Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ilham Setiawan Noer
Koordinator Program Biodiversitas dan Iklim

Koordinator Program Biodiversitas dan Iklim di Aksi Ekologi dan Emansipasi Rakyat (AEER)

Tinggalkan Batu Bara demi Mencapai Target Penyelamatan Keanekaragaman Hayati Global

Kompas.com - 14/07/2022, 07:51 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Ilham Setiawan Noer dan Pius Ginting*

SEKITAR 1.000 negosiator dari 150 negara berkumpul dan melaksanakan pertemuan ke-4 untuk membahas The Post-2020 Global Biodiversity Framework di Nairobi, Kenya pada 21-26 Juni 2022. Pertemuan tersebut dilaksanakan untuk mempersiapkan teks final kerangka kerja penyelamatan keanekaragaman hayati global yang baru yang rencananya akan dilaksanakan di Montreal, Kanada akhir 2022 ini.

Setelah pertemuan di Nairobi itu dikonklusikan, Konvensi Keanekaragaman Hayati (CBD) PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) mempublikasikan draf rekomendasi The Post-2020 Global Biodiversity Framework yang baru (belum difinalisasi) yang melaporkan bahwa saat ini keadaan keanekaragaman hayati merupakan masalah yang serius. Sejumlah 70 persen daratan di bumi telah mengalami perubahan, lebih dari 60 persem lautan telah terdampak, dan lebih dari 80 persem lahan basah telah hilang. Satu juta spesies sedang menghadapi kepunahan.

Terancamnya keanekaragaman hayati juga tercermin dari tidak terpenuhinya 14 dari 20 target Aichi Biodiversity Target, target-target yang ditetapkan CBD sebelumnya untuk penyelamatan keanekaragaman hayati oleh dunia global selama 2011-2020. Padahal hilangnya keanekaragaman hayati juga saling terhubung dan terkait erat dengan fenomena kerusakan alam yang lain, yaitu perubahan iklim, degradasi lahan, penggurunan, dan sebagainya.

Hal ini menyebabkan perubahan iklim menjadi salah satu isu yang juga diperbincangkan dalam pertemuan global tersebut. Perubahan iklim perlu disikapi dengan menjaga ekosistem yang memiliki kemampuan menyerap karbon dan menghentikan subsidi bahan bakar fosil.

Indonesia seharusnya berperan lebih dan menjadi teladan di kancah internasional dalam melakukan mitigasi perubahan iklim tersebut. Hal ini karena keanekaragaman di Indonesia sungguh kaya. Indonesia telah ditetapkan dunia sebagai negara mega-biodiversitas.

Indonesia telah meratifikasi Konvensi Keanekaragaman Hayati PBB melalui UU Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan United Nations Convention on Biological Diversity. Namun di sisi lain, Indonesia pada waktu yang sama berstatus sebagai negara penghasil batu bara terbesar ketiga di dunia. Indonesia masih sangat bergantung pada pertambangan batu bara dan pembangkit energi listrik berbasis batu bara yang mengancam keanekaragaman hayati dan memperparah perubahan iklim.

Draf rekomendasi The Post-2020 Global Biodiversity Framework yang baru memaparkan target-target kerangka kerja penyelamatan keanekaragaman hayati tingkat global yang baru.

Indonesia harus segera tinggalkan batu bara

Indonesia harus segera meninggalkan penggunaan pertambangan batu bara jika ingin berperan dan menjadi teladan di kancah internasional dalam mencapai target-target penyelamatan kenakeragaman hayati tingkat global tersebut. Ada empat target yang mesti dipenuhi yaitu target nomor 7, 8, 14, dan 18. 

Target nomor 7 tentang mengurangi emisi dan polusi dari semua sumber ke tingkat yang tidak berbahaya bagi keanekaragaman hayati, fungsi ekosistem, dan kesehatan manusia dengan mempertimbangkan efek kumulatif.

Pertambangan batu bara berkontribusi dalam melepaskan karbon dioksida dan metana. Gas metana tercatat lebih kuat 20 kali lipat dibandingkan CO2 perihal emisi gas rumah kaca.

Selain itu, polusi yang dihasilkan dari aktivitas pertambangan berpotensi menimbulkan polusi air, tanah, dan udara sehingga berdampak buruk terhadap keanekaragaman hayati, ekosistem, dan kesehatan manusia.

Sebagai contoh, laporan “Membunuh Sungai” (2020) oleh Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) menyatakan bahwa hasil uji sampel air di sekitar area pertambangan batu bara PT Indominco Mandiri menunjukkan rata-rata tingkat keasaman air atau pH sangat asam, tingkat kandungan logam berat besi (Fe) dan mangan (Mn) jauh di atas ambang baku mutu. Selain itu, masyarakat di sekitar area pertambangan juga mengalami penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA), TBC, dan gejala kanker nesofaring.

Target 8 tentang meminimalkan dampak perubahan iklim dan pengasaman laut pada keanekaragaman hayati dan ekosistem melalui mitigasi, adaptasi dan meningkatkan ketahanan ekosistem. Salah satu contoh ekosistem yang rentan terhadap dampak perubahan iklim adalah terumbu karang.

Fenomena coral bleaching di Kalimantan Timur contohnya, yang disebabkan oleh peningkatan suhu. Berdasarkan penelitian analisis geospasial terkait penggunaan lahan pada pertambangan batu bara oleh El-Hamid dkk (2019), aktivitas pertambangan akan mengubah faktor iklim seperti temperatur dan curah hujan di sekitar area pertambangan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com