Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sumpah Pemuda Lahir dari Kos-kosan, Siapa Saja Penghuni Kos Itu?

Kompas.com - 28/10/2022, 07:39 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Albertus Adit

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kos-kosan paling bersejarah di Indonesia, mungkin perlu disematkan pada kos para pemuda yang melahirkan Sumpah Pemuda.

Sebab selain sebagai lokasi lahirnya Sumpah Pemuda, kos-kosan tersebut penghuninya kebanyakan tokoh pergerakan nasional. 

Dilansir dari laman Museum Sumpah Pemuda, mahasiswa atau pelajar yang diketahui tinggal di kos tersebut banyak sekali yang menjadi tokoh pergerakan nasional.

Rata-rata penghuni di kos tersebut adalah pelajar School tot Opleiding van Inlandsche Artsen atau sekolah kedokteran STOVIA dan pelajar dari RS (Rechtsschool).

Penghuni kos-kosan

Seperti Muhammad Yamin, Aboe Hanifah, Amir Sjarifuddin, A.K. Gani, Mohammad Tamzil, dan Assaat dt Moeda.

Baca juga: Sejarah Sumpah Pemuda dan Lahirnya Bahasa Indonesia

Lalu ada Soerjadi, Assaat, Abu Hanifah, Abas, Hidajat, Ferdinand Lumban Tobing, Soenarko, Koentjoro Poerbopranoto, Mohammad Amir, Roesmali, Mohammad Tamzil.

Penghuni lainnya, ada Soemanang, Samboedjo Arif, Mokoginta, Hassan, dan Katjasungkana. Semuanya inilah tokoh yang melahirkan Sumpah Pemuda.

Kos-kosan yang beralamat di Jalan Kramat Raya Nomor 106, Jakarta pada tahun 1927 hingga 1934, dimiliki oleh Sie Kong Lian yang memberikan kebebasan bagi para pelajar untuk menggelar diskusi termasuk merumuskan Sumpah Pemuda.

Karena luas rumah tersebut sebesar 460 meter persegi, waktu itu lebih dari 700 pemuda dari berbagai daerah berkumpul untuk menghadiri Kongres Pemuda kedua pada 28 Oktober 1928 silam.

Dulu, mahasiswa atau pelajar yang tinggal di situ menamai gedung kos tersebut dengan nama Commensalen Huis.

Baca juga: Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober Libur atau Tidak? Siswa Cek

Kepopuleran kos-kosan ini membuat gedung ini digunakan oleh berbagai organisasi pergerakan pemuda untuk melakukan kegiatan pergerakan.

Soekarno dan tokoh-tokoh Algemeene Studie Club Bandung sering hadir di Gedung Kramat 106 untuk membicarakan format perjuangan dengan para penghuni Gedung Kramat 106.

Di gedung ini pernah diselenggarakan kongres Sekar Roekoen, Pemuda Indonesia, PPPI. Gedung ini juga menjadi sekretariat PPPI dan sekretariat majalah Indonesia Raja yang dikeluarkan PPPI.

Mengingat digunakan berbagai organisasi, maka sejak tahun 1927 Gedung Kramat 106 yang semula bernama Langen Siswo diberi nama Indonesische Clubhuis atau Clubgebouw (gedung pertemuan).

Hingga pada tanggal 15 Agustus 1928, di gedung ini diputuskan akan diselenggarakan Kongres Pemuda Kedua pada Oktober 1928.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com