Penulis: Nika Halida Hashina dan Ristiani D. Putri
KOMPAS.com - Saat ini, standar kecantikan di masyarakat terus berkembang. Hal ini salah satunya dapat dilihat dari berubahnya tren fashion dan gaya make up.
Dalam perkembangan tren kecantikan, budaya memainkan peran besar dalam ide-ide manusia untuk terus menciptakan keindahan. Seperti salah satu negara yang menjadi poros tren kecantikan dunia saat ini, yaitu Korea Selatan.
Industri hiburan dinilai berhasil menyebarkan tren kecantikan dari Korea Selatan secara cepat dalam skala global. Produk-produk kecantikan dari negara gingseng itu pun kian laris didistribusikan ke seluruh penjuru dunia.
Dalam Kompas, Na Sung Min, Strategic Marketing Leader PT Cosmax Indonesia, mengatakan bahwa alasan kesuksesan K-Beauty antara lain keterjangkauan harga produk, inspirasi dari para idola, dan kebutuhan akan produk yang ramah kulit.
Salah satu perempuan yang turut terinspirasi dan menyebarkan gaya berbusana ala Korea adalah Henny Levin. Namun, yang spesial adalah ia menciptakan konten yang dikhususkan untuk perempuan berukuran besar.
Dalam siniar Semua Bisa Cantik episode “Henny Levin: Mendobrak Standar Kecantikan dengan Penerimaan Diri”, Henny membagikan pengalamannya dari ketidakpercayaan diri atas tubuhnya hingga menjadi cantik ala diri sendiri.
Henny mengatakan ia sangat bersyukur karena orang di sekitar menerima dirinya apa adanya. “Mungkin dari (kepercayaan diri) itu juga kita harus belajar untuk menerima diri dan yang lain, mau nggak mau secara auto juga menerima diri kita. Kayak kata orang, kalo kamu nggak terima diri kamu, siapa lagi?”
Oleh karena itu, perawatan kecantikan saat ini bukan hanya dianggap sebagai pemenuh standar masyarakat, tetapi juga cara untuk lebih mencintai diri sendiri.
Baca juga: Mengapa Relasi Kuasa Bisa Menyebabkan Body Shaming?
Tidak hanya Korea Selatan, sejak dulu, banyak negara yang memiliki tren kecantikannya masing-masing. Wanita di seluruh dunia telah bereksperimen dengan kosmetik dan alat bantu kecantikan dengan tujuan untuk menarik pasangan.
Setiap era dalam sejarah memiliki standarnya sendiri tentang apa yang dianggap indah dan tidak. Pada masa lalu, mengikuti arus tren kecantikan juga berarti menunjukkan status sosial dan keuangan.
Pada awal abad ke-19, penjelajah Eropa menganggap bahwa tato, tindikan, dan dekorasi bulu penduduk asli sebagai tampilan barbar. Namun, mereka menganggap busana mereka sendiri, seperti topi, wig, bedak, dan korset sebagai mode kelas atas.
Hal ini jelas dipengaruhi oleh budaya, yang dirangkum oleh dr. Sunaina bahwa tujuan kecantikan tiap bangsa itu berbeda-beda. Perempuan di Amerika menginginkan kulit yang awet muda.
Di Brasil, perempuan dengan rambut panjang dan kulit kecokelatan dianggap paling cantik. Selain itu, di Afrika, perempuan-perempuan bertubuh besarlah yang menjadi idaman.
Sementara itu, orang Eropa menganggap kulit putih dan mulus secara alami yang paling utama. Ketika akses teknologi meningkat, orang-orang mulai melirik budaya kecantikan satu sama lain. Akibatnya, wanita dari Timur mulai mendambakan kecantikan ideal Barat.