Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Sleep Training, Berikut Manfaatnya untuk Anak

Kompas.com - 22/03/2022, 13:31 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sleep training menjadi salah satu pola asuh yang diterapkan oleh banyak orang tua kepada anak.

Pola asuh ini adalah dengan membiasakan anak untuk tidur terpisah dari orang tuanya sejak usia dini, bahkan bayi.

Gaya pengasuhan semacam ini jarang diterapkan di Indonesia. Anak masih dianggap layak untuk tidur bersama orang tua hingga usia beberapa tahun.

Meski belum banyak diterapkan masyarakat, tak ada salahnya untuk mengenal sleep training secara lebih dalam.

Dikutip dari Sleep Fondation, membiasakan bayi tidur sendiri atau terpisah dari orang tuanya, diharapkan dia akan merasa nyaman tidur di kamarnya sendiri.

Anak dapat menenangkan diri ketika terbangun di tengah malam, dan kembali tertidur tanpa harus orang tua menenangkannya.

Baca juga: Manfaat Camilan bagi Bayi

Metode sleep training

Ada banyak metode dari sleep training yang bisa dilakukan, tetapi secara umum ada empat metode yang banyak digunakan.

Berikut metode sleep training, sebagaimana dikutip Cleveland Clinic:

1. Cry it out (CIO)

Metode ini mengajarkan para orang tua untuk menaruh bayi di kasurnya saat ia sudah lelah, tetapi belum tertidur.

Dengan demikian, mereka akan melatih kemampuan dirinya untuk tidur sendiri.

Metode ini biasanya akan membuat bayi menangis di permulaannya.

Jika mendapati hal ini, orang tua dilarang untuk menjemput atau menemuinya, kecuali tiba waktu pagi atau tiba jadwal anak untuk minum susu di malam hari.

Tangisan itu hanya akan terjadi 3-5 hari saja, selebihnya mereka sudah bisa tidur tanpa didampingi ayah dan ibunya.

2. Ferber method

Selanjutnya adalah metode ferber yang juga dikenal dengan metode cek dan hibur.

Orang tua bisa mengecek anaknya beberapa waktu sekali. Letakkan bayi di kamar ketika masih terbangun, tetapi sudah mulai mengantuk. Ucapkan sepatah dua patah kata yang menenangkannya, kemudian tinggalkan.

Setelah itu, Anda akan secara rutin mengecek kondisinya. Interval waktu pengecekan diharapkan semakin panjang dari waktu ke waktu. Misalnya diawali dengan 5 menit sekali, kemudian menjadi 10 menit sekali, dan seterusnya.

Hanya saja, Anda dilarang berlama-lama ketika melakukan pengecekan itu, apalagi sampai membawanya kembali ke kamar Anda.

Baca juga: Kapan Bayi Bisa Mulai Mandi dengan Air Dingin? Ini Penjelasan Dokter

3. Metode angkat taruh

Pendekatan ini membutuhkan kesabaran, karena mungkin paling banyak memakan waktu.

Orang tua bisa mendatangi dan menimang anaknya ketika terbangun atau menangis di malam hari.

Tenangkan mereka, namun jangan terlalu lama, segera lah tinggalkan dia dan kembali ke kamar Anda.

4. Metode kursi

Orang tua bisa menjaga anaknya dari sebuah kursi yang diletakkan di dekat ranjang sang anak. Tinggalkan ia ketika sudah tertidur.

Namun, jika bayi terbangun kembali lah dagang dan tunggu ia di kursi yang telah disediakan.

Perlahan, jauhkan jarak kursi dari ranjang hingga akhirnya Anda benar-benar dapat tidak menunggunya.

Selain agak sulit dilakukan oleh orang tua, metode ini juga membutuhkan waktu yang lebih lama untuk akhirnya berhaasil.

Baca juga: Ini Alasan Mengapa Bayi yang Baru Lahir Menangis

Manfaat sleep training

Ketika bayi sudah terbiasa tidur tanpa didampingi orang tua, mereka dapat memiliki waktu tidur yang berkualitas di malam hari.

Setidaknya mereka akan terlelap selama 9-12 jam di waktu malam.

Tidur cukup yang berkualitas itu akan membuat ia merasa lebih baik ketika beraktivitas di keesokan harinya.

