Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Jepang Kerap Diguncang Gempa Besar?

Kompas.com - 17/03/2022, 12:05 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Gempa bermagnitudo 7,3 mengguncang Jepang pada Rabu (16/3/2022) malam waktu setempat.

Akibat gempa itu, Badan Meteorologi Jepang bahkan sempat mengeluarkan peringatan tsunami setinggi satu meter untuk wilayah prefektur Miyagi dan Fukushima.

Tak hanya itu, gempa yang menggoyangkan gedung-gedung tinggi tersebut juga membuat beberapa wilayah Tokyo mengalami padam listrik.

Dua warga dilaporkan meninggal dunia akibat gempa itu, sementara beberapa orang lainnya mengalami luka-luka.

Seperti diketahui, Jepang kerap diguncang gempa bumi besar. Pada 2011, terjadi gempa M 9,1 yang diikuti tsunami melanda Negeri Matahari Terbit itu.

Gempa tersebut juga memicu kehancuran pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Diichi, hal ini merupakan terburuk kedua dalam sejarah.

Baca juga: Gempa Jepang: 1 Orang Tewas dan Sebuah Kereta Shinkansen Tergelincir

Mengapa Jepang kerap dilanda gempa besar?

Hal ini ternyata berkaitan dengan lokasi Jepang yang terletak di sepanjang Cincin Api Pasifik, zona imajiner berbentuk tapal kuda yang mengikuti tepi Samudra Pasifik.

Di zona tersebut, banyak terjadi gempa bumi dan letusan gunung berapa dunia, dikutip dari Live Science.

Berdasarkan Survei Geologi AS (USGS), 81 persen gempa bumi terbesar di dunia terjadi di zona aktif ini.

Di zona Cincin Api Pasifik, beberapa lempeng tektonik bertumbukan dan bertabrakan.

Dalam apa yang dikenal sebagai zona subduksi, satu lempeng menekuk dan meluncur di bawah yang lain, menyebabkan kerak samudera tenggelam ke dalam bumi.

Baca juga: Gempa Magnitudo 7,3 Guncang Jepang, Kemenlu: Belum Ada Informasi WNI Terluka atau Terdampak

"Dari Alaska ke Jepang dan Filipina, sampai ke sekitar Pasifik barat, kemudian batas pantai barat Amerika Selatan dan Amerika tengah, semuanya merupakan zona subduksi besar," kata profesor geofisika di University of Utah, Robert Smith.

Jepang sendiri berada di atas mosaik kompleks lempeng tektonik yang menggiling bersama dan memicu gempa bumi yang mematikan, serta letusan gunung berapi.

Gempa 2011 melepaskan ratusan tahun tekanan terpendam di dalam zona subduksi dan memicu tsunami besar yang menggenangi pembangkit nuklir.

"Gempa Tohoku 2011 adalah salah satu gempa bumi terbesar yang pernah kami catat secara historis," jelas Smith.

"Tetapi kenyataannya, bahaya seismik dari seluruh zona subduksi sangat tinggi, sehingga gempa bumi besar lebih sering terjadi di sana daripada di tempat lain," sambungnya.

Baca juga: UPDATE Gempa Jepang 16 Maret: 2 Orang Tewas, Peringatan Tsunami Dicabut

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 30 April hingga 1 Mei 2024

BMKG: Wilayah Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 30 April hingga 1 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Manfaat Air Kelapa Muda Vs Kelapa Tua | Cara Perpanjang STNK jika Pemilik Asli Kendaraan Meninggal Dunia

[POPULER TREN] Manfaat Air Kelapa Muda Vs Kelapa Tua | Cara Perpanjang STNK jika Pemilik Asli Kendaraan Meninggal Dunia

Tren
NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

NASA Perbaiki Chip Pesawat Antariksa Voyager 1, Berjarak 24 Miliar Kilometer dari Bumi

Tren
Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Profil Brigjen Aulia Dwi Nasrullah, Disebut-sebut Jenderal Bintang 1 Termuda, Usia 46 Tahun

Tren
Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Jokowi Teken UU DKJ, Kapan Status Jakarta sebagai Ibu Kota Berakhir?

Tren
Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Ini Daftar Gaji PPS, PPK, KPPS, dan Pantarlih Pilkada 2024

Tren
Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Pengakuan Ibu yang Paksa Minta Sedekah, 14 Tahun di Jalanan dan Punya 5 Anak

Tren
Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Jadi Tersangka Korupsi, Ini Alasan Pendiri Sriwijaya Air Belum Ditahan

Tren
Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Daftar Lokasi Nobar Indonesia Vs Uzbekistan Piala Asia U23 2024

Tren
Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Bolehkah Penderita Diabetes Minum Air Tebu? Ini Kata Ahli Gizi UGM

Tren
Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Bandara di Jepang Catat Nol Kasus Kehilangan Bagasi Selama 30 Tahun, Terbaik di Dunia

Tren
La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

La Nina Berpotensi Tingkatkan Curah Hujan di Indonesia, Kapan Terjadi?

Tren
Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Kasus yang Bikin Bea Cukai Disorot: Sepatu Impor hingga Alat Bantu SLB

Tren
Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Biaya Kuliah Universitas Negeri Malang 2024/2025 Program Sarjana

Tren
Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Hari Pendidikan Nasional 2024: Tema, Logo, dan Panduan Upacara

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com