Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Angka Kematian akibat Covid-19 Melandai, Apa Artinya?

Kompas.com - 01/12/2021, 17:30 WIB
Luthfia Ayu Azanella,
Rendika Ferri Kurniawan

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Satgas penanganan Covid-19 melaporkan angka kematian akibat Covid-19 di Indonesia hanya ada 1 kasus pada 28 November 2021.

Secara kuantitatif, angka ini memang paling rendah jika dibandingkan angka fatalitas yang dilaporkan sejak 8 bulan sebelumnya.

Terlebih, jika dibandingkan saat puncak gelombang kedua terjadi pertengahan 2021 ini, di mana dalam sehari kasus kematian bisa melebihi angka 2.000 secara nasional.

Apakah ini pertanda bahwa infeksi Covid-19 sudah berhasil ditekan?

Begini jawaban dari Satgas Penanganan Covid-19 mengenai hal tersebut:

Baca juga: Ini Alasan Mengapa Varian Omicron Dikhawatirkan Para Peneliti

Penjelasan Satgas

Koordinator Tim Pakar sekaligus Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito membenarkan hal tersebut.

Sebelumnya, dia menyebut, angka ini berhasil dicapai setelah adanya upaya 3T (tracing, tasting, treatment) yang optimal.

"Angka tersebut adalah hasil deteksi dini dan upaya tanggap cepat kasus yang ada melalui optimalisasi upaya 3T," kata Wiku, saat dihubungi Kompas.com, Rabu (1/12/2021).

Tidak hanya 3T, terus meningkatnya angka vaksinasi yang ada di Indonesia juga memiliki peran dalam menekan angka kematian ini.

"Angka fatalitas ini juga dipengaruhi karena upaya vaksinasi yang dapat menekan perburukan gejala pada kasus positif selain mencegah kemunculan kasus baru," jelas dia.

Baca juga: 5 Hal yang Perlu Diketahui Tentang Omicron, Varian Baru Corona

Angka fatalitas masih tinggi

Sementara itu, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi melihat, angka fatalitas akibat Covid-19 di Indonesia ini masih terbilang tinggi.

"Angka positif kan sudah 0,19 persen, jadi kasusnya memang sangat rendah. Kemarin adalah jumlah yang dilaporkan saja, tapi untuk menilai tingkat keparahan harus menghitung dari case fatality rate yang angkanya masih 2,7 persen," jelas Nadia kepada Kompas.com, Selasa (30/11/2021).

Ketika ditanyakan, berapa tingkat fatalitas kasus yang sudah dapat dikatakan rendah, Nadia memberi perbandingan dengan data global.

"Kalau (tingkat kasus fatal) global itu 2,1 persen, kita seharusnya di bawah global," pungkasnya.

Dan angka kematian 1 digit itu ternyata tidak bertahan lama, karena sehari setelahnya, di tanggal 29 dan 30 November 2021, angka kematian dilaporkan ada di angka 11. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Tren
Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Tren
Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Tren
Pria Jepang yang Habiskan Rp 213 Juta demi Jadi Anjing, Kini Ingin Jadi Hewan Berkaki Empat Lain

Pria Jepang yang Habiskan Rp 213 Juta demi Jadi Anjing, Kini Ingin Jadi Hewan Berkaki Empat Lain

Tren
9 Orang yang Tak Disarankan Minum Teh Bunga Telang, Siapa Saja?

9 Orang yang Tak Disarankan Minum Teh Bunga Telang, Siapa Saja?

Tren
MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Diputuskan 3 Hari, Picu Spekulasi Jalan Mulus bagi Kaesang

MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Diputuskan 3 Hari, Picu Spekulasi Jalan Mulus bagi Kaesang

Tren
Profil Budi Djiwandono, Keponakan Prabowo yang Disebut Bakal Maju Pilkada Jakarta 2024

Profil Budi Djiwandono, Keponakan Prabowo yang Disebut Bakal Maju Pilkada Jakarta 2024

Tren
Tapera dan Kekhawatiran Akan Korupsi Asabri-Jiwasraya Jilid 2

Tapera dan Kekhawatiran Akan Korupsi Asabri-Jiwasraya Jilid 2

Tren
Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Tren
Kapan Pengumuman Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Kapan Pengumuman Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Tren
Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...

Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...

Tren
China Hukum Mati Pejabat yang Terima Suap Rp 2,4 Triliun

China Hukum Mati Pejabat yang Terima Suap Rp 2,4 Triliun

Tren
Kandungan dan Kegunaan Susu Evaporasi, Kenali Pula Efek Sampingnya!

Kandungan dan Kegunaan Susu Evaporasi, Kenali Pula Efek Sampingnya!

Tren
Pekerja Tidak Bayar Iuran Tapera Terancam Sanksi, Apa Saja?

Pekerja Tidak Bayar Iuran Tapera Terancam Sanksi, Apa Saja?

Tren
Pedangdut Nayunda Minta ke Cucu SYL agar Dijadikan Tenaga Honorer Kementan, Total Gaji Rp 45 Juta

Pedangdut Nayunda Minta ke Cucu SYL agar Dijadikan Tenaga Honorer Kementan, Total Gaji Rp 45 Juta

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com