Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sosok KH Hasyim Asy’ari Dibalik Sejarah Hari Santri Nasional

Kompas.com - 22/10/2022, 11:20 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

 

KOMPAS.com - Nama KH Hasyim Asy’ari, terpatri jelas dalam peringatan Hari Santri yang dirayakan pada 22 Oktober.

Mengapa nama ulama besar KH Hasyim Asy’ari, ada di dalam sejarah Hari Santri Nasional?

Baca juga: 10 Jurusan Kuliah yang Berpeluang Besar Jadi PNS

Dilansir dari NU Online, ada 3 pertimbangan saat Presiden Joko Widodo membuat Keputusan Presiden (Keppres) Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2015 tentang Hari Santri pada 15 Oktober 2015 silam.

Keputusan presiden tersebut didasari tiga pertimbangan. Hal pertama, ulama dan santri pondok pesantren (ponpes) memiliki peran besar dalam perjuangan merebut kemerdekaan dan mempertahankan kesatuan Republik Indonesia serta mengisi kemerdekaan.

Kedua, keputusan tersebut diambil untuk mengenang, meneladani, dan melanjutkan peran ulama dan santri dalam membela dan mempertahankan negara Indonesia.

Ketiga, tanggal 22 Oktober tersebut diperingati merujuk pada ditetapkannya seruan resolusi jihad pada tanggal 22 Oktober 1945 yang dicetuskan oleh KH Hasyim Asy’ari.

Revolusi ini, mengajak para santri dan ulama pesantren dari berbagai penjuru Indonesia mewajibkan setiap muslim untuk membela tanah air dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari serangan penjajah.

Baca juga: Sejarah Hari Guru Nasional, Jejaknya Dimulai sejak Tahun 1912

Sosok KH Hasyim Asy'ari

Merujuk pada profil Pesantren Tebuireng yang diterbitkan oleh Pustaka Tebuireng (2011), KH Hasyim Asy'ari merupakan pendiri dan pengasuh Pesantren Tebuireng, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.

Beliau dikenal sebagai tokoh ulama pemikir dan pejuang, serta pahlawan nasional yang menjadi salah satu tokoh besar Indonesia abad ke-20.

KH Hasyim Asy'ari lahir pada Selasa Kliwon, 24 Zulkaidah 1287 Hijriah, bertepatan dengaan tanggal 14 Februari 1871 Masehi, di pesantren Gedang, Tambakrejo, Kabupaten Jombang.

DIa merupakan anak ketiga dari 11 bersaudara, putra dari pasangan Kiai Asy'ari dan Nyai Halimah.

Dari jalur ayah, nasab Kiai Hasyim bersambung kepada Maulana Ishak hingga Imam Ja'tar Shadiq bin Muhammad Al-Bagir.

Sedangkan dari jalur ibu, nasabnya bersambung kepada pemimpin Kerajaan Majapahit, Raja Brawijaya VI (Lembu Peteng), yang memiliki putra bernama Karebet atau Jaka Tingkir.

Dalam sejarah tercatat Jaka Tingkir adalah raja Pajang pertama (tahun 1568 M) dengan gelar Sultan Pajang atau Pangeran Adiwijaya.

Baca juga: Ini Beda Teknik Informatika, Sistem Informasi dan Teknik Komputer

Awal mula Kiai Hasyim belajar di pesantren, yakni saat usia 15 tahun.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com