Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyebab Udara di Jawa Tengah dan Yogyakarta Kian Panas

Kompas.com - 12/10/2021, 08:55 WIB
Dandy Bayu Bramasta,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan adanya peningkatan suhu udara di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang semakin panas.

Temperatur rata-rata di Jawa Tengah dan DIY mengalami tren kenaikan selama 30 tahun terakhir, sejak 1990.

Kenaikan tersebut tidak terjadi secara merata namun tengah wilayah daratan mengalami kenaikan lebih tinggi daripada pesisir.

Baca juga: Joe Biden Sebut Jakarta Tenggelam 10 Tahun Lagi, Ini Kata Ahli Hidrologi

Penyebab meningkatnya suhu di Jateng dan DIY

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut, meningkatnya suhu di Jateng dan DIY tersebut selain disebabkan tingginya laju perubahan penggunaan lahan juga diakibatkan karena peningkatan emisi gas rumah kaca.

"Secara mikro di kawasan Gunung Merapi, kenaikan suhu udara di sekitar wilayah Merapi ada tren kenaikan selama 30 tahun sebesar 0,7 derajat Celsius," ujarnya sebagaimana rilis yang diterima Kompas.com, Senin (11/10/2021).

Selain di kawasan Gunung Merapi, tren suhu di perkotaan dipantau juga menunjukkan tren kenaikan temperatur khusus Kota Yogyakarta dari 2007.

"Ternyata memang ada korelasi khusus antara penutup lahan dengan kenaikan suhu," ungkapnya.

Baca juga: Ramai di Twitter, Ini Penjelasan Pihak Pengelola soal Embun Es di Dieng

Sementara itu, mengacu pada Perjanjian Paris, seluruh negara diharuskan membuat kebijakan dan aksi iklim untuk mencegah suhu Bumi tidak melewati ambang batas 2 derajat Celsius dan berupaya maksimal untuk tidak melewati ambang batas 1,5 derajat Celsius dibandingkan masa pra-industri.

"Saat ini BMKG tengah mengupayakan pengumpulan data lebih jauh ke belakang yaitu selama kurun waktu 50 tahun guna melihat signifikasi perubahannya," katanya lagi.

Dwikora menambahkan, dari pantauan stasiun cuaca menunjukkan tren kenaikan temperatur khususnya di Kota Yogyarkata dari 2007 memang ada korelasi khusus antara penutup lahan dengan kenaikan suhu.

Baca juga: Soal Aktivitas Kegempaan dan Letusan Merapi, Ini Analisis BPPTKG

Tren peningkatan suhu udara

Tugu Yogyakarta, ikon Kota Jogja.Shutterstock Tugu Yogyakarta, ikon Kota Jogja.

Secara ekologis, kawasan lindung Gunung Merapi merupakan kawasan yang memengaruhi kondisi terutama kualitas lingkungan secara luas di kawasan Gunung Merapi berperan besar dalam menjaga keseimbangan lingkungan di wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah.

"Jika kawasan ini rusak, maka akan mempengaruhi kemampuan kawasan di sekitarnya dalam hal adaptasi perubahan iklim," kata dia.

Menurut Dwikorita, tren peningkatan suhu udara seperti ini juga terjadi di kota-kota besar lainnya.

Baca juga: Melihat Cara Belanda Mengatasi Banjir...

Oleh karena itu, tren tersebut harus direspons semua pihak karena bisa membawa dampak pada keberlangsungan hidup manusia.

Khusus wilayah Yogyakarta, komponen ekologis di kawasan lindung Gunung Merapi harus menjadi perhatian serius, utamanya perubahan penutup lahan.

"Pemerintah daerah dan seluruh pemangku kepentingan, termasuk masyarakat harus melakukan upaya-upaya mitigasi sebagai bentuk tanggungjawab serta kepedulian terhadap kualitas lingkungan," pungkasnya.

Baca juga: Mengenal Sabo Dam, Solusi Penanggulangan Banjir Lahar Gunung Merapi...

Pengelolaan kawasan Gunung Merapi

Ilustrasi panas Bumi. Studi baru ungkap jumlah panas yang diserap Bumi semakin meningkat. Ketidakseimbangan energi Bumi ini, salah satunya diakibatkan oleh perubahan iklim.SHUTTERSTOCK/Berke Ilustrasi panas Bumi. Studi baru ungkap jumlah panas yang diserap Bumi semakin meningkat. Ketidakseimbangan energi Bumi ini, salah satunya diakibatkan oleh perubahan iklim.

Sementara itu, Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG) Muh Aris Marfai mengatakan, hasil analisis yang dilakukan BMKG dan BIG tersebut nantinya dapat dipergunakan oleh Keraton Yogyakarta secara luas dalam pengelolaan kawasan Gunung Merapi dan kawasan Kagungan Dalem dan kebijakan pengelolaan Kawasan Kagungan Dalem.

