Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Daerah yang Berpotensi Terjadi Fenomena Embun Es seperti Dieng

Kompas.com - 30/06/2022, 15:35 WIB
Alinda Hardiantoro,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

"Jika dilihat dari data dan potensi udara dingin dari Australia yang menjadi penyebab fenomena es ini, wilayah Jawa umumnya lebih berpotensi jika dibandingkan dengan Pulau yang lain," imbuh Vivi.

Selain itu, menurut Vivi, potensi fenomena embun es ini juga akan dipengaruhi oleh kondisi permukaan setiap gunung, seperti elevasi, slope, arah hadap, dan sebagainya.

Baca juga: Foto Embun Es Muncul Lagi di Dieng, Pertama di Tahun Ini

Penyebab fenomena embun es

Penyebab terjadinya fenomena embun es tidak lepas dari fenomena alamiah, yaitu suhu udara dingin. Suhu udara dingin ini biasanya terjadi di puncak musim kemarau, yaitu Juli-September.

Periode ini akan ditandai pergerakan angin dari arah timur, yang berasal dari Benua Australia.

"Pada bulan Juli, wilayah Australia berada dalam periode musim dingin," terang Miming,

"Adanya pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia atau dikenal dengan istilah Monsoon Dingin Australia," imbuhnya.

Angin Monsoon Dingin Australia ini bertiup menuju wilayah Indonesia melewati perairan Samudera Indonesia yang memiliki suhu permukaan laut relatif lebih dingin.

Hal itulah yang menyebabkan suhu di beberapa wilayah di Indonesia, terutama bagian selatan khatulistiwa (Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara), terasa lebih dingin.

Selain dampak angin dari Australia, berkurangnya awan dan hujan di Pulau Jawa hingga Nusa Tenggara turut berpengaruh pula ke suhu dingin yang terjadi di malam hari.

Sebab tidak adanya uap air dan air menyebabkan energi radiasi yang dilepaskan oleh bumi pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer.

Tak hanya itu, langit yang cenderung bersih awannya (clear sky) juga akan menyebabkan panas radiasi balik gelombang panjang ini langsung dilepas ke atmosfer luar.

"Sehingga (hal itu) membuat udara dekat permukaan terasa lebih dingin terutama pada malam hingga pagi hari," pungkas Miming.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com