Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fakta soal Sirup Obat Batuk yang Diduga Sebabkan Gagal Ginjal Akut hingga Kematian 66 Anak di Gambia

Kompas.com - 12/10/2022, 14:30 WIB
Nur Rohmi Aida,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 5 Oktober 2022 lalu telah mengeluarkan peringatan mengenai empat sirup obat batuk dan flu yang ternyata merupakan produk medis di bawah standar.

Dikutip dari laman The Guardian, pengumuman WHO ini adalah peringatan terkait adanya kasus kematian 66 anak di Gambia.

Adapun sirup obat batuk tersebut adalah sirup obat batuk buatan Maiden Pharmaceuticals di India.

Keempat produk yang diperingatkan WHO sebagai produk terkontaminasi ini adalah:

  • Promethazine Oral Solution
  • Kofexmalin Baby Cough Syrup
  • Makoff Baby Cough Syrup
  • Magrip N Cold Syrup

WHO memperingatkan, produk ini mungkin telah didistribusikan di luar Afrika Barat.

Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, keempat sirup obat batuk dan flu ini menyebabkan cedera ginjal akut dan kematian 66 anak di Gambia.

“Hilangnya nyawa anak-anak muda ini sangat memilukan bagi keluarga mereka,” kata Tedros.

Ia mengatakan, WHO akan melakukan penyelidikan lebih lanjut dengan perusahaan dan otoritas pengatur di India.

Baca juga: Puluhan Anak Gagal Ginjal karena Sirup Paracetamol di Gambia, BPOM: Produknya Tak Terdaftar di RI

Kontaminasi

Dalam keterangannya WHO menyebut, berdasarkan analisa laboratorium dari sampel produk diketahui keempat produk ini tercemar dietilen glikol dan etilen glikol dalam kadar yang tak bisa diterima.

WHO menjelaskan dietilen glikol dan etilen glikol beracun bagi manusia saat dikonsumsi dan bisa berakibat fatal.

Efek toksik yang muncul yakni sakit perut, muntah, diare, ketidakmampuan buang air kecil, sakit kepala, perubahan kondisi mental, dan cedera ginjal akut yang bisa berujung kematian.

“Semua batch produk ini harus dianggap tidak aman sampai mereka dapat dianalisis oleh Otoritas Pengatur Nasional terkait,” tulis WHO.

WHO juga menekankan bahwa produk tersebut tak aman terutama untuk anak-anak karena bisa berakibat cedera serius maupun kematian.

Baca juga: Sirup Obat Batuk Buatan India Diduga Picu Kematian 66 Anak di Gambia

Penyelidikan sejak Juli

Kementerian Kesehatan Gambia telah mulai melakukan penyelidikan kasus wabah gagal ginjal akut yang terjadi di negara itu sejak Juli lalu.

Dalam penyelidikan awal, bakteri E. coli diduga sebagai penyebab munculnya wabah ini.

Gambia juga sempat melakukan penyelidikan pada sirup paracetamol dan prometazin yang dipakai di negara itu.

Pada 23 September 2022, pemerintah bahkan memerintahkan penarikan semua obat yang mengandung paracetamol atau sirup prometazin

“Hasil awal dari penyelidikan yang sedang berlangsung menunjukkan bahwa kemungkinan besar sirup paracetamol dan prometazin yang menyebabkan kasus cedera ginjal akut dalam wabah ini,” kata ahli nefrologi yang memimpin penyelidikan Kementerian Kesehatan Gambia Abubacarr Jagne.

Sebagai informasi, Gambia mengalami banjir parah pada Juli lalu yang menyebabkan selokan dan jamban meluap.

“Sejak Juli 2022, telah terjadi peningkatan jumlah penyakit ginjal parah dengan kematian tinggi di kalangan anak-anak terutama setelah penyakit diare,” kata kementerian Kesehatan Gambia pada September lalu.

Dari penyelidikan awal, Bakteri E. coli ditemukan dalam tinja anak, selain itu anak-anak tersebut juga banyak yang mengonsumsi paracetamol.

Baca juga: Penjelasan Wings Food soal Mie Sedaap yang Ditarik di Malaysia hingga Singapura

India lakukan penyelidikan

Dikutip dari laman DW, Badan Pengawas Medis India, Central Drugs Standard Control Organization (CDSCO) mengumumkan pihaknya telah meluncurkan penyelidikan pada Maiden Pharmaceuticals.

Menurut Kementerian Kesehatan India, Maiden hanya mengekspor sirup obat batuk ke Gambia dan perusahaan itu tidak memiliki izin untuk mendistribusikan keempat produk di India.

"Empat sirup telah dikirim untuk pengujian di laboratorium pengujian obat regional di Chandigarh. Hasilnya akan memandu tindakan lebih lanjut," kata seorang pejabat kementerian kesehatan India

Sementara itu, Direktur Maiden Naresh Kumar Goyal mengatakan bahwa perusahaan baru saja mengetahui adanya kabar kasus kematian tersebut.

"Kami sedang mencari tahu situasinya, kami mencoba mencari tahu dengan pembeli dan apa yang sebenarnya terjadi. Kami tidak menjual apa pun di India,” kata dia.

Adapun perusahaan Maiden sendiri telah mulai beroperasi sejak November 1990.

Badan Pengawas Obat dan Makanan India telah memberi peringatan empat kali selama tahun ini mengenai produk perusahaan yang di bawah standar berdasarkan tes batch.