Layaknya efek domino, bayi yang memiliki kondisi dan perasaan yang baik juga akan membuat kedua orang tua merasakan hal yang sama.

Sehingga, pada akhirnya akan tercipta hidup yang lebih berkualitas, karena semua anggota keluarga memiliki kondisi yang baik.

Selebihnya, tidak ada dampak negatif jangka panjang yang ditemukan terkait pola asuh yang satu ini.

Berapa lama proses sleep training?

Ada banyak metode sleep training yang bisa diterapkan oleh orang tua kepada anaknya.

Jika orang tua bermain "tega", sesungguhnya sleep training bisa tuntas hanya dalam hitungan hari.

Akan tetapi, apabila orang tua memilih untuk mengambil metode yang minim akan risiko anak menangis, mencari orang tuanya dan sebagainya, maka proses yang dibutuhkan bisa lebih lama.

Terkait perbedaan metode ini, tidak ada yang lebih baik atau lebih benar dari pada yang lain.

Kuncinya, agar sleep training hang dilakukan berhasil, orang tua perlu dua hal: kesabaran dan konsistensi.

Baca juga: Apa Tanda Bayi Lapar? Ini Ciri-cirinya

Kapan sleep training bisa dimulai?

Bayi belum bisa memulai sleep training ketika usianya belum menginjak 4-6 bulan.

Jika usianya belum sampai tahap itu, bayi belum mengembangkan ritme sirkadian yang dapat membantunya terlelap di malam hari.

Sementara di usia setelah 4-6 bulan, bayi sudah bisa mulai menenangkan dirinya sendiri, mereka juga belum memiliki ketergantungan terhadap ayunan orangtua untuk bisa tertidur.

Jadi, usia 6 bulan pada umumnya disepakati menjadi waktu terbaik untuk memulai sleep training.

Meskipun, Anda bisa memulainya sejak usia 4 bulan, atau paling lambat 9 bulan.

Di usia 9 bulan, sleep training mungkin akan lebih mudah dilakukan, karena bayi sudah tidak banyak membutuhkan asupan makan di malam hari, tidak seperti bayi di usia yang lebih kecil.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Tren
Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Tren
7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

Tren
Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Tren
Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Tren
Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Tren
Apa yang Dilakukan Jemaah Haji Saat Tiba di Bandara Madinah? Ini Alur Kedatangannya

Apa yang Dilakukan Jemaah Haji Saat Tiba di Bandara Madinah? Ini Alur Kedatangannya

Tren
Kisah Omar, Hilang Selama 26 Tahun, Ditemukan Hanya 200 Meter dari Rumahnya

Kisah Omar, Hilang Selama 26 Tahun, Ditemukan Hanya 200 Meter dari Rumahnya

Tren
Naik Rp 13,4 Miliar Selama 2023, Berikut Rincian Harta Kekayaan Jokowi

Naik Rp 13,4 Miliar Selama 2023, Berikut Rincian Harta Kekayaan Jokowi

Tren
Mengenal PTN BLU di Indonesia: Daftar Kampus dan Bedanya dari PTN BH

Mengenal PTN BLU di Indonesia: Daftar Kampus dan Bedanya dari PTN BH

Tren
Kevin Sanjaya Resmi Nyatakan Pensiun Dini dari Bulu Tangkis, Ini Alasannya

Kevin Sanjaya Resmi Nyatakan Pensiun Dini dari Bulu Tangkis, Ini Alasannya

Tren
Serba-serbi Pendaftaran Sekolah Kedinasan 2024: Prodi, Formasi, dan Penempatan

Serba-serbi Pendaftaran Sekolah Kedinasan 2024: Prodi, Formasi, dan Penempatan

Tren
Siasat SYL 'Peras' Pejabat Kementan, Ancam Copot Jabatan, dan Paksa Mengundurkan Diri

Siasat SYL "Peras" Pejabat Kementan, Ancam Copot Jabatan, dan Paksa Mengundurkan Diri

Tren
Cara Daftar Sekolah Kedinasan STMKG, STIN, dan STIS 2024

Cara Daftar Sekolah Kedinasan STMKG, STIN, dan STIS 2024

Tren
Ramai-ramai Tolak RUU Penyiaran yang Berpotensi Ancam Kebebasan Pers...

Ramai-ramai Tolak RUU Penyiaran yang Berpotensi Ancam Kebebasan Pers...

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com