Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Uni Soviet Menembak Pesawat Jet AS, Tiga Orang Perwira Tewas

Kompas.com - 28/01/2022, 07:34 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari ini, 58 tahun yang lalu, atau tepatnya pada 28 Januari 1964, Uni Soviet menembak jatuh pesawat jet Amerika Serikat (AS).

Departemen Luar Negeri AS saat itu menuduh Uni Soviet menembak jatuh jetnya yang tersasar ke wilayah udara Jerman Timur.

Dilansir dari History, akibat insiden itu, tiga orang perwira AS yang berada di dalam pesawat tersebut tewas.

Saat itu, Soviet menanggapi tuduhan ini dengan pernyataan bahwa penerbangan jet yang dilakukan AS adalah sebuah "provokasi besar".

Insiden ini pun menjadi sebuah pengingat buruk akan meningkatnya ketegangan Blok Timur dan Blok Barat pada masa Perang Dingin.

Baca juga: Spesifikasi F-16 Viper, Jet Tempur dengan Sistem Peperangan Canggih

Kronologi

Menurut pihak militer AS, jet tersebut sedang melakukan latihan penerbangan di atas wilayah Jerman Barat.

Pilot kemudian kebingungan saat terjadi badai dahsyat yang menyebabkan pesawat membelok hampir 100 mil keluar dari jalur yang seharusnya.

Serangan Soviet terhadap pesawat tersebut pun memicu protes dan kemarahan dari Departemen Luar Negeri AS dan beberapa pemimpin kongres, termasuk Senator Hubert H. Humphrey.

Baca juga: Perbandingan Spesifikasi Jet Tempur Sukhoi Su-27 dan Su-30

Ia menuduh bahwa Soviet dengan sengaja menjatuhkan pesawat untuk "mengumpulkan serangan" dalam manuver agresif pada Perang Dingin.

Sementara itu, Soviet menolak protes AS dan mengatakan bahwa mereka memiliki semua alasan untuk membuktikan bahwa tindakan mereka tidak salah.

Para pejabat Soviet juga mengeklaim bahwa pesawat tersebut telah diperintahkan untuk mendarat. Akan tetapi, pesawat jet tersebut tidak mengindahkan instruksi yang diberikan.

Tak lama setelah insiden tersebut, para pejabat AS diizinkan untuk melakukan perjalanan ke Jerman Timur untuk mengambil jenazah dan puing-puing pesawat.

Baca juga: Spesifikasi Tank Harimau, Proyek Kerja Sama Pindad dan FNSS Turki, Memiliki Daya Gempur Maksimum

Ketegangan verbal

Penembakan tersebut meningkatkan ketegangan verbal antara dua belah pihak antara AS dengan Uni Soviet.

Seperti banyak insiden yang terjadi saat Perang Dingin, termasuk penahanan terduga mata-mata hingga penyitaan kapal yang juga meningkatkan ketegangan verbal.

Akan tetapi, besar peningkatan ketegangan yang ditimbulkan hanya sedikit.

Baca juga: Spesifikasi Senapan Serbu SS2 Semua Versi Garapan Pindad, Ini Kecanggihannya!

Pasalnya, kedua negara tersebut juga tengah memiliki masalah yang lebih besar untuk dihadapi.

AS sedang terlibat dalam Perang Vietnam. Sementara, Soviet pun berurusan dengan masalah perpecahan yang semakin melebar dengan Komunis China.

Adanya kematian pada konflik-konflik tersebut pun menjadi pengingat bahwa pada akhirnya, kecurigaan, ketegangan hingga retorika dalam Perang Dingin ini memiliki potensi untuk menimbulkan kematian lain yang sia-sia.

Baca juga: Spesifikasi Helikopter Serbu AH-64E Apache Milik TNI AD, Dibekali Persenjataan Teknologi Mutakhir

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

NASA Akan Bangun Jalur Kereta Api di Bulan untuk Memudahkan Kerja Astronot

NASA Akan Bangun Jalur Kereta Api di Bulan untuk Memudahkan Kerja Astronot

Tren
Pasien Pertama Penerima Donor Ginjal Babi Meninggal Dunia, Sempat Bertahan Hidup 2 Bulan

Pasien Pertama Penerima Donor Ginjal Babi Meninggal Dunia, Sempat Bertahan Hidup 2 Bulan

Tren
Peneliti Ungkap Ras Kucing yang Miliki Harapan Hidup Paling Lama, Jenis Apa?

Peneliti Ungkap Ras Kucing yang Miliki Harapan Hidup Paling Lama, Jenis Apa?

Tren
Bagaimana Nasib Uang Nasabah Paytren Pasca Ditutup? Ini Kata Yusuf Mansur

Bagaimana Nasib Uang Nasabah Paytren Pasca Ditutup? Ini Kata Yusuf Mansur

Tren
Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Tren
Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Tren
Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini 'Tersapu' oleh Alam

Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini "Tersapu" oleh Alam

Tren
Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Tren
Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Tren
Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Tren
Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Tren
Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com