Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sosok KH Hasyim Asy’ari Dibalik Sejarah Hari Santri Nasional

Kompas.com - 22/10/2022, 11:20 WIB
Sandra Desi Caesaria,
Dian Ihsan

Tim Redaksi

Melansir dari buku "Profil Pesantren Tebuireng", KH Hasyim Asy'ari sempat ke banyak pesantren hingga melanjutkan mencari ilmu ke Pesantren Kademangan, Bangkalan, Madura, di bawah asuhan Kiai Kholil bin Abdul Latif.

Kemudian pada tahun 1307 Hijriah atau tahun 1891 Masehi, Kiai Hasyim kembali ke tanah Jawa dan belajar di Pesantren Siwalan, Panji, Sidoarjo, di bawah bimbingan Kiai Ya'qub. 

Kemudian, pada usia 21 tahun, KH Hasyim Asy'ari menikah dengan Nafisah, salah seorang puteri Kiai Ya'qub. Pernikahan itu dilangsungkan pada tahun 1892 M/1308 H.

Tidak lama kemudian, KH Hasyim Asy'ari bersama istri dan mertuanya berangkat ke Mekkah guna menunaikan ibadah haji. Kesempatan di tanah suci juga digunakan untuk memperdalam ilmu pengetahuan.

Hampir seluruh disiplin ilmu agama dipelajarinya, terutama ilmu hadis.

Namun, saat berada di Mekah, istri Hasyim Asy'ari meninggal dunia. Demikian pula dengan anaknya yang dilahirkan di Mekah.

KH Hasyim Asy'ari kembali ke Mekah untuk kedua kalinya dan mulai rajin menemui ulama-ulama besar untuk belajar dan mengambil berkah dari mereka.

Baca juga: UII Masuk Perguruan Tinggi Terbaik di Indonesia Versi THE WUR 2023

Di Mekah, KH Hasyim Asy'ari dipercaya untuk mengajar di Masjidil Haram dan memiliki banyak murid dari berbagai negara.

Pada tahun ketujuh di Mekah, tepatnya tahun 1899 (1315 H), KH Hasyim Asy'ari menikah dengan Khadijah, putri Kiai Romli dari desa Karangkates, Kediri.

Bersama istrinya, dia mendirikan pesantren pada 1899, bernama Pesantren Tebuireng.

Awalnya, santri berjumlah delapan, lalu tiga bulan kemudian meningkat menjadi 28 orang.

Dua tahun setelah mendirikan pesantren, Khadijah, istri KH Hasyim Asy'ari meninggal dunia, tanpa meninggalkan putra.

Kemudian, KH Hasyim Asy'ari menikah dengan Nafiqoh, putri Kiai Ilyas, pengasuh Pesantren Sewulan, Madiun dan dikaruniai 10 anak.

Pada akhir 1920-an, Nyai Nafiqoh wafat. KH Hasyim Asy'ari kemudian menikah dengan Nyai Masyruroh, dan dikaruniai empat anak.

Berdirinya Nahdlatul Ulama

Setelah itu, dia mendapatkan dari beberapa kiai pengasuh pesantren, serta petunjuk gurunya, KH Kholil bin Abdul Latif Bangkalan untuk mendirikan organisasi Nahdlatul Ulama (NU).

Baca juga: 10 Tips Atasi Anak Alami Demam Tinggi ala Dosen FK UM Surabaya

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com