Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Laporan WHO: Lebih dari 1 Miliar Remaja di Dunia Terancam Kehilangan Pendengaran

Kompas.com - 07/03/2022, 17:00 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini mengeluarkan laporan dunia pertama tentang pendengaran.

Dalam laporannya, WHO menyebut lebih dari 1 miliar orang berusia 12-35 tahun berisiko kehilangan pendengaran.

Jumlah ini berpotensi mengalami peningkatan menjadi hampir 2,5 miliar atau 1 dari 4 orang dengan gangguan pendengaran pada tingkat tertentu pada 2050.

Setidaknya, 700 juta dari orang-orang ini akan memerlukan akses ke perawatan telinga dan pendengaran serta layanan rehabilitasi lainnya, kecuali jika ada tindakan yang diambil.

"Kemampuan kita untuk mendengar sangat berharga. Gangguan pendengaran yang tidak diobati dapat berdampak buruk pada kemampuan orang untuk berkomunikasi, belajar, dan mencari nafkah," kata Direktur Jenderal WHO, Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, dikutip dalam laman resminya.

"Ini juga dapat berdampak pada kesehatan mental dan kemampuan mereka untuk mempertahankan hubungan," sambungnya.

Laporan yang diluncurkan pada 3 Maret 2022 ini tak hanya menguraikan skala masalah, tetapi juga menawarkan solusi dalam bentuk intervensi berbasis bukti.

WHO menggarisbawahi upaya cepat untuk mencegah dan mengatasi gangguan pendengaran dengan berinvestasi serta memperluas akses ke layanan perawatan telinga dan pendengaran.

Baca juga: WHO Telah Mengidentifikasi Subvarian BA.3 Omicron, Seperti Apa Karakteristiknya?

Penyebab dan rekomendasi

Pada anak-anak dan remaja, risiko kehilangan pendengaran ini berkaitan dengan penggunaan peralatan audio personal dan paparan suara yang bisa merusak pendengaran seperti di klub malam, bar, konser dan acara olahraga.

Namun, hampir 60 persen gangguan pendengaran dapat dicegah melalui langkah-langkah seperti imunisasi untuk pencegahan rubella dan meningitis, peningkatan perawatan ibu dan bayi, dan skrining dan manajemen dini.

Untuk orang dewasa, pengendalian kebisingan, pendengaran yang aman dan pengawasan obat-obatan ototoksik bersama dengan kebersihan telinga yang baik dapat membantu mengurangi potensi gangguan pendengaran.

WHO menjelaskan, paparan suara keras menyebabkan gangguan pendengaran sementara atau tinnitus.

Baca juga: Menjaga Kesehatan Tubuh di Masa Pandemi, Begini Tips dari WHO

Tetapi paparan yang lama atau berulang dapat menyebabkan kerusakan pendengaran permanen, yang mengakibatkan gangguan pendengaran yang tidak dapat diperbaiki.

Karena itu, WHO memberikan enam rekomendasi di tempat atau acara tertentu untuk membatasi gangguan pendengaran.

Pertama, tingkat suara rata-rata maksimum 100 desibel.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Penyebab Pesawat Alami Turbulensi seperti Singapore Airlines

Penyebab Pesawat Alami Turbulensi seperti Singapore Airlines

Tren
Cerita Penumpang Singapore Airlines Saat Turbulensi, Tanpa Peringatan dan Penumpang Terlempar dari Kursi

Cerita Penumpang Singapore Airlines Saat Turbulensi, Tanpa Peringatan dan Penumpang Terlempar dari Kursi

Tren
Jadwal Lengkap Piala AFF 2024 dan Pembagian Grupnya

Jadwal Lengkap Piala AFF 2024 dan Pembagian Grupnya

Tren
Dapat Uang Sobek, Bisakah Ditukar Baru di Bank? Berikut Ini Syaratnya

Dapat Uang Sobek, Bisakah Ditukar Baru di Bank? Berikut Ini Syaratnya

Tren
Resmi, Ini Harga Elpiji dan Tarif Listrik yang Berlaku Juni 2024

Resmi, Ini Harga Elpiji dan Tarif Listrik yang Berlaku Juni 2024

Tren
Cara Mengatasi Masalah Sulit Buang Air Besar pada Kucing Peliharaan

Cara Mengatasi Masalah Sulit Buang Air Besar pada Kucing Peliharaan

Tren
Ada Pemutihan Pajak Kendaraan di Jawa Tengah 2024, Simak Syaratnya

Ada Pemutihan Pajak Kendaraan di Jawa Tengah 2024, Simak Syaratnya

Tren
Mengenal UKT dan Aturannya di Permendikbud Ristek Nomor 2 Tahun 2024

Mengenal UKT dan Aturannya di Permendikbud Ristek Nomor 2 Tahun 2024

Tren
Cara Bikin Akun SSCASN untuk Daftar Sekolah Kedinasan 2024

Cara Bikin Akun SSCASN untuk Daftar Sekolah Kedinasan 2024

Tren
Kronologi Kecelakaan Bus 'Study Tour' SMP PGRI Wonosari di Jombang, 2 Orang Meninggal

Kronologi Kecelakaan Bus "Study Tour" SMP PGRI Wonosari di Jombang, 2 Orang Meninggal

Tren
6 Manfaat Singkong untuk Kesehatan, Salah Satunya Mengurangi Tekanan Darah

6 Manfaat Singkong untuk Kesehatan, Salah Satunya Mengurangi Tekanan Darah

Tren
Aplikasi Prakiraan Cuaca Deteksi Badai Petir saat Pesawat Singapore Airlines Turbulensi Parah

Aplikasi Prakiraan Cuaca Deteksi Badai Petir saat Pesawat Singapore Airlines Turbulensi Parah

Tren
Kronologi Bus Rombongan Siswa MIN 1 Pesisir Barat Terperosok ke Jurang di Tanggamus, Lampung

Kronologi Bus Rombongan Siswa MIN 1 Pesisir Barat Terperosok ke Jurang di Tanggamus, Lampung

Tren
Jadwal Operasional BCA dan Mandiri Selama Libur dan Cuti Bersama Waisak 2024

Jadwal Operasional BCA dan Mandiri Selama Libur dan Cuti Bersama Waisak 2024

Tren
Skandal Transfusi Darah di Inggris, Picu Puluhan Ribu Orang Tertular HIV dan Hepatitis

Skandal Transfusi Darah di Inggris, Picu Puluhan Ribu Orang Tertular HIV dan Hepatitis

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com