Terlebih lagi dengan kondisi saat ini yang serba sulit dan menguras mental, fisik, dan pikiran semuanya.
Ada satu studi menarik dari Sunnie Giles tahun 2016 lalu di Harvard Business Review yang membahas tentang kompetensi terpenting yang harus dimiliki seorang pemimpin.
Studi yang melibatkan 195 pemimpin di 15 Negara dari 30 organisasi global. Mereka disuruh memilih lima belas dari tujuh puluh empat kompetensi terpenting seorang pemimpin.
Hasil studi awal ini menunjukkan bahwa 67 persen pemimpin mengatakan bahwa standar moral dan etika yang tinggi menjadi kualitas terpenting dari seorang pemimpin.
Kemudian disusul dengan membuat tujuan dengan panduan yang fleksibel (59 persen) dan mengkomunikasikan secara jelas keinginan dan harapan (56 persen).
Ada relasi antara hasil riset dari Giles tahun 2016 dengan harapan orang-orang akan kualitas yang diharapkan ada pada diri seorang pemimpin yang dikeluarkan oleh BCG tahun 2021.
Meskipun jika bicara soal standar moral dan etika, setiap orang memiliki panduannya tersendiri, tetapi ini menjadi satu aspek yang perlu ditindaklanjuti. Dan, kepemimpinan profetik sebenarnya sudah memiliki standar moral dan etika yang bersumber pada Sang Pencipta.
Kepemimpinan profetik lebih kepada bagaimana seorang pemimpin memperlakukan anggotanya lebih humanis.
Terlebih, Kepemimpinan profetik memiliki seperangkat panduan moral yang jelas berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits.
Selain itu, jika kita melihat kembali bagaimana cara Nabi Muhammad SAW memimpin, kita dapat mengambil hikmah bahwa beliau selalu memanusiakan umatnya dan memimpin dengan adil.
Begitu juga ketika kita melihat kepemimpinan para khalifah terdahulu seperti Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib.
Kepemimpinan profetik bisa diadaptasi karena relevansinya dengan situasi saat ini. Menurut Nasukah, Harsoyo, dan Winarti (2014), agar kita dapat menginternalisasi kepemimpinan ini, kita harus berangkat dari paradigma teologis: "dari Allah", " karena Allah", dan "untuk Allah."
Ini bisa disesuaikan dengan prinsip agama lain. Seseorang harus matang dalam beragama yang sumbernya berasal dari Allah SWT dan Rasul-Nya.
Penulis juga menambahkan bahwa pemimpin yang profetik harus mampu mengkontekstualisasikan pemahaman beragamanya dengan situasi saat ini.
Karena itu, dari keseluruhan tipe kepemimpinan yang ada, kepemimpinan profetik memiliki ciri khas yang membuatnya menjadi lebih relevan saat ini, yakni standar moral dan etika yang jelas.
Sistem pemikiran kepemimpinan profetik menjelaskan bahwa tidak ada sumber moral dan etika yang jelas kecuali bersumber dari Tuhan yang Maha Esa.
Bukan berarti, kepemimpinan profetik bersifat teologis, tetapi ada kejelasan standar etika apa yang digunakan seperti soal keadilan, bagaimana cara memimpin yang bijak, dan amanah terhadap apa yang sudah dipercayakan kepadanya serta bagaimana memanusiakan manusia agar pemimpin dan anggota memiliki hubungan yang sehat dan saling memberdayakan.
Kepemimpinan profetik semakin relevan dengan situasi sekarang yang sangat dinamis. Banyak hal tak bisa diprediksi.
Karena manusia tak punya kendali atas dunia luar, mereka hanya bisa berusaha semaksimal mungkin. Berusaha semaksimal mungkin dalam artian bertanggung jawab terhadap segala tindakan yang ada di bawah kendalinya.
Oleh karena itu, tipe kepemimpinan ini harus diadopsi oleh seluruh pemimpin, khususnya para pemimpin muda.
Saya berharap semakin banyak lagi generasi z yang bergerak nyata menghidupkan wacana menjadi relita dengan prinsip kepemimpinan profetik.
Membawa pengaruh bagi sesama para penerus bangsa untuk mencapai ultimate goal dari Ibu Pertiwi, persis seperti apa yang nabi dan rasulnya lakukan dalam memperjuangkan kebenaran juga kebaikan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.