Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Turis Asing Didenda Rp 26,7 Juta karena Ketahuan Bawa Daging, Ada Rendang?

Kompas.com - 01/11/2022, 21:12 WIB
Retia Kartika Dewi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seorang turis mancanegara ditolak masuk ke Australia setelah ketahuan menyelundupkan 6 kilogram daging di bagasinya pada 18 Oktober 2022.

Penolakan ini dilakukan guna mengantisipasi penyebaran penyakit kaki dan mulut yang meningkat dari negara asal.

Dilansir dari Dailymail, Minggu (30/10/2022), sebanyak 6 kg daging itu terdiri dari 1,3 kg daging bebek, lebih dari 500 gram daging sapi beku, 900 gram daging ayam, dan 1,4 kg rendang daging sapi.

Daging-daging itu didapatkannya dari Indonesia.

Baca juga: Video Rendang Berisi Narkoba Ternyata di Nigeria, Ini Penjelasannya...

Turis itu menyatakan bahwa pada kartu masuk penumpang yang dimilikinya, dia tidak membawa daging, unggas, atau makanan lain ke negara itu.

Namun, aksi penyelundupan itu gagal dan turis tersebut dikenai denda sebesar 2.664 dollar Australia atau sekitar Rp 26,7 juta (kurs 1 dollar Australia Rp 10.045).

Bahkan, dia telah dideportasi oleh pihak Bandara Perth, Australia Barat.

Baca juga: Penyakit Kuku dan Mulut Mewabah di Jatim, Penyakit Apa Itu?


Upaya perlindungan dari penyakit kaki dan mulut

Dilansir dari 7news, Senin (31/10/2022), pemerintah federal memberlakukan hukuman  melarang orang membawa daging ke Australia dari negara-negara yang berurusan dengan penyakit kaki dan mulut yang sangat menular.

Kebijakan tersebut dimulai sejak September 2022.

Sebab, membawa daging selundupan dikhawatirkan menimbulkan risiko besar bagi industri pertanian Australia.

Baca juga: Terjawab Sudah, Ini Fakta Viral Video Emak-emak Rebutan Rendang

Petugas Dinas Ketahanan Pangan Kota Tangerang memeriksa mulut sapi di salah satu lokasi peternakan di Periuk, Kota Tangerang, Banten, Selasa (14/6/2022). Pemerintah Kota Tangerang melarang hewan kurban luar daerah masuk ke wilayah Kota Tangerang pada 14 hari sebelum Idul Adha guna mencegah penularan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). ANTARA FOTO/Fauzan/rwa. ANTARA FOTO/Fauzan Petugas Dinas Ketahanan Pangan Kota Tangerang memeriksa mulut sapi di salah satu lokasi peternakan di Periuk, Kota Tangerang, Banten, Selasa (14/6/2022). Pemerintah Kota Tangerang melarang hewan kurban luar daerah masuk ke wilayah Kota Tangerang pada 14 hari sebelum Idul Adha guna mencegah penularan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). ANTARA FOTO/Fauzan/rwa.

Menteri Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Perth Murray Watt dan Menteri Dalam Negeri Clare O'Neil mengatakan turis itu dirujuk ke Petugas Pasukan Perbatasan Australia dan visanya dibatalkan.

“Ini adalah pelanggaran yang sangat serius dan pelancong ini telah terkena hukuman terberat yang kami miliki,” kata Murray Watt.

O'Neil mengatakan bahwa apa yang dilakukan turis itu sebagai pelanggaran signifikan hukum biosekuriti di Australia.

"Inilah sebabnya mengapa Undang-Undang diberlakukan untuk membatalkan visa setiap pelancong yang melakukan pelanggaran biosekuriti yang signifikan atau berulang kali melanggar undang-undang biosekuriti," kata O'Neil.

Baca juga: Benarkah Tak Boleh Konsumsi Daging Sapi Terinfeksi PMK? Ini Kata Dosen IPB

Ia menjelaskan, jenis daging yang ditemukan di bagasi pria itu berisiko membawa penyakit kaki dan mulut, dan demam babi Afrika.

"Tindakan petugas Biosekuriti dan ABF di perbatasan sekali lagi melindungi komunitas Australia dan sektor pertanian kita dari risiko biosekuriti berbahaya yang berpotensi menimbulkan kerusakan besar," lanjut dia.

Sebagai informasi, penyakit mulut dan kuku sangat menular dan menyebabkan luka dan kepincangan pada sapi, domba, kambing dan hewan berkuku belah lainnya, tetapi tidak menyerang manusia.

Adapun wisatawan yang visanya dibatalkan akan dideportasi dari Australia pada penerbangan pertama yang tersedia.

Di Indonesia, pihak berwenang telah bekerja untuk mengendalikan wabah yang telah menginfeksi ratusan ribu ternak dan membunuh ribuan hewan.

Baca juga: Apakah Kucing Boleh Diberi Susu Sapi? Ini Kata Dokter Hewan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal 'Grammar'

Kemendikbud Akan Wajibkan Pelajaran Bahasa Inggris untuk SD, Pakar Pendidikan: Bukan Menghafal "Grammar"

Tren
Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Semifinal Piala Asia U23 Indonesia Vs Uzbekistan Tanpa Rafael Struick, Ini Kata Asisten Pelatih Timnas

Tren
Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Gempa M 4,8 Guncang Banten, BMKG: Tidak Berpotensi Tsunami

Tren
Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Soal Warung Madura Diimbau Tak Buka 24 Jam, Sosiolog: Ada Sejarah Tersendiri

Tren
Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Kapan Pertandingan Indonesia Vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U23 2024?

Tren
Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Penelitian Ungkap Memelihara Anjing Bantu Pikiran Fokus dan Rileks

Tren
Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Swedia Menjadi Negara Pertama yang Menolak Penerapan VAR, Apa Alasannya?

Tren
Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Bisakah BPJS Kesehatan Digunakan di Luar Kota Tanpa Pindah Faskes?

Tren
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024

Tren
Muncul Kabar Dita Karang dan Member SNSD Ditahan di Bali, Ini Penjelasan Imigrasi

Muncul Kabar Dita Karang dan Member SNSD Ditahan di Bali, Ini Penjelasan Imigrasi

Tren
10 Mata Uang Terkuat di Dunia 2024, Dollar AS Peringkat Terakhir

10 Mata Uang Terkuat di Dunia 2024, Dollar AS Peringkat Terakhir

Tren
Cara Ubah File PDF ke JPG, Bisa Online atau Pakai Aplikasi

Cara Ubah File PDF ke JPG, Bisa Online atau Pakai Aplikasi

Tren
Mengenal Penyakit Infeksi Arbovirus, Berikut Penyebab dan Gejalanya

Mengenal Penyakit Infeksi Arbovirus, Berikut Penyebab dan Gejalanya

Tren
Federasi Sepak Bola Korea Selatan Minta Maaf Usai Negaranya Gagal ke Olimpade Paris

Federasi Sepak Bola Korea Selatan Minta Maaf Usai Negaranya Gagal ke Olimpade Paris

Tren
Profil Joko Pinurbo, Penyair Karismatik yang Meninggal di Usia 61 Tahun

Profil Joko Pinurbo, Penyair Karismatik yang Meninggal di Usia 61 Tahun

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com