Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Puluhan Anak Gagal Ginjal karena Sirup Paracetamol di Gambia, BPOM: Produknya Tak Terdaftar di RI

Kompas.com - 12/10/2022, 12:00 WIB
Nur Fitriatus Shalihah,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Puluhan anak terkena gagal ginjal akut di Gambia, Afrika Barat, diduga terkait dengan 4 obat batuk sirup paracetamol.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI memastikan 4 produk obat batuk sirup mengandung paracetamol yang diduga memicu kematian puluhan anak di Gambia tidak terdaftar di Indonesia.

Humas BPOM menegaskan bahwa BPOM secara rutin melakukan pengawasan mutu produk obat.

"BPOM telah secara rutin melakukan pengawasan mutu produk obat di peredaran melalui sampling dan pengujian, termasuk obat batuk sirup. Berdasarkan data BPOM, keempat produk yang diberitakan di Gambia tersebut tidak terdaftar di Indonesia, jadi tidak beredar di Indonesia," kata humas BPOM kepada Kompas.com, Rabu (12/10/2022).

Baca juga: Waspada Gejala Gagal Ginjal Akut Misterius pada Anak

Diduga memicu gagal ginjal akut

Sebelumnya diberitakan Reuters, Selasa (11/10/2022), menurut laporan investigasi polisi Gambia kematian 69 anak akibat ginjal akut di Gambia terkait dengan 4 sirup obat batuk yang dibuat di India dan diimpor ke negara Afrika Barat melalui perusahaan farmasi yang berbasis di AS.

Adapun perusahaan farmasi yang dimaksud adalah Maiden Pharmaceuticals Ltd yang berbasis di New Delhi.

Penyelidik Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menemukan tingkat dietilen glikol dan etilen glikol yang tidak dapat diterima dalam obat tersebut dan menjadi racun.

Keempat produk obat tersebut adalah:

  1. Promethazine Oral Solution
  2. Kofexmalin Baby Cough Syrup
  3. Makoff Baby Cough Syrup
  4. Magrip N Cold Syrup.

Atlantic Pharmaceuticals Company Ltd yang berbasis di Atlanta yang memiliki izin untuk mengekspor obat-obatan ke Gambia memesan 50.000 botol sirup tersebut.

"Ditetapkan bahwa dari jumlah 50.000 botol sirup bayi yang terkontaminasi di atas, 41.462 botol telah dikarantina/disita dan 8.538 botol masih belum ditemukan," bunyi laporan tersebut.

Pihak berwenang Gambia meluncurkan penyelidikan pada bulan September setelah dokter pada bulan Juli memperhatikan bahwa sejumlah anak mengalami gejala gagal ginjal setelah meminum sirup parasetamol yang dijual secara lokal yang digunakan untuk mengobati demam.

Baca juga: Apakah Boleh Minum Paracetamol untuk Nyeri Haid?

Peringatan akan obat pemicu gagal ginjal

Ilustrasi uremia, gejala gagal ginjalShutterstock/Todorean-Gabriel Ilustrasi uremia, gejala gagal ginjal
Dilansir dari Washington Post, 6 Oktober 2022, sebelum WHO, Dewan Penelitian Medis Gambia juga telah mengeluarkan peringatan.

"Selama seminggu terakhir, kami menerima seorang anak dengan kondisi ini (cedera ginjal akut) dan sayangnya dia telah meninggal. Kami dapat memastikan bahwa dia telah menggunakan salah satu obat yang diduga menyebabkan hal ini, sebelum kedatangannya di klinik kami. Itu telah dibeli di apotek di Gambia,” kata dewan.

Dia mengatakan obat tersebut telah diidentifikasi mengandung sejumlah besar racun yang merusak ginjal secara permanen.

Di India, regulator federal dan regulator negara bagian Haryana utara sedang melakukan penyelidikan terhadap obat-obatan yang terkontaminasi.

Dari 23 sampel yang diuji, empat sejauh ini ditemukan terkontaminasi dan India sedang menunggu analisis untuk dibagikan.

Gambia telah meluncurkan kampanye dari rumah ke rumah yang mendesak untuk menghilangkan obat batuk dan pilek yang menjadi penyebab gagal ginjal akut dan kematian puluhan anak itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com