KOMPAS.com - Sleep training menjadi salah satu pola asuh yang diterapkan oleh banyak orang tua kepada anak.
Pola asuh ini adalah dengan membiasakan anak untuk tidur terpisah dari orang tuanya sejak usia dini, bahkan bayi.
Gaya pengasuhan semacam ini jarang diterapkan di Indonesia. Anak masih dianggap layak untuk tidur bersama orang tua hingga usia beberapa tahun.
Meski belum banyak diterapkan masyarakat, tak ada salahnya untuk mengenal sleep training secara lebih dalam.
Anak dapat menenangkan diri ketika terbangun di tengah malam, dan kembali tertidur tanpa harus orang tua menenangkannya.
Baca juga: Manfaat Camilan bagi Bayi
Ada banyak metode dari sleep training yang bisa dilakukan, tetapi secara umum ada empat metode yang banyak digunakan.
Berikut metode sleep training, sebagaimana dikutip Cleveland Clinic:
Metode ini mengajarkan para orang tua untuk menaruh bayi di kasurnya saat ia sudah lelah, tetapi belum tertidur.
Dengan demikian, mereka akan melatih kemampuan dirinya untuk tidur sendiri.
Metode ini biasanya akan membuat bayi menangis di permulaannya.
Jika mendapati hal ini, orang tua dilarang untuk menjemput atau menemuinya, kecuali tiba waktu pagi atau tiba jadwal anak untuk minum susu di malam hari.
Tangisan itu hanya akan terjadi 3-5 hari saja, selebihnya mereka sudah bisa tidur tanpa didampingi ayah dan ibunya.
Selanjutnya adalah metode ferber yang juga dikenal dengan metode cek dan hibur.
Orang tua bisa mengecek anaknya beberapa waktu sekali. Letakkan bayi di kamar ketika masih terbangun, tetapi sudah mulai mengantuk. Ucapkan sepatah dua patah kata yang menenangkannya, kemudian tinggalkan.
Setelah itu, Anda akan secara rutin mengecek kondisinya. Interval waktu pengecekan diharapkan semakin panjang dari waktu ke waktu. Misalnya diawali dengan 5 menit sekali, kemudian menjadi 10 menit sekali, dan seterusnya.
Hanya saja, Anda dilarang berlama-lama ketika melakukan pengecekan itu, apalagi sampai membawanya kembali ke kamar Anda.
Baca juga: Kapan Bayi Bisa Mulai Mandi dengan Air Dingin? Ini Penjelasan Dokter
Pendekatan ini membutuhkan kesabaran, karena mungkin paling banyak memakan waktu.
Orang tua bisa mendatangi dan menimang anaknya ketika terbangun atau menangis di malam hari.
Tenangkan mereka, namun jangan terlalu lama, segera lah tinggalkan dia dan kembali ke kamar Anda.
Orang tua bisa menjaga anaknya dari sebuah kursi yang diletakkan di dekat ranjang sang anak. Tinggalkan ia ketika sudah tertidur.
Namun, jika bayi terbangun kembali lah dagang dan tunggu ia di kursi yang telah disediakan.
Perlahan, jauhkan jarak kursi dari ranjang hingga akhirnya Anda benar-benar dapat tidak menunggunya.
Selain agak sulit dilakukan oleh orang tua, metode ini juga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk akhirnya berhaasil.
Baca juga: Ini Alasan Mengapa Bayi yang Baru Lahir Menangis
Ketika bayi sudah terbiasa tidur tanpa didampingi orang tua, mereka dapat memiliki waktu tidur yang berkualitas di malam hari.
Setidaknya mereka akan terlelap selama 9-12 jam di waktu malam.
Tidur cukup yang berkualitas itu akan membuat ia merasa lebih baik ketika beraktivitas di keesokan harinya.
Layaknya efek domino, bayi yang memiliki kondisi dan perasaan yang baik juga akan membuat kedua orang tua merasakan hal yang sama.
Sehingga, pada akhirnya akan tercipta hidup yang lebih berkualitas, karena semua anggota keluarga memiliki kondisi yang baik.
Selebihnya, tidak ada dampak negatif jangka panjang yang ditemukan terkait pola asuh yang satu ini.
Ada banyak metode sleep training yang bisa diterapkan oleh orang tua kepada anaknya.
Jika orang tua bermain "tega", sesungguhnya sleep training bisa tuntas hanya dalam hitungan hari.
Akan tetapi, apabila orang tua memilih untuk mengambil metode yang minim akan risiko anak menangis, mencari orang tuanya dan sebagainya, maka proses yang dibutuhkan bisa lebih lama.
Terkait perbedaan metode ini, tidak ada yang lebih baik atau lebih benar dari pada yang lain.
Kuncinya, agar sleep training hang dilakukan berhasil, orang tua perlu dua hal: kesabaran dan konsistensi.
Baca juga: Apa Tanda Bayi Lapar? Ini Ciri-cirinya
Bayi belum bisa memulai sleep training ketika usianya belum menginjak 4-6 bulan.
Jika usianya belum sampai tahap itu, bayi belum mengembangkan ritme sirkadian yang dapat membantunya terlelap di malam hari.
Sementara di usia setelah 4-6 bulan, bayi sudah bisa mulai menenangkan dirinya sendiri, mereka juga belum memiliki ketergantungan terhadap ayunan orangtua untuk bisa tertidur.
Jadi, usia 6 bulan pada umumnya disepakati menjadi waktu terbaik untuk memulai sleep training.
Meskipun, Anda bisa memulainya sejak usia 4 bulan, atau paling lambat 9 bulan.
Di usia 9 bulan, sleep training mungkin akan lebih mudah dilakukan, karena bayi sudah tidak banyak membutuhkan asupan makan di malam hari, tidak seperti bayi di usia yang lebih kecil.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.