Lebih lagi karena tidak ada traffic yang sepadat di Singapura. Dalam satu minggu hanya ada satu atau dua flight saja yang terkadang batal terbang.
Demikian pula Timor Leste karena tidak memiliki kemampuan untuk mengelola wilayah udara kedaulatannya dan untuk itu meminta bantuan Indonesia. Sama sekali bukan keinginan Indonesia.
Kawasan di selat Malaka, wilayah perairan Riau dan Natuna adalah merupakan wilayah perbatasan yang rawan. Wilayah dengan air traffic yang super padat.
Wilayah perbatasan Indonesia dengan beberapa negara lain, wilayah yang setiap saat dapat mengundang terjadinya sengketa perbatasan.
Wilayah yang selama ini dikenal sebagai pintu masuk dari banyak penerbangan gelap tanpa ijin.
Wilayah yang masuk dalam prosedur standar untuk dilakukan pengamatan dan pengintaian radar serta patroli udara.
Wilayah yang berbeda laksana bumi dan langit bila membandingkan dengan Christmas Island dan Timor Leste.
Hanya mereka yang tidak memahami teknis pengelolaan lalu lintas penerbangan yang kemudian mencoba untuk membandingkan FIR Singapura dengan Christmas Island dan Timor Leste.
Kiranya itulah semua penjelasan yang sangat sederhana untuk dapat dimengerti bagi mereka yang masih tetap saja beranggapan bahwa FIR tidak ada hubungannya dengan kedaulatan.
Sebuah pemikiran yang sangat naif dan memerlukan pencerahan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.