Baca juga: Adakah Obat Kimia yang Bisa Menyembuhkan Patah Hati? Ini Penelitian yang Sudah Dilakukan

Protes warga Gambia

Kejadian ini memicu protes warga Gambia. Mereka mengadakan protes di alun-alun Serekunda selama akhir pekan untuk meratapi dan berdoa atas kematian anak-anak dan mereka yang masih kritis.

Pihak berwenang Gambia mengatakan 81 anak saat ini masih dirawat di rumah sakit.

“Saya tidak berpikir hal seperti itu harus terjadi di Gambia," kata Kamaso yang kehilangan putranya yang baru berusia dua tahun.

"Kami mengadakan nyala lilin dan doa untuk menyerukan aksi bagi 66 anak yang meninggal akibat kelalaian," kata aktivis HAM, Madi Jobarteh.

Pihaknya menyalahkan sistem di negara itu yang membiarkan obat-obatan berbahaya masuk ke sana.

Gambia tak memiliki peralatan pengujian yang memadai untuk mendeteksi kasus wabah gagal ginjal sehingga mereka harus mengirim sampel darah ke Senegal.

Setelah pengumuman yang dilakukan WHO terkait peringatan empat sirup obat batuk produksi Maiden, India, pihak berwenang Gambia akhirnya menyita lebih dari 16.000 dosis keempat obat tersebut, termasuk juga menyita produk paracetamol yang diproduksi oleh Maiden.

"Setelah kematian beberapa anak pertama, pemerintah seharusnya mengambil langkah untuk mencari tahu penyebabnya. Sebaliknya, malah membiarkannya di luar kendali," ujar Kamaso.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WNA Rusia Mengaku Dideportasi Usai Ungkap Kasus Narkoba, Ini Kata Polda Bali dan Imigrasi

WNA Rusia Mengaku Dideportasi Usai Ungkap Kasus Narkoba, Ini Kata Polda Bali dan Imigrasi

Tren
Video Viral Petugas Dishub Medan Disebut Memalak Pedagang Martabak, Ini Faktanya

Video Viral Petugas Dishub Medan Disebut Memalak Pedagang Martabak, Ini Faktanya

Tren
21 Layanan yang Tidak Ditanggung BPJS Kesehatan dalam Perpres Nomor 59 Tahun 2024, Apa Saja?

21 Layanan yang Tidak Ditanggung BPJS Kesehatan dalam Perpres Nomor 59 Tahun 2024, Apa Saja?

Tren
Rincian Penerimaan Gratifikasi Rp 23,5 Miliar Eks Kepala Bea Cukai DIY Eko Darmanto

Rincian Penerimaan Gratifikasi Rp 23,5 Miliar Eks Kepala Bea Cukai DIY Eko Darmanto

Tren
Persib Bandung Gandeng Pinjol sebagai Sponsor, Bagaimana Aturannya?

Persib Bandung Gandeng Pinjol sebagai Sponsor, Bagaimana Aturannya?

Tren
Berkaca pada Kasus Anak Depresi karena HP-nya Dijual, Psikolog: Kenali Bocah yang Berpotensi Depresi

Berkaca pada Kasus Anak Depresi karena HP-nya Dijual, Psikolog: Kenali Bocah yang Berpotensi Depresi

Tren
BMKG Keluarkan Peringatan Dini Gelombang Tinggi 15-16 Mei 2024, Ini Daftar Wilayahnya

BMKG Keluarkan Peringatan Dini Gelombang Tinggi 15-16 Mei 2024, Ini Daftar Wilayahnya

Tren
Daftar Lengkap Link Pengumuman Pendaftaran Sekolah Kedinasan 2024, Cek di Sini!

Daftar Lengkap Link Pengumuman Pendaftaran Sekolah Kedinasan 2024, Cek di Sini!

Tren
Aturan Baru, Peserta BPJS Kesehatan Bisa Naik Kelas Rawat Inap Kecuali Kategori Ini

Aturan Baru, Peserta BPJS Kesehatan Bisa Naik Kelas Rawat Inap Kecuali Kategori Ini

Tren
Pesawat Boeing 757 Milik Donald Trump Menabrak Pesawat Komersial di Bandara Florida

Pesawat Boeing 757 Milik Donald Trump Menabrak Pesawat Komersial di Bandara Florida

Tren
4 Fakta Anak Bunuh Ibu di Sukabumi, Sempat Tidur dengan Badan Penuh Bercak Darah

4 Fakta Anak Bunuh Ibu di Sukabumi, Sempat Tidur dengan Badan Penuh Bercak Darah

Tren
Cuaca Panas, Hindari Pakai Baju Berbahan Ini agar Tak Bau Badan

Cuaca Panas, Hindari Pakai Baju Berbahan Ini agar Tak Bau Badan

Tren
KRIS BPJS Kesehatan Siap Diterapkan, Mungkinkah Iuran Dipukul Rata?

KRIS BPJS Kesehatan Siap Diterapkan, Mungkinkah Iuran Dipukul Rata?

Tren
11 Daerah Larang dan Batasi 'Study Tour', Imbas Kecelakaan Bus di Subang

11 Daerah Larang dan Batasi "Study Tour", Imbas Kecelakaan Bus di Subang

Tren
Pemerintah Wajibkan Semua Penduduk Ikut BPJS Kesehatan, Bagaimana jika Tidak Mampu?

Pemerintah Wajibkan Semua Penduduk Ikut BPJS Kesehatan, Bagaimana jika Tidak Mampu?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com