan password-nya.

Hal yang terakhir ini yang harus dipahami masyarakat agar tidak terjebak memberikan data-data tersebut.

Penggunaan one time password (OTP) adalah salah satu formula keamanan berbentuk pengiriman kode verifikasi. Nomor telepon seluler juga menjadi bentuk pengaman tersendiri karena transaksi mobile banking, misalnya hanya dapat diakses oleh nomor telepon seluler yang sudah terdaftar, dan OTP juga akan dikirim hanya ke nomor dimaksud.

Kebocoran data pribadi

Kasus kebocoran data pribadi penyebabnya juga bisa beberapa hal. Pertama, apabila sistem data security pengendali data secara teknikal tidak memadai, sehingga membuat hacker dengan mudah meretas dan membobol sistem dimaksud.

Kedua, meskipun sistem dan security sudah canggih, tetapi karena peretas lebih canggih, maka dengan kemampuan teknologinya membobol sistem keamanan pengendali atau prosesor data pribadi.

Untuk itu, maka update dan upgrade teknologi harus rutin dilakukan. Sertifikasi keandalan sistem menjadi penting sebagai instrumen pembuktian.

Ketiga, faktor sumber daya manusia internal dan pelaksana di lapangan juga penting. Jangan sampai kelalaian atau tindakannya menjadi penyebab kebocoran data pribadi.

Karena itu, UU PDP mengatur terkait pejabat atau petugas yang melaksanakan fungsi perlindungan data pribadi pada Pasal 53 ayat (2) yang menyatakan: Pejabat atau petugas harus ditunjuk berdasarkan profesionalitas, pengetahuan mengenai hukum, praktik perlindungan data pribadi, dan kemampuan untuk memenuhi tugas-tugasnya.

Baca juga: Kontrak Baru dan Hak Subjek Data Pribadi yang Perlu Diketahui

UU PDP pada Pasal 37 juga menyatakan bahwa pengendali data pribadi wajib melakukan pengawasan terhadap setiap pihak yang terlibat dalam pemrosesan data pribadi di bawah kendalinya.

Keempat, kebocoran data pribadi bisa disebabkan karena kelalaian subyek atau pemilik data pribadi sendiri. Misalnya tanpa sengaja memberikan password atau OTP kepada mereka yang tidak berhak atau mem-posting dokumen yang di dalamnya terdapat data pribadi.

Perbuatan yang dilarang dan sanksi pidana

Perbuatan yang dilarang terdapat pada Bab 13 UU PDP yang meliputi:

Pertama, setiap orang dilarang secara melawan hukum memperoleh atau mengumpulkan data pribadi yang bukan miliknya, dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain, yang dapat mengakibatkan kerugian subyek data pribadi.

Ancaman pidana bagi pelanggarnya adalah pidana penjara paling lama lima tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 5 miliar. Hal ini diatur pada Pasal 65 ayat (1) jo Pasal 67 ayat (1) UU PDP.

Kedua, setiap orang dilarang secara melawan hukum mengungkapkan data pribadi yang bukan miliknya. Ancaman untuk setiap orang yang melanggar pasal ini yaitu dipidana penjara paling lama empat tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 4 miliar. Hal ini diatur pada Pasal 65 ayat (2) jo pasal 67 ayat (2) ) UU PDP.

Ketiga, setiap orang dilarang secara melawan hukum menggunakan data pribadi yang bukan miliknya. Ancaman pelanggaran pasal ini adalah dipidana dengan pidana penjara paling lama lima tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 5 miliar. Hal ini diatur pada Pasal 65 ayat (3) jo Pasal 67 ayat (3) UU PDP.

Keempat, setiap orang dilarang untuk membuat data pribadi palsu, atau memalsukan data pribadi, dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain, yang dapat mengakibatkan kerugian bagi orang lain.

