KOMPAS.com - Presiden Rusia Vladimir Putin berencana menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali yang akan digelar Oktober-November 2022.
Hal tersebut disampaikan oleh Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva pada Rabu (23/3/2022).
“Tergantung banyak hal, termasuk situasi Covid-19 yang semakin membaik. Tapi sejauh ini niatnya datang,” katanya, dilansir dari Kompas.com, Kamis (24/3/2022).
Baca juga: 5 Dampak Perang Rusia-Ukraina bagi Indonesia, Apa Saja?
Seperti yang diketahui, Amerika Serikat (AS) dan sekutu saat ini dalam posisi mendukung Ukraina atas invasi Rusia.
Sebagai bentuk dukungan, mereka berbondong-bondong menjatuhkan sanksi untuk mengucilkan Rusia dari perekonomian global termasuk rencana mengeluarkan dari G20.
“Tidak hanya G20, banyak organisasi berusaha untuk mengeluarkan Rusia. Reaksi barat benar-benar tidak proporsional,” ujar Vorobieva, dikutip dari Reuters.
Baca juga: Kenapa Rusia dan Ukraina Perang?
Mengomentari seruan pengusiran Rusia dari forum G20, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin menggambarkan Rusia sebagai anggota penting G20 yang tidak bisa diusir.
“G20 adalah forum utama untuk kerja sama ekonomi internasional. Rusia adalah anggota penting, dan tidak ada anggota yang berhak mengusir negara lain,” ucapnya, seperti dikutip Kompas.com (23/3/2022).
Sebelumnya, pemimpin Rusia dan China telah menyatakan hubungan “tanpa batas” saat kunjungan Putin ke Beijing untuk menyemarakkan Olimpiade Musim Dingin 2022 Februari lalu.
Diketahui, China juga telah memberikan tingkat perlindungan diplomatik kepada Rusia yang semakin terasing setelah invasi ke Ukraina.
Baca juga: 10 Negara Terbesar di Dunia, Rusia di Urutan Pertama
Sementara itu, Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin angkat suara mengenai rencana kedatangan Putin ke KTT G20.
Ia meminta Indonesia untuk memboikot Rusia dari semua forum internasional, termasuk KTT G20.
“Presiden Putin dan pemerintahannya secara langsung bertanggungjawab atas semua kekejaman yang dilakukan, yang tidak lain adalah kejahatan perang terhadap kemanusiaan,” ujar Hamianin pada Rabu (23/3/2022), dikutip dari Tribun.
Hamianin melanjutkan, kehadiran Putin di acara internasional mana pun akan berarti penghinaan terhadap demokrasi, martabat manusia, dan supremasi hukum.