KOMPAS.com - Hari ini 2 tahun lalu, tepatnya 11 Februari 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) resmi menamai penyakit coronavirus baru Covid-19.
Dilansir dari History, penamaan itu terjadi setelah beberapa bulan kasus pertama terdeteksi di Wuhan, Cina.
Covid-19 merupakan akronim dari "coronavirus disease 2019".
Pada awalnya orang-orang sering menyebutnya sebagai virus Wuhan, pneumonia misterius, ataupun nCov-2019.
Akan tetapi, menurut WHO, penamaan penyakit menular baru tidak boleh mengandung lokasi geografis.
CO adalah singkatan dari corona, VI adalah untuk virus, D adalah untuk disease atau penyakit, dan 2019 merupakan tahun pertama kali ditemukan.
Penyakitnya dinamai Covid-19. Sementara itu, virusnya adalah virus corona baru atau SARS-CoV-2.
Baca juga: Satgas Kembali Ingatkan OTG Masih Berpeluang Tularkan Covid-19
Pandemi Covid-19 saat ini diduga bermula dari Wuhan, China.
Dilansir dari Kompas.com, (7/1/2020), pada awalnya penyakit ini disebut pneumonia misterius yang mewabah di kota Wuhan.
Penyakit ini pertama kali diinformasikan kepada kantor WHO di China pada 31 Desember 2019.
Hingga awal Januari, sudah ada sekitar 59 kasus pneumonia misterius yang dilaporkan.
Kasus yang sama dicurigai muncul di Hong Kong. Gejala penyakit itu meliputi demam, kesulitan bernapas, dan lesi pada paru-paru seperti pneumonia.
Penyakit itu mengingatkan banyak orang pada wabah SARS yang sempat menyapu Asia pada 2002. Saat itu menyebar ke 37 negara dan menginfeksi 8.000 orang.
Akan tetapi, saat itu, otoritas Wuhan berkata bahwa penyakit itu bukan SARS, MERS, atau flu burung.
Sebagian besar pasien yang terinfeksi merupakan pedagang di pasar makanan laut di Wuhan.
Pasar yang menjual berbagai hewan hidup, seperti burung, kelinci, hingga ular itu telah ditutup sejak 1 Januari 2020 untuk didisinfeksi.
Baca juga: Ilmuwan AS Klaim Tahu soal Corona di Wuhan 2 Minggu Sebelum China Melaporkan ke WHO
Salah satu kisah yang diduga awal mula terdeteksinya penyakit ini ditulis Kompas.com,(14/4/2020).
Pasar makanan laut Huanan di pusat kota Wuhan mulai "hidup" sejak dini hari.
Biasanya para pedagang mulai menyiapkan barang dagangannya pada pukul 03.00 pagi.
Mereka memasukkan tangan-tangannya pada air dingin tempat mencuci dan menyiapkan barang dagangan bagi pelanggan yang datang setiap pagi.
Pasar ini membentang di dua sisi jalan utama dari sebuah lingkungan kelas atas distrik komersial Hankou.
Namun, semuanya berubah sejak akhir Desember 2019, saat sebuah wabah baru pertama diidentifikasi dari tempat ini.
Pada pertengahan Desember 2019, Lan, seorang pedagang makanan laut kering, merasa tidak enak badan.
Ia mengalami flu, dan penyakit ini bukan penyakit yang luar biasa bagi pedagang di sana.
Lan pun tinggal di rumah untuk beristirahat setelah mengalami penurunan berat badan 3 kilogram hanya dalam beberapa hari.
Lan memutuskan untuk pergi ke rumah sakit dan melakukan pemeriksaan. Dari sana, dia dikirim ke sebuah rumah sakit khusus penyakit menular dan menjalani perawatan di sana pada 19 Desember 2019.
Baca juga: Panduan Memperoleh Obat Gratis dan Akses Telemedisin Pasien Isoman Covid-19
Saat itu, Lan tidak tahu bahwa dirinya merupakan satu di antara kasus-kasus pertama dari sebuah virus corona baru yang sangat menular.
"Saya pikir saya terkena flu. Saya tidak pernah menyangka," tutur Lan, seperti dikutip The Guardian.
Pada akhir Desember 2019, sebelum Lan sembuh setelah lebih dari 20 hari dirawat di rumah sakit, kabar tentang penyakit misterius di Wuhan pun menyebar.
