Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Evergrande, Apa Dampaknya untuk Indonesia?

Kompas.com - 04/10/2021, 12:55 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Krisis keuangan yang dialami oleh raksasa properti China, Evergrande, membuat Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengambil sikap waspada.

Diberitakan Kompas.com, 23 September 2021, Sri Mulyani mewaspadai jika krisis keuangan yang dialami Evergrande membuat raksasa konstruksi itu mengalami gagal bayar (default).

"Situasi ekonomi RRT (China) harus kita cermati dan kita waspadai. Kenaikan ekspor terutama komoditas sangat dipengaruhi oleh global economic recovery yang terutama di-drive oleh China, Eropa, dan Amerika," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, 23 September 2021.

Evergrande akan mencapai serangkaian tenggat waktu untuk pembayaran bunga obligasi dengan total puluhan juta dollar.

Pengembang real estate itu memiliki utang lebih dari 300 miliar dollar AS. Evergrande saat ini berupaya untuk memenuhi tenggat waktu pembayaran tersebut.

Namun, penjualan properti Evergrande kemungkinan akan terus turun secara signifikan pada September, setelah menurun selama berbulan-bulan, yang membuat situasi arus kasnya semakin mengerikan.

Baca juga: Apa Itu Evergrande? Kasusnya Berpotensi Picu Krisis Ekonomi Global..

Apa yang terjadi jika Evergrande gagal bayar?

Ekonom yang juga Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, gagal bayar utang Evergrande membuat persepsi risiko di sektor properti meningkat.

Imbasnya, investor dan perbankan memiliki asesmen atau penilaian yang lebih ketat sebelum mendanai proyek properti atau real estate yang skalanya jumbo.

Bhima mengatakan, kondisi ini mengakibatkan fenomena credit crunch atau sulitnya mendapatkan pinjaman dengan bunga rendah bagi pengembang properti.

Padahal, menurut dia, proyek properti diperkirakan akan kembali booming di Tanah Air pasca-pandemi Covid-19.

"Kelas menengah atas yang sebelumnya menahan pembelian rumah atau apartemen mulai berani mengajukan KPR misalnya. Tapi situasi Evergrande akan mengubah banyak hal dan jadi hambatan dari ekspansi properti," kata Bhima saat dihubungi Kompas.com, Senin (4/10/2021).

Kinerja ekspor Indonesia bisa melemah

Bhima mengatakan, kasus gagal bayar Evergrande juga akan berdampak kepada sektor yang berkaitan dengan bahan baku atau material proyek properti di China.

Ia mengatakan, sektor perumahan di China setidaknya memiliki dampak terhadap 170 sub-sektor ekonomi.

"Pelaku usaha di bidang besi baja, keramik, bahan tambang sampai kayu dan furniture yang masuk dalam rantai pasok industri properti di China akan mengalami penurunan permintaan imbas krisis Evergrande," jelas Bhima.

Menurut Bhima, rantai pasok dari perusahaan-perusahaan berorientasi ekspor material properti yang terdampak krisis Evergrande perlu dicermati.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com