Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tangkuban Parahu Mengeluarkan Gas Solfatara, Apa Bahaya Gas Solfatara?

Kompas.com - 14/02/2022, 17:00 WIB
Alinda Hardiantoro,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.comGunung Tangkuban Parahu di Jawa Barat memuntahkan asap solfatara pada Sabtu siang (12/2/2022) lalu.

Muntahan asap solfatara itu diikuti dengan suara gemuruh. Aktivitas tersebut terpantau oleh kamera pengawas di Gunung Tangkuban Parahu.

Diberitakan Kompas.com, Minggu (13/2/2022), Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebutkan Gunung Tangkuban Parahu mengeluarkan asap putih yang disertai suara blazer di kawah Ecoma atau sekitar 100 meter dari dasar kawah.

Akibat dari aktivitas tersebut, PVMBG mengimbau agar masyarakat tidak mendekati bibir kawah guna menghindari asap solfatara.

"Kita sudah berkoordinasi dengan pihak terkait agar masyarakat tidak mendekat ke kawah," kata Andiani selaku Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), dilansir dari Kompas.com, Senin (14/2/2022).

Baca juga: Terjadi Peningkatan Aktivitas Vulkanik, Begini Potensi Bahaya Gunung Tangkuban Parahu

Apa itu gas solfatara?

Gas solfatara merupakan salah satu material berupa gas yang dimuntahkan oleh gunung berapi.

Selain gas, material muntahan gunung berapi lainnya bisa berbentuk padat dan cair.

Gas solfatara mengandung sulfur atau belerang. Gas ini berbahaya jika dihirup oleh makhluk hidup.

“Gas solfatara ini intinya adalah gas yang mengandung sulfur atau belerang. Yang paling banyak ya sulfur dioksida ataupun juga ada sulfur trioksida,” kata Prof. Reviono, Dokter Spesialis Paru RSUD Dr. Moewardi, saat dihubungi oleh Kompas.com, Senin (14/2/2022).

Karena sifatnya berupa gas, gas solfatara ini dapat membahayakan saluran pernapasan apabila terhirup oleh makhluk hidup.

Baca juga: Terjadi Awan Panas, Berikut Potensi Bahaya Gunung Merapi

Penyebab terjadinya gas solfatara

Gunung Tangkuban Parahu keluarkan asap putih setinggi 100 meter sejak Sabtu (12/2/2022) siang hingga menjelang malam. Selain itu, selama 2022, PVMBG mencatat 80 kali Gempa Hembusan Gunung Tangkuban Parahu.Twitter/PVMBG Gunung Tangkuban Parahu keluarkan asap putih setinggi 100 meter sejak Sabtu (12/2/2022) siang hingga menjelang malam. Selain itu, selama 2022, PVMBG mencatat 80 kali Gempa Hembusan Gunung Tangkuban Parahu.
Diberitakan oleh Kompas.com, Minggu (13/2/2022), gas solfatara yang dikeluarkan Gunung Tangkuban Parahu diduga karena adanya air di bawah permukaan atau air yang meresap ke bawah permukaan gunung.

Kemudian, air tersebut mendidih karena batuan panas di bagian dangkal di bawah permukaan kawah.

"Kondisi inilah yang kemudian membentuk akumulasi uap air (steam) bertekanan tinggi, sehingga terjadi "over pressure" dan keluar melalui rekahan sebagai zona lemah, berupa hembusan yang cukup kuat," kata Kepala PVMBG Andiani, dilansir dari Kompas.com, Senin (14/2/2022).

Dinamika aktivitas vulkanik di dekat permukaan seperti ini dapat terjadi karena ada perubahan kesetimbangan energi yang berasal faktor internal maupun eksternal.

Faktor internal berasal dari tekanan uap magma yang naik dari kedalaman, sementara faktor eksternal dapat berasal dari curah hujan dan tingkat evaporasi atau penguapan.

Baca juga: Kawah Gunung Tangkuban Perahu Semburkan Asap Solfatara, Ini Fakta Lengkapnya

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Kisah Nenek di Jepang, Beri Makan Gratis Ratusan Anak Selama Lebih dari 40 Tahun

Kisah Nenek di Jepang, Beri Makan Gratis Ratusan Anak Selama Lebih dari 40 Tahun

Tren
Ramai soal Uang Rupiah Diberi Tetesan Air untuk Menguji Keasliannya, Ini Kata BI

Ramai soal Uang Rupiah Diberi Tetesan Air untuk Menguji Keasliannya, Ini Kata BI

Tren
Benarkah Pegawai Kontrak yang Resign Dapat Uang Kompensasi?

Benarkah Pegawai Kontrak yang Resign Dapat Uang Kompensasi?

Tren
Peneliti Ungkap Hujan Deras Dapat Picu Gempa Bumi, Terjadi di Perancis dan Jepang

Peneliti Ungkap Hujan Deras Dapat Picu Gempa Bumi, Terjadi di Perancis dan Jepang

Tren
Pengguna Jalan Tol Wajib Daftar Aplikasi MLFF Cantas, Mulai Kapan?

Pengguna Jalan Tol Wajib Daftar Aplikasi MLFF Cantas, Mulai Kapan?

Tren
BMKG Keluarkan Peringatan Kekeringan Juni-November 2024, Ini Daftar Wilayahnya

BMKG Keluarkan Peringatan Kekeringan Juni-November 2024, Ini Daftar Wilayahnya

Tren
Ada Potensi Kekeringan dan Banjir secara Bersamaan Saat Kemarau 2024, Ini Penjelasan BMKG

Ada Potensi Kekeringan dan Banjir secara Bersamaan Saat Kemarau 2024, Ini Penjelasan BMKG

Tren
Pengakuan Istri, Anak, dan Cucu SYL soal Dugaan Aliran Uang dari Kementan

Pengakuan Istri, Anak, dan Cucu SYL soal Dugaan Aliran Uang dari Kementan

Tren
Biaya Maksimal 7 Alat Bantu Kesehatan yang Ditanggung BPJS, Ada Kacamata dan Gigi Palsu

Biaya Maksimal 7 Alat Bantu Kesehatan yang Ditanggung BPJS, Ada Kacamata dan Gigi Palsu

Tren
Kronologi Mayat Dalam Toren Air di Tangsel, Diduga Tetangga Sendiri

Kronologi Mayat Dalam Toren Air di Tangsel, Diduga Tetangga Sendiri

Tren
Daftar Negara Barat yang Kutuk Serangan Israel ke Rafah, Ada Perancis Juga Jerman

Daftar Negara Barat yang Kutuk Serangan Israel ke Rafah, Ada Perancis Juga Jerman

Tren
Apa Itu Indeks Massa Tubuh? Berikut Pengertian dan Cara Menghitungnya

Apa Itu Indeks Massa Tubuh? Berikut Pengertian dan Cara Menghitungnya

Tren
Berapa Detak Jantung Normal Berdasarkan Usia? Simak Cara Mengukurnya

Berapa Detak Jantung Normal Berdasarkan Usia? Simak Cara Mengukurnya

Tren
Gaji Pekerja Swasta Dipotong 2,5 Persen untuk Tapera, Apa Manfaatnya?

Gaji Pekerja Swasta Dipotong 2,5 Persen untuk Tapera, Apa Manfaatnya?

Tren
Cara Download Aplikasi IKD untuk Mendapatkan KTP Digital

Cara Download Aplikasi IKD untuk Mendapatkan KTP Digital

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com