KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa booster vaksin Covid-19 belum terbukti meningkatkan repons imun. Penelitian dan bukti yang ada hingga kini masih lemah.
Sementara berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia, telah memulai suntikan vaksin Covid-19 dosis ketiga atau booster pada beberapa kelompok masyarakat.
Lantas, apakah betul vaksin booster meningkatkan respons imun?
Simak jawaban WHO berikut:
Baca juga: 3 Cara Pendaftaran Vaksin Covid-19 Secara Online
Direktur Departemen Imunisasi, Vaksin dan Biologi di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Katherine O'Brien mengatakan, belum ada bukti kuat terkait pemberian vaksin booster dapat meningkatkan imun.
"Tetapi masalah lainnya adalah, haruskah dosis (booster) itu diberikan? Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, buktinya lemah untuk membuat argumen itu. Kami tentu saja tidak melihat bukti yang meyakinkan bahwa dosis booster dibutuhkan bagi sebagian besar orang yang sidah divaksinasi," kata dia.
Bukti yang saat ini dimiliki WHO bahwa sebagian kecil orang memang mengalami immunocompromised serius, sehingga mereka membutuhkan vaksin dosis ketiga, agar respons imun benar-benar bekerja.
Akan tetapi, vaksin dosis lengkap tanpa booster, sudah terbukti efektif mengurangi keparahan penyakit dan kematian akibat Covid-19.
Pihaknya mengatakan, pemberian dosis ketiga perlu dipantau terkait masalah keamanan. Adapun database keamanan WHO belum membuat rekomendasi semacam terkait vaksin booster.
Baca juga: Indosat dan 3 Merger Jadi Satu, Bagaimana Layanan Pelanggan?
WHO berulangkali memperingatkan, negara-negara yang memprioritaskan vaksin booster, agar mengutamakan kesetaraan akses vaksin.
"Jadi fokus sekarang untuk pasokan perlu melindungi orang-orang yang belum terlindungi sama sekali oleh vaksin," tutur O'Brien.
Saat ini banyak negara-negara berpenghasilan rendah tidak mendapat akses vaksin. Bahkan masih banyak orang yang belum menerima dosis pertamanya.
Apablia cakupan vaksinasi global terhambat dengan adanya booster, maka akan meningkatkan risiko munculnya varian-varian baru. Hal ini karena virus menjangkiti mereka yang belum sempat mendapat suntikan vaksin.
"Ini akan mengurangi penularan, akan mengurangi kemungkinan munculnya lebih banyak varian, dan ini akan memberi kita waktu untuk melihat lebih banyak bukti tentang apakah dosis booster pada akhirnya akan dibutuhkan atau tidak," lanjut O'Brien.
Setelah sebagian populasi di dunia dipastikan mendapat sunitkan vaksin, menurut O'Brien, para peneliti akan memiliki waktu lebih banyak untuk meneliti tentang penggunaan booster.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.