Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyebab Rendahnya Kesadaran Warga Membayar Pajak, Ini Kata Ekonom

Kompas.com - 10/06/2022, 08:05 WIB
Retia Kartika Dewi,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pembayaran pajak merupakan salah satu kewajiban yang harus dipatuhi setiap warga negara, baik individu atau badan.

Pasalnya, pajak disebut sebagai sumber penerimaan terbesar di hampir semua negara di dunia. Terlebih, pajak bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang.

Namun, sebagian orang masih enggan untuk patuh membayar pajak.

Baca juga: Berapa Penghasilan Tidak Kena Pajak dan Wajibkah Lapor SPT Tahunan?

Lantas, apa alasan suatu wajib pajak masih enggan untuk membayar pajak?

Penyebab warga enggan bayar pajak

Ekonom senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Didik J Rachbini mengatakan bahwa penyebab utama rendahnya kesadaran warga untuk bayar pajak karena adanya tindak korupsi.

Menurut dia, pajak berkaitan dengan demokrasi.

"Tidak ada pajak tanpa demokrasi. Maka, pemerintah harus menjalankan transparansi, tidak korup, kepemimpinan baik," ujar Didik saat dihubungi Kompas.com, Kamis (9/6/2022).

Baca juga: Mengenal Apa Itu Pajak, Jenis, dan Manfaatnya

"Tapi kalau seperti sekarang banyak korupsi, maka rakyat enggan bayar pajak. Presiden, menteri, dirjen, gubernur, camat, digaji rakyat, sekarang mereka kebanyakan koruptor," imbuh dia.

Didik mengatakan, peristiwa itulah yang menjadi salah satu pemicu rakyat enggan bayar pajak atau rendahnya kesadaran masyarakat untuk patuh membayar pajak.

Ia menambahkan, rakyat mungkin akan beranggapan, "untuk apa menggaji koruptor dengan pajak saya".

Baca juga: 7 Provinsi yang Gelar Pemutihan Pajak Kendaraan Mei-Agustus 2022

Pendapatan dipotong tidak jelas

Ilustrasi bayar PBB online di Bukalapak. Kini tidak ada alasan lagi bagi masyarakat untuk tidak bayar pajak bumi dan bangunan. Pasalnya, kini berbagai platform telah menyediakan fitur cara bayar PBB online.Tangkapan layar Bukalapak. Ilustrasi bayar PBB online di Bukalapak. Kini tidak ada alasan lagi bagi masyarakat untuk tidak bayar pajak bumi dan bangunan. Pasalnya, kini berbagai platform telah menyediakan fitur cara bayar PBB online.

Di samping itu, perencana keuangan dari Advisors Alliance Group, Andy Nugroho menyampaikan bahwa mereka yang sudah tidak patuh membayar pajak karena kurangnya sanksi tegas yang berlaku, dan pendapatan yang dipotong tanpa alasan jelas.

Andy mengatakan, orang tertentu akan malas membayar pajak karena merasa penghasilannya dipotong tanpa alasan, apalagi jika sifatnya wajib.

"Ini dianggap sebagai cost atau yang kita tanggung, makanya timbul rasa malas," ujanya terpisah, Kamis (9/6/2022).

Selain itu, mereka yang kurang sadar membayar pajak karena mungkin menganggap bahwa tidak membayar pajak pun tidak akan berdampak berat bagi kehidupan mereka.

"Bisa juga mungkin orang tersebut menganggap, 'ngapain saya bayar pajak, saya enggak dapat impact dari pembayaran pajak saya selama ini'. Nah, makanya mereka cenderung malas membayar pajak secara tertib," kata dia.

Baca juga: NIK Jadi NPWP, Semua Orang Wajib Bayar Pajak?

Malas bayar pajak dengan setor offline

Andy mengatakan, pemisalan pajak yang ada dalam kehidupan sehari-hari yakni pajak kendaraan bermotor dan pajak makan di restoran.