Ancaman pidana pelanggaran pasal ini adalah dipidana dengan pidana penjara paling lama enam tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 6 miliar (Pasal 66 jo Pasal 68 UU PDP).

Itulah ketentuan dan sanksi pidana dalam UU PDP terkait kebocoran dan penyalahgunaan data pribadi yang harus dihindari setiap individu, pimpinan, atau pengelola korporasi dan badan hukum publik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Bisakah Jaminan Pensiun BPJS Ketenagakerjaan Cair Sebelum Pensiun?

Bisakah Jaminan Pensiun BPJS Ketenagakerjaan Cair Sebelum Pensiun?

Tren
Ini Nasib Barang yang Tertahan Bea Cukai tapi Tidak Diambil Pemiliknya

Ini Nasib Barang yang Tertahan Bea Cukai tapi Tidak Diambil Pemiliknya

Tren
Panggung Kampanye Capres di Meksiko Roboh, 9 Orang Meninggal dan Puluhan Luka-luka

Panggung Kampanye Capres di Meksiko Roboh, 9 Orang Meninggal dan Puluhan Luka-luka

Tren
Matahari Tepat di Atas Kabah 27 Mei, Ini Cara Meluruskan Kiblat Masjid

Matahari Tepat di Atas Kabah 27 Mei, Ini Cara Meluruskan Kiblat Masjid

Tren
Kisah Pilu Simpanse yang Berduka, Gendong Sang Bayi yang Mati Selama Berbulan-bulan

Kisah Pilu Simpanse yang Berduka, Gendong Sang Bayi yang Mati Selama Berbulan-bulan

Tren
Bobot dan Nilai Minimum Tes Online 2 Rekrutmen BUMN 2024, Ada Tes Bahasa Inggris

Bobot dan Nilai Minimum Tes Online 2 Rekrutmen BUMN 2024, Ada Tes Bahasa Inggris

Tren
6 Artis yang Masuk Bursa Pilkada 2024, Ada Ahmad Dhani dan Raffi Ahmad

6 Artis yang Masuk Bursa Pilkada 2024, Ada Ahmad Dhani dan Raffi Ahmad

Tren
7 Dokumen Syarat Pendaftaran CPNS 2024 yang Wajib Disiapkan

7 Dokumen Syarat Pendaftaran CPNS 2024 yang Wajib Disiapkan

Tren
Kelompok yang Boleh dan Tidak Boleh Beli Elpiji 3 Kg, Siapa Saja?

Kelompok yang Boleh dan Tidak Boleh Beli Elpiji 3 Kg, Siapa Saja?

Tren
Jarang Diketahui, Ini Manfaat dan Efek Samping Minum Teh Susu Setiap Hari

Jarang Diketahui, Ini Manfaat dan Efek Samping Minum Teh Susu Setiap Hari

Tren
Pertamina Memastikan, Daftar Beli Elpiji 3 Kg Pakai KTP Tak Lagi Dibatasi hingga 31 Mei 2024

Pertamina Memastikan, Daftar Beli Elpiji 3 Kg Pakai KTP Tak Lagi Dibatasi hingga 31 Mei 2024

Tren
Benarkah Makan Cepat Tingkatkan Risiko Obesitas dan Diabetes?

Benarkah Makan Cepat Tingkatkan Risiko Obesitas dan Diabetes?

Tren
BMKG: Daftar Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 24-25 Mei 2024

BMKG: Daftar Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 24-25 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Ikan Tinggi Natrium, Pantangan Penderita Hipertensi | Sosok Pegi Pelaku Pembunuhan Vina

[POPULER TREN] Ikan Tinggi Natrium, Pantangan Penderita Hipertensi | Sosok Pegi Pelaku Pembunuhan Vina

Tren
8 Golden Rules JKT48 yang Harus Dipatuhi, Melanggar Bisa Dikeluarkan

8 Golden Rules JKT48 yang Harus Dipatuhi, Melanggar Bisa Dikeluarkan

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com