Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Anti-Sunat Perempuan Sedunia 6 Februari, Ini Sejarah di Balik Peringatannya

Kompas.com - 06/02/2022, 11:15 WIB
Retia Kartika Dewi,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari ini, 6 Februari, diperingati sebagai Hari Anti-Sunat Perempuan Internasional atau anti-Female Genital Mutilation (FGM).

Peringatan hari anti-sunat perempuan ini penting untuk memberikan kesadaran kepada masyarakat terhadap tindakan sunat yang bisa mengancam keselamatan nyawa perempuan.

Dilansir dari laman resmi Unicef, FGM adalah pelanggaran hak-hak anak perempuan dan dapat menyebabkan komplikasi kesehatan yang serius dan bahkan kematian.

Anak perempuan yang menjadi sasaran sunat memiliki risiko pernikahan anak dan putus sekolah.

Sunat mengancam kemampuan membangun masa depan yang lebih baik bagi diri mereka sendiri, keluarga, dan komunitas.

Baca juga: Melihat Kekerasan pada Perempuan dan Anak? Segera Lapor ke Sini!

Sejarah Hari Anti-Sunat Perempuan Sedunia

Pada 2012, Majelis Umum PBB menetapkan 6 Februari sebagai Hari Anti-Sunat Perempuan Internasional.

Tujuan peringatan hari tersebut adalah untuk memperkuat dan mengarahkan upaya penghapusan praktik sunat perempuan.

Organisasi dunia yang melindungi anak-anak ini bekerja sama dengan UNFPA dalam program tentang Penghapusan Mutilasi Alat Kelamin Wanita bekerja untuk mengatasi sunat perempuan.

Koordinasi ini terjalin melalui intervensi di 17 negara di mana praktik tersebut lazim.

Program ini menciptakan peluang bagi anak perempuan dan perempuan untuk mewujudkan hak-hak mereka dalam kesehatan, pendidikan, pendapatan dan kesetaraan untuk membantu mengakhiri ketidakseimbangan kekuasaan yang mendukung praktik berbahaya ini.

Baca juga: Jangan Langgar Hak Asasi Perempuan

FGM dari masa ke masa

Menurut data UnicefKamis (3/2/2022), dijelaskan seberapa banyak anak dan perempuan yang mengalami sunat, hingga perkembangan penghentian tindakan FGM saat ini.

Berikut paparan data dari Unicef:

  1. Setidaknya 200 juta anak perempuan dan perempuan yang hidup saat ini telah mengalami sunat perempuan.
    Tren yang mengkhawatirkan sedang muncul. Sekitar 1 dari 4 anak perempuan dan perempuan yang telah menjalani sunat perempuan, atau 52 juta di seluruh dunia, menjadi sasaran praktik di tangan petugas kesehatan.
  2. Proporsi ini dua kali lebih tinggi di kalangan remaja, yang menunjukkan adanya pertumbuhan dalam praktik medisisasi.
  3. Dari 31 negara dengan data yang tersedia tentang sunat perempuan, 15 negara sudah bergulat dengan konflik, meningkatnya kemiskinan dan ketidaksetaraan, menciptakan krisis dalam krisis bagi gadis-gadis paling rentan dan terpinggirkan di dunia.
  4. Di beberapa negara, sunat perempuan masih hampir menjadi hal yang lumrah dengan sekitar 90 persen anak perempuan di Djibouti, Guinea, Mali dan Somalia terkena dampaknya.
  5. Praktik sunat perempuan semakin banyak dilakukan pada usia yang lebih muda, di mana hal ini mempersempit jendela kesempatan untuk campur tangan. Misalnya, di Kenya, usia rata-rata menjalani praktik telah turun dari usia 12 tahun menjadi usia 9 tahun dalam tiga dekade terakhir.
  6. Saat ini, sepertiga anak perempuan lebih kecil kemungkinannya untuk menjadi sasaran sunat perempuan dibandingkan dengan tiga dekade lalu.
  7. Namun, kemajuan harus dilakukan setidaknya 10 kali lebih cepat untuk memenuhi target global eliminasi pada tahun 2030.
    Berbagai krisis yang tumpang tindih, termasuk adanya pandemi Covid-19, meningkatnya kemiskinan, ketidaksetaraan, dan konflik, menempatkan jutaan anak  perempuan pada peningkatan risiko sunat perempuan. 
  8. Dalam dua dekade terakhir, proporsi anak perempuan dan perempuan di negara-negara dengan prevalensi tinggi yang menentang praktik tersebut, justru meningkat dua kali lipat.
  9. Memastikan akses anak perempuan ke pendidikan, perawatan kesehatan dan pekerjaan sangat penting untuk mempercepat penghapusan sunat perempuan dan memungkinkan anak perempuan untuk berkontribusi pada pembangunan sosial dan ekonomi yang adil.

Baca juga: WHO Sebut 1 dari 3 Perempuan di Dunia Pernah Mengalami Kekerasan

Tema Hari Anti-Sunat Perempuan Sedunia 2022

Dikutip dari laman resmi WHO, tema Hari Anti Sunat Perempuan Internasional di 2022, yakni "Mempercepat Investasi untuk Mengakhiri FGM".

Tema ini diusung guna menyerukan dukungan bagi program untuk memberikan layanan dan tanggapan bagi mereka yang terkena dampak dan mereka yang berisiko.

Kemudian, memberikan dukungan dalam mengembangkan dan menegakkan hukum, serta memperkuat kapasitas kelembagaan untuk menghilangkan praktik tersebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com