KOMPAS.com - Status pandemi Covid-19 masih belum dicabut oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hingga hari ini.
Kendati demikian, banyak negara yang sudah melonggarkan aturan pengetatan untuk mencegah penyebaran Covid-19.
Berdasarkan data Worldometer, Jumat (11/3/2022), berikut jumlah kasus Covid-19 yang terdata di seluruh dunia sejak kasus pertama ditemukan:
Berikut update corona dari Indonesia dan beberapa negara, Jumat (11/3/2022):
Indonesia disebut mengalami tren penurunan kasus konfirmasi Covid-19 harian.
Mengacu data terbaru dari Satgas Covid-19 per Kamis (10/3/2022), terdapat penambahan kasus, yakni:
Dengan demikian, total kasus Covid-19 di Indonesia menjadi:
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut, data per Kamis (10/3/2022) menunjukkan adanya tren penurunan kasus infeksi harian di 25 provinsi yang ada di Indonesia.
Sementara itu, 9 provinsi lainnya masih menunjukkan adanya kenaikan.
Baca juga: Gejala Virus Corona Subvarian Omicron BA.3 dan Tingkat Keparahannya
Dikutip dari The Guardian, Kamis (10/3/2022), Inggris mengalami peningkatan kasus infeksi untuk usia 55 tahun ke atas.
Kondisi ini ditengarai akibat meningkatnya kegiatan masyarakat di luar ruangan, menurunnya kekebalan tubuh, dan keberadaan varian Omicrin yang lebih menular.
Pengujian dilakukan hampir kepada 100.000 orang di Inggris yang dilakukan dari rumah ke rumah.
Infeksi secara keseluruhan memang dilaporkan menurun jika dibandingkan dengan puncak infeksi di bulan Januari lalu.
Namun, satu dari 35 orang dinyatakan positif antara 8 Februari 2022 hingga 1 Maret 2022, di mana kasus pada kalangan usia lebih dari 55 tahun ditemukan meningkat.
Para ilmuwan dari Imperial College mengatakan studi mereka menunjukkan nilai R untuk kalangaan usia di bawah 54 tahun tetap lebih rendah dari 1.
Sementara pada usia 55 tahun ke atas, angkanya ada di 1,04.
Baca juga: Pemerintah Hapus Syarat PCR-Antigen, Ini 3 Kebijakan Transisi Menuju Normal
Dilansir dari NPR, sekelompok masyarakat mendesak diadakannya peringatan atas kematian akibat Covid-19 yang sudah mendekati angka 1 juta.
Sebuah gerakan bernama Marked By COVID adalah pihak di balik desakan ini.
Saat ini, kematian terkait Covid-19 di negara yang dipimpin Joe Biden ini sudah melebihi 960.000 kasus.
Jumlah ini pun terus bertambah dan kian mendekati angka 1 juta.
Memang, kehidupan di Amerika Serikat perlahan mulai pulih dan kembali normal. Masker boleh dilepaskan, pertemuan massa dijadwalkan, dan lain sebagainya.
Namun, bagi jutaan orang yang kehilangan orang yang dicintai karena penyakit ini, hidup tidak akan lagi sama dan kembali seperti sedia kala.
Baca juga: 5 Pelonggaran Pemerintah dalam Masa Transisi Menuju Aktivitas Normal
Invasi Rusia terhadap Ukraina menyebabkan krisis kemanusiaan yang menyebabkan sekitar 2 juta masyarakat Ukraina mengungsi ke sejumlah negara tetangga di sisi barat.
WHO memperingatkan, kondisi stabilitas masyarakat yang memburuk akan memudahkan penyebaran Covid-19.
"Setiap kali Anda mengganggu masyarakat seperti ini dan membuat jutaan orang berpindah, maka penyakit menular akan memanfaatkannya," kata Direktur Program Darurat Kesehatan WHO, Dr. Mike Ryan, dikutip dari CNN.
"Orang-orang berkumpul, mereka stres, dan mereka tidak makan, mereka tidak tidur dengan benar. Mereka sangat rentan terhadap dampaknya. Dan kemungkinan besar penyakit akan menyebar," imbuh dia.
WHO mengatakan, ada peningkatan luar biasa dari kasus infeksi dan kematian akibat Covid-19 setelah perang dideklarasikan.
Tak hanya kasus yang meningkat, badan dunia itu juga melihat adanya peningkatan tekanan terhadap sistem kesehatan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.