Saat itu, tersebar tangkapan layar percakapan tertanggal 30 Desember 2019.
Tangkapan layar itu menampilkan peringatan yang disampaikan seorang dokter di rumah sakit Palang Merah Wuhan, Liu Wen.
Dia mengingatkan rekan-rekannya tentang kasus yang dikonfirmasi virus corona di rumah sakit lain.
"Cuci tanganmu! Masker wajah! Sarung tangan!" tulis petugas medis tersebut.
"Pemberitahuan mendesak" dari Komisi Kesehatan Wuhan tentang kasus pneumonia tidak dikenal secara berturut-turut juga tersebar dan diunggah secara daring pada hari yang sama.
Pernyataan tersebut memerintahkan rumah sakit untuk memperkuat kepemimpinan yang bertanggung jawab dan memastikan bahwa tidak ada yang mengungkapkan informasi kepada publik tanpa otorisasi.
Saat itu pihak berwenang merasa masih bisa mengendalikan situasi. Akan tetapi itu tidak berlangsung lama.
"Tidak ada bukti yang jelas akan adanya penularan antar-manusia. Penyakit ini bisa dicegah dan dikendalikan" tulis Komisi Kesehatan dalam pernyataan yang disampaikan.
Baca juga: 5 Mitos dan Fakta Virus Corona Varian Omicron
Satu hari setelahnya, 1 Januari 2020, pasar makanan laut Huanan ditutup dan biro keamanan publik Wuhan mengumumkan bahwa 8 orang telah dihukum karena menyebarkan isu.
Sementara itu, di seberang Sungai Yangtze, orang-orang yang belum pernah pergi ke pasar Huanan juga jatuh sakit.
Pada minggu kedua bulan Januari, Coco Han, yang berusia 22 tahun, mengalami gejala batuk yang terus-menerus. Setelah satu minggu, ia pergi ke klinik setempat dan melakukan CT scan.
Hasilnya, terjadi infeksi di paru-paru Han. Seorang dokter berpakaian hazmat lengkap pun mengawalnya ke rumah sakit lain untuk melakukan tes-tes selanjutnya.
Saat pihak berwenang mengumumkan tentang tingkat infeksi virus, rumah sakit-rumah sakit di Wuhan telah kelebihan pasien.
Jumlah pun kembali meningkat setelah pengumuman tersebut disampaikan.
"Rumah sakit sangat sibuk. Kami tidak bisa pulang" kata seorang perawat.
Pada 23 Januari 2020, kota dengan 11 juta penduduk tersebut pun ditutup.
Daerah-daerah sekitarnya juga mengikuti, membuat lebih dari 50 juta penduduk berada di bawah aturan karantina rumah secara de facto.
Kelebihan pasien dan kurangnya tenaga medis serta fasilitas lainnya membuat rumah sakit mulai menolak pasien-pasien baru.
Pada 19 Februari 2020, jumlah kematian akibat virus ini telah melewati angka 2.000 orang.
"Virusnya sangat cepat. Pada awalnya, semua terasa di luar kendali. Kami tidak tahu apa yang terjadi," kata seorang dokter yang merawat pasien virus corona di rumah sakit pusat Wuhan.
Baca juga: Sakit Tenggorokan akibat Omicron, Ini Fakta dan Cara Meredakannya
Saat ini, dua tahun telah berlalu. Akan tetapi, pandemi Covid-19 belum menunjukkan adanya tanda-tanda berakhir.
Terdapat lebih dari 400 juta kasus dilaporkan dari seluruh dunia dengan korban jiwa lebih dari 5,8 juta orang.
Berbagai varian dari SARS-CoV-2 terus muncul dari berbagai negara. Saat ini dunia sedang waspada terhadap varian Omicron yang dinilai bisa menyebarkan penyakit dengan cepat, lebih cepat dari varian-varian sebelumnya.
Para peneliti tak lelah menganjurkan pada masyarakat untuk menaati 5M hingga melakukan vaksinasi hingga dosis ketiga.
(Sumber: Kompas.com/Vina Fadhrotul Mukaromah, Shierine Wangsa Wibawa | Editor: Shierine Wangsa Wibawa, Inggried Dwi Wedhaswary)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.