Terlebih prokes 3T ( Testing, Tracing, dan Treatment) dinilai masih terbatas di Indonesia.
Selain itu, Dicky juga mengungkapkan bahwa meningkatnya kasus Covid-19 bisa disebabkan karena mereka yang rawan terinfeksi dalam kondisi yang memang rawan atau sedang menurunkan proteksi daya tahan tubuh.
"Ketika orang-orang mulai menginfeksi kelompok yang rawan, misal dia sedang menurun proteksinya, maka mulai bergejala dan mencari tes, mau tidak mau ya terdeteksi," lanjut dia.
Baca juga: Tak Sengaja Bertemu Pasien Positif Omicron, Apa yang Harus Dilakukan?
Dicky menyampaikan, banyaknya kasus harian Covid-19 pada Februari 2022 sebenarnya juga disebabkan karena jarak antara vaksinasi dosis 1 dengan vaksinasi dosis 2 terlampau agak jauh atau lebih dari 1 bulan.
Padahal, pemerintah mengimbau kepada masyarakat untuk segera mendapatkan vaksinasi dosis 2, setelah habis masa efikasi vaksinasi 1.
"Karena vaksin keduanya sudah lebih dari 1 bulan, atau terinfeksinya lebih dari 6 bulan lalu, jadi cenderung bergajala," ujar Dicky.
Selain itu, Dicky menyampaikan, kondisi ini bakal menuju puncak atau semakin banyak yang terinfeksi, terlebih orang yang terpapar Omicron mengalami gejala singkat sekitar 3-4 hari.
Artinya, masyarakat akan melihat pola peningkatan ini sampai akhir Februari 2022, dengan masa krisinya sampai awal Maret 2022.
Baca juga: Kenali Perbedaan Gejala Omicron dengan Flu Biasa, Apa Saja?