Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Bangsa Indonesia Toleran dan Tidak Rasis

Kompas.com - 09/08/2021, 09:23 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SETELAH Gus Dur mencabut larangan perayaan Hari Raya Imlek, saya menduga sudah tidak ada lagi rasisme di persada Indonesia tercinta ini.

Apalagi secara pribadi saya bersahabat dengan para sesama warga beda etnis dan beda agama tanpa pernah ada ganjalan rasisme atau intoleransi.

Ketika wartawan New York Times dan CNN mewawancara saya tentang dugaan bahwa di Indonesia masa kini masih ada perlakuan disriminatif negatif terhadap etnis dan agama minoritas, saya tegas menegaskan bahwa bangsa Indonesia bukan bangsa rasis dan bukan bangsa intoleran seperti yang dilukiskan oleh beberapa (tidak semua) pers asing.

Rasis dan intoleran 

Namun ketika pagebluk Corona sedang merajalela, muncul kembali isu bahwa masih ada perlakuan rasis terhadap ras minoritas serta intoleransi terhadap agama minoritas.

Maka saya mulai merasa ragu terhadap keyakinan pribadi diri saya sendiri bahwa bangsa Indonesia toleran dan tidak rasis.

Ternyata di luar pengetahuan saya ras minoritas dan agama minoritas masih diperlakukan secara tidak adil dan tidak beradab.

Akibat wawasan pandang saya pribadi terbatas dan dangkal maka saya tidak tahu-menahu tentang kenyataan yang terjadi pada kenyataan kehidupan di Tanah Air Udara tercinta saya ini.

Kemungkinan besar daya lihat saya memang miopik sehingga tidak mampu melihat kenyataan yang terjadi di luar jangkauan indera lihat saya yang memang sudah berkacamata dengan lensa minus tiga ini.

Maka dengan penuh kerendahan hati saya memohon petunjuk tentang fakta di bumi Ibu Pertiwi masa kini masih ada pihak yang berani melanggar hukum yang tegas melarang sikap dan perilaku rasis dan intoleran.

Mohon bukti

Sahabat merangkap mahaguru hukum saya, Prof Mahfud MD yang kini menjabat Menkopolhukam Republik Indonesia senantiasa siap menerima laporan saya tentang pelanggaran hukum di persada Nusantara masa kini.

Dengan syarat laporan harus dilengkapi bukti nyata demi mencegah jangan sampai para penegak hukum salah menindak pihak yang ternyata tidak bersalah.

Kebetulan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas dengan saya sesama cantrik Gus Dur, maka saya yakin beliau pasti tidak akan tinggal diam apabila menerima laporan bahwa masih ada warga Indonesia berani bersikap intoleran terhadap umat agama minoritas.

Atas perkenan pihak yang berkenan memberikan saya laporan dilengkapi bukti perilaku rasis dan intoleran yang masih terjadi di Indonesia, sebelum dan sesudahnya saya mengucapkan terima kasih tak terhingga.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Tren
Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Tren
Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Tren
Pria Jepang yang Habiskan Rp 213 Juta demi Jadi Anjing, Kini Ingin Jadi Hewan Berkaki Empat Lain

Pria Jepang yang Habiskan Rp 213 Juta demi Jadi Anjing, Kini Ingin Jadi Hewan Berkaki Empat Lain

Tren
9 Orang yang Tak Disarankan Minum Teh Bunga Telang, Siapa Saja?

9 Orang yang Tak Disarankan Minum Teh Bunga Telang, Siapa Saja?

Tren
MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Diputuskan 3 Hari, Picu Spekulasi Jalan Mulus bagi Kaesang

MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Diputuskan 3 Hari, Picu Spekulasi Jalan Mulus bagi Kaesang

Tren
Profil Budi Djiwandono, Keponakan Prabowo yang Disebut Bakal Maju Pilkada Jakarta 2024

Profil Budi Djiwandono, Keponakan Prabowo yang Disebut Bakal Maju Pilkada Jakarta 2024

Tren
Tapera dan Kekhawatiran Akan Korupsi Asabri-Jiwasraya Jilid 2

Tapera dan Kekhawatiran Akan Korupsi Asabri-Jiwasraya Jilid 2

Tren
Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Tren
Kapan Pengumuman Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Kapan Pengumuman Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Tren
Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...

Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...

Tren
China Hukum Mati Pejabat yang Terima Suap Rp 2,4 Triliun

China Hukum Mati Pejabat yang Terima Suap Rp 2,4 Triliun

Tren
Kandungan dan Kegunaan Susu Evaporasi, Kenali Pula Efek Sampingnya!

Kandungan dan Kegunaan Susu Evaporasi, Kenali Pula Efek Sampingnya!

Tren
Pekerja Tidak Bayar Iuran Tapera Terancam Sanksi, Apa Saja?

Pekerja Tidak Bayar Iuran Tapera Terancam Sanksi, Apa Saja?

Tren
Pedangdut Nayunda Minta ke Cucu SYL agar Dijadikan Tenaga Honorer Kementan, Total Gaji Rp 45 Juta

Pedangdut Nayunda Minta ke Cucu SYL agar Dijadikan Tenaga Honorer Kementan, Total Gaji Rp 45 Juta

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com