Bintang T Tauri adalah tahapan dalam pembentukan dan evolusi sebuah bintang tepat sebelum menjadi bintang deret utama. Fase ini terjadi pada akhir fase protobintang, ketika tekanan gravitasi yang menahan bintang menjadi sumber semua energinya.
Bintang T Tauri tidak memiliki tekanan dan suhu yang cukup pada intinya untuk menghasilkan fusi nuklir, tetapi mereka menyerupai bintang deret utama. Bintang akan tetap berada di tahap T Tauri selama sekitar 100 juta tahun.
Mayoritas dari semua bintang di galaksi Bima Sakti dan alam semesta adalah bintang deret utama, termasuk Matahari. Selain itu ada Sirius dan Alpha Centauri A.
Bintang deret utama dapat bervariasi dalam ukuran, massa, dan kecerahan, tetapi mereka semua melakukan hal yang sama, yakni mengubah hidrogen menjadi helium di intinya, melepaskan sejumlah besar energi.
Ketika sebuah bintang telah menghabiskan stok hidrogennya di intinya, fusi berhenti dan bintang tidak lagi menghasilkan tekanan ke luar untuk melawan tekanan ke dalam yang menariknya bersama-sama.
Cangkang hidrogen di sekitar inti menyala melanjutkan kehidupan bintang, tetapi menyebabkannya bertambah besar secara dramatis.
Bintang yang menua telah menjadi bintang raksasa merah, dan dapat berukuran 100 kali lebih besar dari fase deret utamanya.
Fase raksasa merah kehidupan bintang hanya akan berlangsung beberapa ratus juta tahun sebelum kehabisan bahan bakar sepenuhnya dan menjadi katai putih.
Baca juga: Mengenal Sirius, Bintang Paling Terang di Langit Malam
Ketika sebuah bintang benar-benar kehabisan bahan bakar hidrogen di intinya dan kekurangan massa untuk memaksa unsur-unsur yang lebih tinggi ke dalam reaksi fusi, ia menjadi bintang katai putih.
Tekanan cahaya ke luar dari reaksi fusi berhenti dan bintang itu runtuh ke dalam karena gravitasinya sendiri. Katai putih bersinar karena pernah menjadi bintang panas, tetapi tidak ada reaksi fusi yang terjadi lagi.
Proses ini akan memakan waktu ratusan miliar tahun, jadi belum ada katai putih yang benar-benar mendingin sejauh itu.
Bintang katai merah adalah jenis bintang yang paling umum di alam semesta. Ini adalah bintang deret utama tetapi mereka memiliki massa yang sangat rendah sehingga jauh lebih dingin daripada bintang seperti Matahari di BIma Sakti.
Bintang katai merah mampu menjaga pencampuran bahan bakar hidrogen ke dalam intinya, sehingga mereka dapat menghemat bahan bakarnya lebih lama daripada bintang lainnya.
Para astronom memperkirakan bahwa beberapa bintang katai merah akan terbakar hingga 10 triliun tahun.
Jika sebuah bintang memiliki massa antara 1,35 dan 2,1 kali Matahari, ia tidak membentuk katai putih ketika mati. Sebaliknya, bintang itu mati dalam ledakan supernova yang dahsyat, dan inti yang tersisa menjadi bintang neutron.
Seperti namanya, bintang neutron adalah jenis bintang eksotis yang seluruhnya terdiri dari neutron. Ini karena gravitasi yang kuat dari bintang neutron menghancurkan proton dan elektron bersama-sama untuk membentuk neutron.
Jika bintang bahkan lebih masif, mereka akan menjadi lubang hitam setelah supernova meledak.
Bintang terbesar di alam semesta adalah bintang supergiant. Ini adalah monster dengan massa puluhan kali Matahari.
Tidak seperti bintang yang relatif stabil seperti Matahari, supergiants mengkonsumsi bahan bakar hidrogen pada tingkat yang sangat besar dan akan mengkonsumsi semua bahan bakar di intinya hanya dalam beberapa juta tahun.
Baca juga: Apa Perbedaan antara Asteroid, Komet, Meteoroid, Meteor, dan Meteorit?