Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Pejabat NTT Bernyanyi dan Berjoget Tanpa Masker, Ini Kata Epidemiolog

Kompas.com - 30/08/2021, 19:05 WIB
Jawahir Gustav Rizal,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

"Kecuali test positivity rate di NTT itu sudah nol koma sekian atau di bawah satu persen, dan itu kan enggak. Jauh banget, dan ini berbahaya," ujar dia.

Mengutip data dari Kementerian Kesehatan, per 29 Agustus 2021, test positivity rate NTT berada di angka 15,21 persen.

Dicky mengatakan, dengan angka test positivity rate yang saat ini dimiliki NTT, maka risiko paparan Covid-19 terbilang tinggi.

"Inilah yang selalu jadi catatan saya, bahwa konsistensi dan komitmen ini menjadi rapor buruk kita, dan pemerintah pusat harus menindak yang seperti ini," kata Dicky.

Baca juga: Heboh, Pejabat NTT Bernyanyi di Tengah Kerumunan Warga yang Berjoget Tanpa Masker, Wagub: Semua Sudah Vaksin

Harus ada teguran tegas

Dicky mengatakan, pemerintah pusat harus memberikan teguran tegas terhadap para pejabat daerah NTT yang terbukti melakukan pelanggaran protokol kesehatan.

"Bentuknya (teguran) seperti apa saya serahkan ke pemerintah pusat, tapi ini satu contoh yang buruk sekali. Menyedihkan. Buruk dan menyedihkan," ujar Dicky.

Tak hanya itu, ketegasan pemerintah pusat dalam menindak pejabat daerah juga diperlukan agar masyarakat merasakan keadilan dalam penegakan sanksi kepada pelanggar protokol kesehatan dipertontonkan kepada publik.

"Jangan sampai masyarakat melihat itu pejabatnya hanya diberi sanksi ringan. Sedangkan kita lihat sempat ada pedagang yang sampai dihukum pidana karena melanggar prokes," kata dia.

Dicky mengatakan, kegagalan pemerintah menghadirkan rasa keadilan bagi masyarakat dapat berimbas pada performa pengendalian pandemi, yang menurutnya sudah cukup baik.

"Ini sangat-sangat tidak adil, dan ini merusak performa (pengendalian pandemi) yang sudah bagus. Bagaimana pemerintah berupaya menghindarkan dari situasi terburuk, kita akui sudah lumayan bagus. Ada progress," ujar Dicky.

"Nah ada seperti ini harus ditindak dan harus dicegah. Supaya menjadi pembelajaran buat daerah-daerah lain," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com