Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komarudin Watubun
Politisi

Komarudin Watubun, SH, MH adalah anggota Komisi II DPR RI; Ketua Pansus (Panitia Khusus) DPR RI Bidang RUU Otsus Papua (2021); pendiri Yayasan Lima Sila Indonesia (YLSI) dan StagingPoint.Com; penulis buku Maluku: Staging Point RI Abad 21 (2017).

Kapitalisme Fosil dan Perang Rusia Vs Ukraina

Kompas.com - 18/03/2022, 11:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Sedangkan Nord Stream 2 dengan nilai investasi 11 miliar dollar AS, memicu oposisi dari Polandia sebab pipanisasi gas offshore (lepas-pantai) dari Rusia-Laut Baltik ke Jerman,
berisiko mengundang kehadiran militer Rusia ke zona Polandia. Swedia juga menolak Nord
Stream 2, sebab rutenya menyimpang dari rute tadisional aliran gas yakni Ceko, Slovakia,
Ukraina, Belarus, dan Polandia.

Nord Stream 2 juga dianggap melanggar Energy Treaty Charter. Konstruksi Nord Stream 2 sepanjang 1.200 km sudah selesai tahun 2021. Namun, belum ada pasokan gas dari Rusia ke Jerman. Alasannya, Kanselir Jerman Olalf Scholz menunda proyek ini awal Maret 2022 sebagai protes terhadap serangan Rusia ke Ukraina.

Di sisi lain, Uni Eropa berupaya mengakhiri ketergantungan pasokan gas dari Rusia. Tahun 2021, pekan ke-3 Oktober, pimpinan Uni Eropa (UE) mendesak 27 negara anggota UE mempercepat transisi dari energi fosil ke energi bersih-ramah lingkungan. Maka di kota

Brussel (Belgia), 20 Oktober 2021, Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, mendorong anggota Uni Eropa mempercepat transisi ke sumber tenaga surya dan angin. Karena ketergantungan 27 negara UE pada 90% pasokan gas alam impor membuat UE sangat rentan terhadap pasokan gas alam asal Gazprom, Rusia (Raf Casert, 2021).

Kini kapitalisme semakin mendapat peluang dari perang Rusia vs Ukraina. Raksasa bahan bakar fosil misalnya, Shell, British Petroleum, atau Exxon meraup untung. Antara lain
karena harga minyak naik hingga 130 dollar AS per barel awal Maret 2022. Khususnya usai Presiden AS Joe Biden dari Briefing Room, Gedung Putih (Washington), 8 Maret 2022, merilis arah kebijakan energi AS: “Today I’m announcing the United States is targeting the main artery of Russia’s economy. We’re banning all imports of Russian oil and gas and energy.”

AS menghentikan semua impor minyak, batu-bara, dan gas LNG (liquefied natural gas) asal Rusia. Kebijakan ini adalah hasil koordinasi AS dengan sekutu-sekutu AS dan NATO. Presiden Biden juga merilis kebijakan bantuan militer 1 miliar dollar AS ke Ukraina.

Akibat mata-rantai sanksi ekonomi NATO dan AS ini, mata uang Rusia, ruble anjlok hingga 50 persen di pasar global dan sekitar 330 perusahan internasional, misalnya Visa, Mastercard, American Express, Nike, Apple, keluar atau menghentikan operasi di Rusia. Sedangkan harga gas juga naik sekitar 75 sen dollar AS di AS.

AS berupaya merilis cadangan sekitar 60 juta barel minyak -30 juta barel dari AS untuk menjamin keamanan pasokan energi dunia. Sedangkan Rusia juga siap “perang” bahan bakar fosil dan menjamin keamanan pasokan energi dunia.

Misalnya, Nikolai Kobrinets, direktur kerjasama Eropa-Rusia berupaya menjamin : “Russia
remains a reliable supplier, a world-class guarantor of energy security.” Sedangkan Komisi
Eropa merilis rencana penghentian pasokan bahan bakar asal Rusia pada 2027 dan
pengurangan 2/3 pasolan gas akhir 2022 (Critchlow, 2022).

Weir (2009) mengutip hasil riset Claudia Kemfert, ahli energi pada German Institute for Economic Research di Munich, Jerman : “When there are problems on these transit
routes, this brings insecurity to the energy markets...At the end of the day, [Europe] still has
a huge dependency on Russian energy, and this is a little bit dangerous.” Jadi, gangguan
transit energi asal Rusia melalui Ukraina ke Eropa memicu risiko keamanan pasar energi di Eropa. Tahun 2008, Ukraina membayar 180 dollar AS per m2 gas asal Rusia. Harga itu jauh dibawah harga pasar Eropa. BUMN gas Rusia, Gazprom, ingin harga 418 dollar AS per m2 untuk kontrak berakhir 2009.

Rusia berupaya mengurangi ketergantungan pada konsumen gas Eropa melalui Ukraina. Apalagi Ukraina, tulis Eberhart (2014) adalah sarang korupsi dari cadangan gas ke-3 terbesar untuk Eropa sebesar 42 triliun cubic-feet dari Rusia. Namun, di sini pula, sarang korupsi dan konspirasi. Akibatnya, tahun 2008, Ukraina sulit membayar utang jual-beli gas sebesar 1,5 miliar dollar AS ke Rusia. Maka Rusia ingin keluar dari perangkap korupsi dan ketergangungan pada rute Ukraina.

Baca juga: Utang Gas Ukraina Kian Bertumpuk

Karena itu, akhir Februari 2020, Gazprom, BUMN eksportir gas Rusia, menandatangan kontrak pipanisasi gas Soyuz Vostok melalui Mongolia ke Tiongkok. Pipa gas Soyuz Vostok akan memasok sekitar 50 miliar m2 (billion cubic meters/bcm) gas alam dari Rusia ke Tiongkok. Tujuannya, Rusia siap-siap menghadapi sanksi dari AS dan Eropa.

Jumat, 4 Februari 2022, Presiden Rusia Vladimir Putin bertemu Presiden Tiongkok Xi Jinping di Beijing, Tiongkok. Hasilnya, kesepakatan Gazprom memasok CNPC (BUMN gas Tiongkok) 10 miliar m2 per tahun melalui pipa gas Rusia ke Tiongkok. Jika harga gas 150 dollar AS per 1000 m2, hasil penjualan gas berkisar 37,5 miliar selama 25 tahun.

Sedangkan rakasa minyak Rusia, Rosneft, memasok sekitar 100 juta ton minyak dengan harga 80 miliar dollar AS melalui Kazakhstan selama 10 tahun ke Tiongkok. Maka perubahan peta keamanan energi dan perimbangan produksi-konsumsi energi ini memengaruhi pula dinamika geopolitik kawasan di Eropa dan Asia (Tiongkok). Aktor-aktor utama dan kepentingannya, tidak lain dari individu-individu pada lingkaran-inti atau elite sistem energi fosil dan kapitalisme fosil. Kepentingan individu-individu dan kapitalisme fosil akhirnya memicu risiko bencana-geopolitik berupa konflik dan gesekan kawasan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Tren
Asal-usul Gelar 'Haji' di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Asal-usul Gelar "Haji" di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Tren
Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar 'Money Politics' Saat Pemilu Dilegalkan

Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar "Money Politics" Saat Pemilu Dilegalkan

Tren
Ilmuwan Temukan Eksoplanet 'Cotton Candy', Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Ilmuwan Temukan Eksoplanet "Cotton Candy", Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Tren
8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

Tren
Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Tren
Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Tren
El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

Tren
Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Tren
Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Tren
Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Tren
7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

Tren
Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Tren
Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Tren
Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com