Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Sumpah...! Kita Masih Punya Sumpah (Pemuda)

Kompas.com - 28/10/2022, 09:17 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

IDEALISME adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda” – Tan Malaka (1897 – 1949).

Membaca selarik kalimat di atas, kerap menjadi tanya dan ragu dalam benak saya melihat kehidupan dewasa ini. Setiap masa, kita selalu dipacu untuk menjadi yang terpandai dalam setiap babak pendidikan.

Begitu usai menamatkan pendidikan, kita dihela terus untuk mendapat pekerjaan dan kedudukan. Hidup ternyata tidak seindah cerita dongeng sebelum bobo malam. Hidup begitu keras di era materialisme adalah segalanya dan kedudukan harus direbut walau harus “menginjak” dan “menyogok”.

Sukses dalam kehidupan selalu dicitrakan harus kaya, wangi, punya kedudukan dan dipuja. Mungkin saya sedikit beruntung, karena hidup dalam tempaan kemiskinan tetapi bisa bangkit untuk mencapai tahap kemandirian.

Baca juga: Sejarah dan Isi Sumpah Pemuda, WR Supratman Tampilkan Lagu Indonesia Raya

Saya begitu muak dengan periode zaman Orde Baru yang saya lewati. Menyaksikan hedonisme hidup, di mana “bento” merajalela. Kekayaan dan kedudukan bersumber di lingkar kuasa rezim tiran.

Ketika kuasa arus informasi dipusatkan di satu rezim, ketika pusaran ekonomi dimiliki oleh satu grup dan kuasa politik dikangkangi rezim, maka rakyat dan saya yang hidup ketika itu menjadi terbelenggu.

Jatuhnya rezim “daripada” Soeharto menjadi titik kulminasi harapan dan perubahan akan segera terjadi. Rentetan peralihan zaman, dari Habibie, Gus Dur, Megawati hingga SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) harus kita lalui agar kita mendapatkan masa gilang gemilang.

Di zaman yang diagung-agungkan dengan revolusi mental pun, ternyata jauh panggang dari api. Kita masih terus bergulat dengan persoalan bangsa yang tiada habisnya, yakni kurangnya keteladanan.

Bagaimana kita bisa beroleh keteladanan jika sosok yang mengaku bisa diteladani ternyata masih butuh direvolusi mentalnya ? Bagaimana bisa korupsi diberantas jika digunakan sapu yang kotor untuk membersihkan lantai yang jorok ?

Bagaimana penyalahgunaan narkoba bisa ditumpas habis jika pak polisinya malah menukar barang bukti narkoba dengan tawas lalu di”lego-nya” dengan harga mahal? Masih relevankah nilai-nilai Sumpah Pemuda 1928 dalam konteksual zaman sekarang ini?

Pendidikan yang dikatakan maju dengan program belajar merdeka, harus diakui belum membebaskan kreativitas anak didik. Dunia kerja yang semakin “syusah” dicari dan didapat, juga diciptakan karena rezim yang berkuasa tidak bisa menciptakan lapangan kerja alternatif

Memaknai Sumpah Pemuda 1928

Gagasan penyelenggaraan Kongres Pemuda Kedua berasal dari Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), sebuah organisasi pemuda yang beranggota pelajar dari seluruh indonesia. Atas inisiatif PPPI, kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat, hingga menghasilkan Sumpah Pemuda.

Rapat pertama, Sabtu, 27 Oktober 1928, di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Lapangan Banteng, Jakarta. Dalam taklimatnya, Soegondo berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda.

Baca juga: 5 Fakta Menarik Sumpah Pemuda yang Mungkin Belum Anda Ketahui

Acara dilanjutkan dengan uraian Moehammad Jamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.

Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, di Gedung Oost-Java Bioscoop, Jakarta, membahas masalah pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, sependapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula ada keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Tren
Asal-usul Gelar 'Haji' di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Asal-usul Gelar "Haji" di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Tren
Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar 'Money Politics' Saat Pemilu Dilegalkan

Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar "Money Politics" Saat Pemilu Dilegalkan

Tren
Ilmuwan Temukan Eksoplanet 'Cotton Candy', Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Ilmuwan Temukan Eksoplanet "Cotton Candy", Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Tren
8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

Tren
Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Tren
Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Tren
El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

Tren
Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Tren
Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Tren
Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Tren
7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

Tren
Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Tren
Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Tren
Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com