"Hujan es terjadi akibat terbentuknya awan kumulonimbus yang menjulang tinggi ke angkasa hingga ketinggian lebih dari 5.000-9.000 meter," terang Guswanto.
Ia menambahkan, suhu di bagian puncak awan kumulonimbus bisa mencapai minus 60 derajat Celsius atau lebih rendah.
Rendahnya suhu menyebabkan uap air membentuk kristal-kristal es yang kemudian jatuh ke permukaan Bumi.
Baca juga: Fenomena Hujan Es: Penyebab hingga Tanda-tanda Akan Terjadi
Sementara itu di Depok, hujan es disebabkan besarnya diameter es yang terbentuk pada ketinggian 5.000 mdpl atau kurang.
Seperti hujan es pada umumnya, hail di Depok dihasilkan oleh awan kumulonimbus dan hanya terjadi dalam waktu singkat, tepatnya 40 menit.
"Berdasarkan analisis citra radar menggunakan produk CMAX (Coloumn Maximum) dan CAPPI (Constant Altitude Plan Position Indicator) menunjukkan pertumbuhan awan dengan nilai reflektifitas hingga lebih besar dari 60 dBz," jelas Guswanto.
Selain itu, berdasarkan analisis satelit Himawari-8, menunjukkan adanya awan dengan suhu puncak kurang dari minus 70 derajat Celsius.
Guswanto memaparkan, hujan es sering terjadi pada periode Pancaroba, terutama saat peralihan dari musim kemarau menuju musim hujan.
Pembentukan hujan es ini terjadi di awan kumulonimbus dan bersifat sporadis atau tidak tentu.
Durasi fenomena ini pun singkat, umumnya berlangsung kurang dari 60 menit.
"Hujannya secara sporadis, waktunya singkat kurang dari satu jam," ungkap Guswanto.
Baca juga: Cuaca Ekstrem, Masjidil Haram Diguyur Hujan Es
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.