KOMPAS.com - Siapa yang tidak mengenal batik. Batik tidak hanya sekedar selembar kain unik yang diberikan motif, tetapi batik juga menyimpan filosofi tentang ketekunan, kegigihan, dan kebanggaan.
Batik merupakan kain yang ditulis dengan cairan lilin malam menggunakan alat bernama canting hingga mampu membentuk lukisan-lukisan bernilai tinggi.
UNESCO menetapkan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpiece of the Oral and Intagible Heritage of Humanity) pada 2 Oktober 2009.
Menguti Harian Kompas, 3 Oktober 2009, batik Indonesia masuk dalam 76 warisan budaya nonbenda dunia.
Baca juga: Profil Go Tik Swan, Pelopor Batik Indonesia yang Dijadikan Google Doodle Hari ini
Meskipun batik cukup fleksibel dikenakan untuk beragam keperluan, namun salah satu yang paling melekat terkait penggunaan batik adalah sebagai pakaian atau busana yang dikenakan saat hadir ke acara kondangan.
Saat menghadiri acara pernikahan atau kondangan, tak sedikit masyarakat yang memilih mengenakan baju batik.
Batik yang digunakan oleh para tamu undangan biasanya dibuat menjadi bentuk model pakaian formal seperti kemeja.
Atau tak jarang juga dikreasikan menjadi berbagai model pakaian yang lebih modern namun tanpa meninggalkan kesan elegan.
Baca juga: Batik Diklaim China, 2009 UNESCO Catat sebagai Warisan Budaya Indonesia
Lantas, mengapa baju batik identik atau kerap dipakai saat pergi kondangan?
Pakar budaya Jawa dari Universitas Indonesia (UI) Darmoko mengatakan, kondangan atau menghadiri suatu hajatan merupakan sebuah budaya Indonesia.
Di mana pada persepsi perkawinan acara ini selayaknya sebuah perhelatan akbar bagi si pemilik acara.
“Di dalam acara tersebut tentu saja memberikan sinyal suasana kesakralan, kemegahan, dan keagungan,” ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (2/10/2021).
Baca juga: Video Viral soal Batik China, Bagaimana Sejarah Batik di Sana?
Dengan demikian, menurutnya para tamu undangan yang hadir seharusnya juga memiliki persepsi yang sama.
Inilah alasan mengapa kemudian batik digunakan saat menghadiri acara kondangan karena batik menggambarkan keagungan dan kesakralan.
"Di samping itu, batik pantas untuk dipakai dalam acara-acara formal, dari kita oleh kita, untuk kita, Indonesia. Batik sebagai jatidiri bangsa Indonesia," ungkapnya.
Baca juga: Selain Belanja, Kamu Juga Bisa Belajar Membatik di Kampung Batik Laweyan
Budaya batik menurutnya memang berasal dari Jawa terutama Surakarta dan Yogyakarta.
Akan tetapi ia mengatakan seiring perkembangan zaman, batik kemudian tersebar luas di seluruh Indonesia dan sekaligus mejadi kebanggaan nasional.
“Baju batik yang identik sebagai gambaran dari budaya kondangan, tentu saja telah mengalami transmisi dan mampu beradaptasi serta berakulturasi dengan budaya-budaya etnis hampir di seluruh Indonesia,” kata dia.
Baca juga: Jadi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia-Malaysia, Bagaimana Sejarah Pantun?
Darmoko menambahkan, batik perlu terus-menerus dihidupkan dengan cara menanamkan rasa memiliki hasil budaya bangsa bagi seluruh rakyat Indonesia.
"Batik sebagai produk budaya bangsa mampu menembus sekat-sekat kedaerahan (etnisitas) sehingga dapat mengekspresikan dirinya sebagai instrumen pemersatu bangsa Indonesia meskipun memiliki corak dan motif yang beragam," katanya lagi.
Penggunaan busana batik imbuhnya bersifat luwes baik untuk dipergunakan dalam acara-acara kondangan secara formal seperti hajatan keluarga, memperingati tahap-tahapan kehidupan manusia (tingkeban, kelahiran bayi, tedhak siten, sunatan, pernikahan, ruwatan, dll), hajatan perkantoran, baik lembaga swasta hingga acara-acara kenegaraan.
"Batik di samping bernuansa kesakralan dan keagungan juga memiliki etika dan estetika yang sesuai dengan sifat manusiawi bangsa Indonesia," imbuhnya.
Baca juga: Mengenal Apa Itu Noken, Kerajinan Khas Papua yang Dibeli Jokowi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.