Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pro Kontra Rusia Hadiri KTT G20 dan Indonesia yang Dinilai Bisa Jadi Juru Damai

Kompas.com - 24/03/2022, 17:31 WIB
Diva Lufiana Putri,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Presiden Rusia Vladimir Putin berencana menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali yang akan digelar Oktober-November 2022.

Hal tersebut disampaikan oleh Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Vorobieva pada Rabu (23/3/2022).

“Tergantung banyak hal, termasuk situasi Covid-19 yang semakin membaik. Tapi sejauh ini niatnya datang,” katanya, dilansir dari Kompas.com, Kamis (24/3/2022).

Baca juga: 5 Dampak Perang Rusia-Ukraina bagi Indonesia, Apa Saja?

Seperti yang diketahui, Amerika Serikat (AS) dan sekutu saat ini dalam posisi mendukung Ukraina atas invasi Rusia.

Sebagai bentuk dukungan, mereka berbondong-bondong menjatuhkan sanksi untuk mengucilkan Rusia dari perekonomian global termasuk rencana mengeluarkan dari G20.

“Tidak hanya G20, banyak organisasi berusaha untuk mengeluarkan Rusia. Reaksi barat benar-benar tidak proporsional,” ujar Vorobieva, dikutip dari Reuters.

Baca juga: Kenapa Rusia dan Ukraina Perang?

China sebut Rusia anggota penting

Visualisasi tujuh klaster negara-negara Anggota G20 berdasarkan analisis atas lima indeks global dengan indeks persepsi korupsi sebagai penguji.KUDU INSIGHT/NURVIRTA MONARIZQA/PALUPI ANNISA AULIANI Visualisasi tujuh klaster negara-negara Anggota G20 berdasarkan analisis atas lima indeks global dengan indeks persepsi korupsi sebagai penguji.

Mengomentari seruan pengusiran Rusia dari forum G20, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin menggambarkan Rusia sebagai anggota penting G20 yang tidak bisa diusir.

“G20 adalah forum utama untuk kerja sama ekonomi internasional. Rusia adalah anggota penting, dan tidak ada anggota yang berhak mengusir negara lain,” ucapnya, seperti dikutip Kompas.com (23/3/2022).

Sebelumnya, pemimpin Rusia dan China telah menyatakan hubungan “tanpa batas” saat kunjungan Putin ke Beijing untuk menyemarakkan Olimpiade Musim Dingin 2022 Februari lalu.

Diketahui, China juga telah memberikan tingkat perlindungan diplomatik kepada Rusia yang semakin terasing setelah invasi ke Ukraina.

Baca juga: 10 Negara Terbesar di Dunia, Rusia di Urutan Pertama

Ukraina minta Indonesia boikot Rusia

Sementara itu, Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin angkat suara mengenai rencana kedatangan Putin ke KTT G20.

Ia meminta Indonesia untuk memboikot Rusia dari semua forum internasional, termasuk KTT G20.

“Presiden Putin dan pemerintahannya secara langsung bertanggungjawab atas semua kekejaman yang dilakukan, yang tidak lain adalah kejahatan perang terhadap kemanusiaan,” ujar Hamianin pada Rabu (23/3/2022), dikutip dari Tribun.

Hamianin melanjutkan, kehadiran Putin di acara internasional mana pun akan berarti penghinaan terhadap demokrasi, martabat manusia, dan supremasi hukum.

“Kami menyerukan kepada semua negara demokratis dan semua orang yang berkehendak baik untuk membantu menyelamatkan dunia dari diktator Putin yang kejam dan agresif,” tuturnya.

Baca juga: Melihat Kecanggihan Rudal Hipersonik Kinzhal, Senjata Terbaru Rusia

Australia tak terima Indonesia undang Rusia

Ilustrasi G20, pertemuan G20, isu kesehatan prioritas G20Shutterstock/AlexLMX Ilustrasi G20, pertemuan G20, isu kesehatan prioritas G20

Suara kontra kedatangan Putin dalam rangka menghadiri KTT G20 di Bali juga datang dari Australia melalui Perdana Menteri Ascott Morrison.

Morrison menyampaikan keberatannya dengan alasan invasi Rusia terhadap Ukraina, pada Rabu (23/3/2022).

“Saya pikir di ruangan kita perlu mengundang orang-orang yang tidak menyerang negara lain,” katanya, seperti dikutip dari AFP.

Disampaikan Morrison, pihaknya juga telah melakukan kontak langsung dengan Presiden Jokowi tentang kehadiran Putin di G20.

“Rusia menginvasi Ukraina. Ini adalah tindakan kekerasan dan agresif yang menghancurkan aturan hukum internasional. Dan ide untuk duduk satu meja dengan Vladimir Putin bagi saya adalah langkah yang terlalu jauh,” tuturnya.

Baca juga: Perang Rusia-Ukraina, Kenaikan Harga Pangan Global, dan Ancaman Kelaparan Dunia

Indonesia bisa jadi juru damai

Sementara itu, Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana berpendapat bahwa Indonesia menjadi medan tarik-menarik bagi konflik Rusia dan negara barat.

Oleh karenanya, Indonesia sebagai presidensi G20 sepanjang 2022 harus bertindak menyukseskan KTT dan memastikan seluruh kepala pemerintahan dan kepala negara hadir.

“Kemenlu (Kementerian Luar Negeri) harus menjadi juru damai atas konflik yang terjadi di Ukraina dan saat ini meluas antara AS dengan sekutunya dan Rusia,” ujarnya kepada Kompas.com, Kamis (24/3/2022).

Lebih lanjut, pemerintah bisa meminta perwakilan Indonesia di AS dan negara sekutu untuk mengidentifikasi apa yang diminta terhadap Rusia. Begitu pula dengan Rusia.

Selanjutnya, Menteri Luar Negeri (Menlu) berdasarkan masukan dari perwakilan Indonesia merumuskan solusi yang tepat untuk ditawarkan baik kepada AS dan sekutu, serta kepada Rusia.

Diplomasi ulang alik untuk redam konflik

Hikmahanto kembali memaparkan, Menlu dapat melakukan shuttle diplomacy atau diplomasi ulang alik untuk membicarakan solusi yang ditawarkan pemerintah Indonesia.

“Langkah terakhir, bila diperlukan Menlu dapat meminta presiden untuk melakukan pembicaraan langsung dengan Presiden Putin dan Presiden Joe Biden (Presiden AS) agar konflik segera diakhiri demi kemanusiaan dan keselamatan serta perekonomian dunia,” pungkasnya.

Baca juga: Mengapa Respons Dunia terhadap Konflik Rusia-Ukraina dan Palestina-Israel Berbeda?

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Perbandingan Kekuatan Militer Ukraina vs Rusia

(Sumber: Kompas.com/Irawan Sapto Adhi, Aditya Jaya Iswara, Haryanti Puspa Sari | Editor Irawan Sapto Adhi, Aditya Jaya Iswara, Krisiandi)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com