Selain itu, tindak lanjut lainnya yakni membangun komunikasi intensif dengan Provinsi Jawa Tengah termasuk dalam sharing data yang diperlukan dalam analisis perubahan penutup lahan pada Kawasan Gunung Merapi.

Pihak Keraton Yogyakarta sendiri berjanji akan berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah terkait dengan adanya perubahan penutup lahan di kawasan Merapi tersebut.

Baca juga: Banjir Semarang, Apa Penyebabnya? Ini Analisis Ahli Hidrologi UGM...

Hal itu diungkapkan Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi (GKR) Mangkubumi sewaktu mengunjungi kawasan Bendungan Kali Gendol Yogyakarta bersama dengan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, Kepala Badan Informasi Geospasial (BIG) Muh Aris Marfai, Kepala Pusat Pemetaan dan Integrasi Tematik (PPIT) BIG Lien Rosalina pada Sabtu (10/10/2021).

GKR Mangkubumi menjelaskan, kawasan Gunung Merapi secara administrasi ada di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta dan juga sebagian besar ada di Provinsi Jawa Tengah.

“Semoga ini juga menjadi concern dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, karena kondisi di Klaten dan Magelang juga sudah memprihatinkan. Hasil ini tentunya akan menjadi support membangun kesepakatan kami dari Daerah Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah dan kami mempunyai pijakan dalam pengelolaan penataan di Kawasan Gunung Merapi,” kata dia.

Baca juga: Viral, Video Rombongan ABG Sebut Diri Mereka Mendaki hingga Pasar Bubrah Merapi karena Gabut

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: 10 Tempat Terpanas di Bumi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

6 Hal yang Akan Terjadi pada Tubuh Saat Minum Air Rebusan Jahe dan Kunyit Setiap Hari

6 Hal yang Akan Terjadi pada Tubuh Saat Minum Air Rebusan Jahe dan Kunyit Setiap Hari

Tren
KAI Gelar Diskon Tiket 20 Persen hingga 20 Mei 2024, Ini Daftar Keretanya

KAI Gelar Diskon Tiket 20 Persen hingga 20 Mei 2024, Ini Daftar Keretanya

Tren
Pedoman Lengkap Acara Hari Kebangkitan Nasional 2024 dan Bacaan Doanya

Pedoman Lengkap Acara Hari Kebangkitan Nasional 2024 dan Bacaan Doanya

Tren
Studi Baru: Gangguan Otak Jadi Lebih Buruk di Perubahan Iklim Ekstrem

Studi Baru: Gangguan Otak Jadi Lebih Buruk di Perubahan Iklim Ekstrem

Tren
Blunder Kemendikbud Ristek Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Dinilai Melukai Rakyat

Blunder Kemendikbud Ristek Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Dinilai Melukai Rakyat

Tren
Kisah Godzilla, Monyet Thailand yang Mati akibat Makan 'Junk Food'

Kisah Godzilla, Monyet Thailand yang Mati akibat Makan "Junk Food"

Tren
Link Download Logo dan Tema Hari Kebangkitan Nasional 2024

Link Download Logo dan Tema Hari Kebangkitan Nasional 2024

Tren
UPDATE Banjir Sumbar: 61 Orang Meninggal, Potensi Bencana Susulan Masih Ada

UPDATE Banjir Sumbar: 61 Orang Meninggal, Potensi Bencana Susulan Masih Ada

Tren
7 Sarapan Sehat untuk Usia 50 Tahun, Diyakini Bikin Panjang Umur

7 Sarapan Sehat untuk Usia 50 Tahun, Diyakini Bikin Panjang Umur

Tren
5 Update Kasus Pembunuhan Vina, Bareskrim Turun Tangan dan Dugaan Kejanggalan BAP

5 Update Kasus Pembunuhan Vina, Bareskrim Turun Tangan dan Dugaan Kejanggalan BAP

Tren
Pelaku Penyelundupan Orang Bermodus Iklan Lowker via TikTok Ditangkap di Surabaya, Ini Kronologinya

Pelaku Penyelundupan Orang Bermodus Iklan Lowker via TikTok Ditangkap di Surabaya, Ini Kronologinya

Tren
Apa yang Akan Terjadi Saat Berjalan Kaki 10.000 Langkah Per Hari Selama Sebulan?

Apa yang Akan Terjadi Saat Berjalan Kaki 10.000 Langkah Per Hari Selama Sebulan?

Tren
3 Manfaat Mengonsumsi Madu dan Teh Hijau, Baik bagi Penderita Diabetes

3 Manfaat Mengonsumsi Madu dan Teh Hijau, Baik bagi Penderita Diabetes

Tren
BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir pada 18-19 Mei 2024

BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir pada 18-19 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Wilayah Berpotensi Hujan Lebat 17-18 Mei 2024 | Ikan Tinggi Purin Pantangan Penderita Asam Urat

[POPULER TREN] Wilayah Berpotensi Hujan Lebat 17-18 Mei 2024 | Ikan Tinggi Purin Pantangan Penderita Asam Urat

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com