Menurut dia, orang-orang cenderung memilih dan mau membayar pajak yang ada di restoran, sedangkan mereka kurang minat membayar pajak tahunan karena mempertimbangkan lokasi setor pajaknya.

"Kalau makan di restoran kan harus bayar saat itu juga, karena kita sudah makan," ujar Andy.

"Sementara pajak kendaraan bermotor reguler, dan PBB itu yang setahun sekali harus datang ke tempatnya, mungkin mereka lebih abai karena membayar manual," imbuhnya.

Baca juga: Berapa Penghasilan yang Kena Pajak dan Berapa Besarannya?

Kurangnya sanksi yang tegas

Ilustrasi faktur pajak.SHUTTERSTOCK/ANDREY_POPOV Ilustrasi faktur pajak.

Di sisi lain, orang yang tidak patuh untuk membayar pajak secara rutin karena dampak yang dirasa tidak begitu besar atau berpengaruh bagi kehidupan mereka.

Andy mengatakan, mereka yang tidak membayar pajak tahunan kendaraan tentu berpikir bahwa kendaraannya tidak akan disita kecuali kena tilang.

"Jadi selama mereka tidak kena tilang ya, akan berpikir aman-aman saja," ujar Andy.

"Sedangkan, jika PBB tidak bayar, dampaknya pemerintah juga tidak mungkin menyita rumah, mungkin bakal menyurati saja. Itu yang membuat orang-orang malas membayar pajak," lanjutnya.

Dari penjelasan di atas, Andy mengatakan, pentingnya membayar pajak.

Sebab, pajak akan digunakan untuk keperluan negara dan bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.

Baca juga: Pahami Pajak UMKM dan Cara Menghitungnya

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infogafik: Waspada Penipuan Mengatasnamakan Ditjen Pajak

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Apa yang Terjadi jika BPJS Kesehatan Tidak Aktif Saat Membuat SKCK?

Tren
Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Uji Coba Implan Otak Neuralink Pertama untuk Manusia Alami Masalah, Ini Penyebabnya

Tren
BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

BPOM Rilis 76 Obat Tradisional Tidak Memenuhi Syarat dan BKO, Ini Daftarnya

Tren
Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Update Banjir Sumbar: Korban Meninggal 41 Orang, Akses Jalan Terputus

Tren
Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Ini Penyebab Banjir Bandang Landa Sumatera Barat, 41 Orang Dilaporkan Meninggal

Tren
Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Gara-gara Mengantuk, Pendaki Gunung Andong Terpeleset dan Masuk Jurang

Tren
Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya?

Tren
5 Temuan Polisi soal Kondisi Bus yang Kecelakaan di Subang, Bekas AKDP hingga Rangka Berubah

5 Temuan Polisi soal Kondisi Bus yang Kecelakaan di Subang, Bekas AKDP hingga Rangka Berubah

Tren
Nilai Tes Online Rekrutmen BUMN Tiba-tiba Turun di Bawah Standar, Ini Kronologinya

Nilai Tes Online Rekrutmen BUMN Tiba-tiba Turun di Bawah Standar, Ini Kronologinya

Tren
Pakai Cobek dan Ulekan Batu Disebut Picu Batu Ginjal, Ini Faktanya

Pakai Cobek dan Ulekan Batu Disebut Picu Batu Ginjal, Ini Faktanya

Tren
7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

7 Pilihan Ikan Tinggi Zat Besi, Hindari Kurang Darah pada Remaja Putri

Tren
Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Pendaftaran CPNS 2024: Link SSCASN, Jadwal, dan Formasinya

Tren
6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

6 Tanda Tubuh Terlalu Banyak Konsumsi Garam

Tren
BMKG Sebut Badai Matahari Ganggu Jaringan Starlink Milik Elon Musk

BMKG Sebut Badai Matahari Ganggu Jaringan Starlink Milik Elon Musk

Tren
Suhu di Semarang Disebut Lebih Panas dari Biasanya, Ini Penyebabnya Menurut BMKG

Suhu di Semarang Disebut Lebih Panas dari Biasanya, Ini Penyebabnya Menurut BMKG

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com