BMKG menambahkan, dalam beberapa hari terakhir awan dan hujan di wilayah Jawa, Bali, NTB dan NTT terlihat berkurang signifikan.
Berkurangnya awan dan hujan ini disertai dengan berkurangnya kandungan uap air di atmosfer.
Padahal secara fisis, uap air dan air merupakan zat yang cukup efektif dalam menyimpan energi panas.
Rendahnya kandungan uap di atmosfer ini kemudian menyebabkan energi radiasi yang dilepaskan oleh bumi ke luar angkasa pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer dan energi yang digunakan untuk meningkatkan suhu atmosfer di atmosfer lapisan dekat permukaan bumi tidak signifikan.
"Hal inilah yang menyebabkan suhu udara di Indonesia saat malam hari di musim kemarau relatif lebih rendah dibandingkan saat musim hujan atau peralihan," jelas BMKG
Selain itu kandungan air di dalam tanah menipis dan uap air di udara menjadi sangat sedikit jumlahnya yang dibuktikan dengan rendahnya kelembaban udara.
Selain itu hawa dingin juga dipengaruhi oleh posisi relative matahari.
Saat ini posisi relatif matahari sedang berada di belahan bumi utara (BBU) yang mana wilayah tropis di BBU menerima radiasi matahari yang relatif lebih besar dibanding wilayah belahan bumi selatan (BBS)
Akibatnya suhu udara rata-rata di BBS menjadi lebih rendah dibandingkan BBU
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.